Arkeolog: 400 Makam di Lamuri Hanya Sebagian yang Masih Utuh

Husaini juga mengungkapkan makam-makan yang ditemukan dikawasan Lamuri kebanyakan merupakan ulama-ulama sufi pada masa dulu.
Arkeolog Aceh sekaligus ketua tim ekskavasi penelitian Situs Lamuri dari Aceh, Dr Husaini Ibrahim bersama mahasiswa Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unsyiah mencari pecahan keramik di situs Kerajaan Islam Lamuri, Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar. (fzi)

Aceh Besar, (Tagar 14/3/2018) – Arkeolog Aceh sekaligus ketua tim ekskavasi penelitian Situs Lamuri dari Aceh, Dr Husaini Ibrahim mengatakan dari 400 lebih makam (Nisan) yang telah didata hanya sebagian makam yang masih terbilang utuh dengan ditandai adanya tulisan dimakam itu sendiri.

"Hanya puluhan nisan yang ada tulisan dan bisa dibaca, tapi sangat disayangkan ketika bacaan angka tahun itu sudah banyak yang hilang, sedangkan yang lain itu lengkap seperti ayat Alquran ini kebanyakan yang ada di tulisan-tulisan tertera di nisan dikawasan ini (Lamuri),” kata Husaini disela-sela penelitian, di Desa Lamreh, Kecamatan Masjid Raya , Kabupaten Aceh Besar, Selasa (13/3).

Selain itu kata Husaini, Nisan yang ditemukan dikawasan Lamuri banyaknya terdapat lukisan-lukisan seni yang sangat kuat nilainya.

"Tentu ada maksud-maksud tertentu, termasuk iramanya yang berkaitan dengan laut yang sangat dekat disini (Lamuri)," ungkapnya.

Husaini juga mengungkapkan makam-makan yang ditemukan dikawasan Lamuri kebanyakan merupakan ulama-ulama sufi pada masa dulu.

Mnurutnya, sejauh ini dari penemuan dan hasil pembacaan dari makam itu sendiri banyak ditemukan ialah tahta yang atas seperti Malik Zainal Abidin, kemudian Qazi yang bekerja di Pemerintahan Kerajaan Lamuri.

"Jadi memang lengkaplah hasil dari penemuan batu nisan yang ada menunjukan adanya sebagai petinggi kerajaan , ada ulama, sultan berserta kerabat raja,"tuturnya.

Namun lanjut Husaini, dirinya bersama peneliti dari Malaysia masih mencari bukti lainnya termasuk kalangan masyarakat saat Kerajaan Lamuri memerintah dulunya.

"Tahta atau lapisan bahwa belum kita temukan dan terus kita lakukan penelitian dan pencarian fakta-fakta yang baru," pungkasnya.

Ia menyebutkan, hingga saat ini, situs kerajaan Lamuri yang berada di kawasan Lamreh sudah dilakukan pendataan sejak 2014 lalu memiliki lebih dari 400 makam.

"Kami sudah juga melakukan zonasi dikawasan ini, seperti zona inti, perkembangan dan zona yang lain sudah dibuat," sebutnya.

Husaini berharap kedepan mesti adanya bantuan dari semua pihak untuk upaya penyelamatan terhadap situs Lamuri itu sendiri.

"Seperti Unysiah, USM, BPCB, Didbudpar dan pihak terkait lainnya agar terus bersama-sama menyelamatkan situs ini," katanya. (Fzi)

Berita terkait