Apel Babungkuih, Kudapan Khas Pesisir Selatan

Makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini bukanlah apel seperti namanya, melainkan singkatan dari "abuih pelo" (ubi rebus) disingkat jadi apel.
Apel Bangkuih kudapan khas Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. (Foto: Tagar/Rin

TAGAR.id, Padang - Apel Babungkuih, salah satu masakan khas di Kampung Alai Limau Gadang Lumpo, Kabupaten Pesisir Selatan. Makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini bukanlah apel seperti namanya, melainkan singkatan dari abuih pelo atau ubi rebus disingkat jadi apel, sedangkan bangkui memiliki makna bungkus.

Jadi apel bangkuih yang dikatakan masyarakat setempat itu ada rebus ubi jalar yang dibungkus dengan daun pisang. Bahan dasar apel bangkuih adalah ubi jalar, ditaburi dengan kelapa parut yang sudah diberi garam dan gula secukupnya. 

Untuk rasa apel babungkuih ini sama saja dengan ubi rebus lainnya, tidak ada tambahan bumbu khusus.

Kami mulai dari hal-hal kecil, ditularkan ke masyarakat setempat.

Kampung Alai Limau Gadang Lumpo sejak dahulu memang membiasakan makan makanan yang alami, dan berasal dari alam. Selain itu, masyarakat di sini juga membiasakan diri tidak menggunakan plastik dalam mengemas makanannya.

Walinagari Limau Gadang Lumpo Nasrul Dt. Rajo Bagindo mengatakan, Kampung Alai telah mendapat penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH), warga setempat terus menjauhi kebiasaan menggunakan plastik.

Warga setempat membiasakan diri menggunakan bahan dari alam dan tidak mengganggunakan plastik. Kebiasaan itu dimulai dari setiap pertemuan di nagari. Hidangan yang disuguhkan pada tamu menggunakan daun, sedotan air yang biasanya menggunakan plastik diganti dengan batang padi.

"Kami mulai dari hal-hal kecil, ditularkan ke masyarakat setempat," ujarnya dia saat dikunjungi Tagar, Minggu 8 Desember 2019.

Tak hanya kebiasaan menggunakan bahan dari alam untuk kegiatan-kegiatan nagari. Kelompok Tani Batu Carano yang telah mendapatkan penghargaan Proklim itu, juga membuat himbau kreativitas agar tidak buang air besar (BAB) di sungai dengan bahasa setempat seperti "Indak Bulieh Cirik Karayieh" (Dialarang BAB di sungai).

"Ini sebagai imbauan kepada warga setempat dan pengunjung. Pengunjung akan bertanya apa arti dari himbauan tersebut sehingga terjadi komunikasi dengan warga," kata Darpius Indra Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup Pessel.

Imbauan dari spanduk ukuran kecil tersebut dipajang di pinggir-pingir sungai. Kemudian, selain penggunaan bahan ramah lingkungan, beberapa program sudah mulai berjalan seperti pengelolaan sampah plastik, biogester, menanam tanaman dipekarangan serta membuat himbauan untuk tidak buang air besar (BAB) dengan bahasa lokal.

Selain itu juga dilakukan pembinaan terhadap masyarakat setempat dan kampung disekitar Proklim. Berbagai inovasi dilakukan di Kampung Alai, saat ini sudah ada penunjang ekowisata seperti arum jeram dan tubing yang pertama di Pessel.

Pengunjungnya bahkan mencapai 250 orang di hari libur. Meskipun begitu, dia tetap berharap bantuan peralatan terutama alat pengolah sampah plastik, sebab saat ini masih diolah manual. []

Berita terkait
Kuliner Halal Jepang Bikin Menggugah Selera
Kuliner halal Jepang menjadi incaran semua orang, ketika akan mengunjungi negara tersebut.
6 Spot Kuliner Halal di Bali, Rasanya Maknyos Abis
Bali memang salah satu tempat wisata yang memukau di Indonesia. Berikut Tagar rangkumkan 6 spot kuliner halal di Pulau Dewata.
Kemiripan Kuliner Jepang dan Kuliner Indonesia
Memiliki akulturasi yang berbeda, ternyata dari segi kuliner atau makanannya, Indonesia dan Jepang punya kemiripan.
0
Pemkot Tangerang Didesak Agar Segera Bentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kota (KAPK) Tangerang
Sudah lebih satu tahun sejak Perda AIDS Kota Tangerang disahkan tapi Pemkot Tangerang belum bentuk Komisi Penanggulangan AIDS Kota Tangerang