Andi Arief, Awal Mula Masuk Demokrat

Celoteh dan tingkah Politikus Demokrat Andi Arief selalu menjadi perhatian semua kalangan.
Mantan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief. (Foto: Twitter/@andiarief__)

Jakarta, (Tagar 11/4/2019) - Celoteh dan tingkah Politikus Demokrat Andi Arief selalu menjadi perhatian semua kalangan. Apalagi setelah kasus penyalahgunaan narkoba jenis sabu, namanya menjadi perbincangan yang hangat.

Andi Arief dikenal dengan sosok yang garang dan kontroversial, karena kerap mengkritik kerja pemerintah. Sebelumnya, ada yang mengetahui bagaimana Andi Arief bisa terjun ke dunia politik hingga bergabung ke Partai Demokrat?

Karir politik Andi Arief terbilang cemerlang, lulusan UGM itu bukan orang baru. Ia sudah aktif menyuarakan pro-demokrasi melawan rezim Soeharto sejak masa kuliah. Bahkan Andi pernah tercatat menjadi Ketua Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID).

Untuk informasi, SMID adalah salah satu organisasi yang menaungi para aktivis menggalang aksi demonstrasi menolak pemerintahan Soeharto. Di bawah naungan organisasi mahasiswa itu, Andi Arief sudah aktif menjalankan aktivitas politik melawan rezim Orde Baru.

Sejak menjadi Ketua Umum SMID, Andi Arief pernah dikejar-kejar aparat pada tahun 1996. Ia dituding telah menjadi dalang kerusuhan. Padahal mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat itu sempat membantah dan menyebutkan itu adalah rekayasa Orde Baru.

Dua bulan sebelum Soeharto lengser, pada 28 Maret 1998, Andi Arief sempat secara tiba-tiba menghilang. Ia diculik oleh Tim Mawar dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Saat itu, Prabowo Subianto baru saja dilantik menjadi Panglima Kostrad.

Lengsernya rezim Soeharto membawa angin segar bagi para pejuang reformasi. Rasa puas bisa membantu membawa Indonesia ke era Reformasi dirasakan oleh Andi Arief yang dibebaskan oleh Tim Mawar usai diculik.  

Setelah lima tahun, tepat pada Pemilu 2004, Andi Arief mulai memberikan dukungan sepenuhnya kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), saat itu mencalonkan diri sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrat. 

Dalam Pemilu 2004, Andi ikut berperan memenangkan pasangan SBY-Jusuf Kalla. Ia masuk ke dalam organisasi sukarelawan pemenangan SBY, menjabat Sekretaris Jenderal Jaringan Nusantara.

Hasil Pemilu 2004 yang memberikan kemenangan untuk SBY-Jusuf Kalla yang juga mengartikan memberikan perubahan dalam hidup untuk Andi Arief. 

Kiprah Andi Arief ternyata mencuri perhatian SBY. Di awal 2006, Andi ditunjuk Presiden SBY sebagai salah satu Komisaris PT Pos Indonesia. Kariernya pun makin menanjak, sampai akhirnya menjadi staf khusus presiden.

Pada Pemilu 2009, Andi Arief memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Komisaris PT Pos Indonesia. Ia memilih fokus untuk memberikan dukungan terhadap SBY yang maju di periode kedua. Ternyata perjuangannya tak sia-sia, suami dari Ani Yudhoyono itu kembali menjadi presiden di periode kedua.

Kerja kerasnya memenangkan SBY dalam Pemilu 2009, kemudian Andi Arief dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat mendampingi Hinca Panjaitan. Sayangnya, kasus penyalahgunaan narkoba menghancurkan karir politiknya.Setelah terjerat kasus narkoba, Andi Arief akhirnya memutuskan mundur dari kepengurusan Partai Demokrat, dan tidak lagi menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal partai berlambang bintang mercy itu.

Pengunduran diri Andi Arief itu dikemukakan oleh Wasekjen Partai Demokrat Rachlan Nashidik. Pengumuman mundur mantan staf khusus SBY itu diumumkan setelah Rachlan menjenguk Andi Arief di kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Selasa (5/3).  

Pengunduran diri sebagai salah satu politikus Demokrat, tak membuatnya melupakan partai yang pernah membuat ia dikenal ke seluruh nusantara. Hal tersebut terbukti dari semua cuitan dan postingannya di akun Twitter pribadinya @AndiArief_.

Jika melihat postingan terakhir di Twitter, terlihat Andi Arief memposting sebuah video tentang warga Solo yang terdiri dari pendukung Koalisi Gerindra, Demokrat, PKS, Gerindra, dan Berkarya beramai-ramai menyambut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sedang berkampanye untuk 02. []

Berita terkait