Solo - Sebanyak 40 anak di Kampung Sewu, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, mendapat kesempatan belajar kebudayaan Jepang. Mereka dikenalkan seni melipat kertas ala Jepang atau dikenal Origami.
Kegiatan tersebut diselenggarakan Pusat Studi Jepang (PSJ) UNS Solo bersama URDC Labo Fakultas Teknik UNS berkolaborasi Lembaga Swadaya Masyarakat Harapan Association Kyushu, Jepang-Indonesia dalam pertukaran Kebudayaan Jepang.
Didukung Kelurahan Kampung Sewu, Komunitas Sibat Sewu, Forum Anak Kampung Sewu dan Komunitas Sibat Sewu.
Kepala PSJ UNS Kusumaningdyah mengatakan, dalam kegiatan itu para anak-anak usia 6-8 tahun juga dikenalkan Kamishibai atau budaya bercerita melalui gambar dan dialog. Kamishibia merupakan sandiwara art performance yang diceritakan dengan gambar dan dialog.
Kami merasa senang dengan kegiatan ini. Karena pengetahuan anak-anak tentang Kebudayaan Jepang bisa semakin bertambah
Menurutnya Kamishibai berasal dari kata "Kami" artinya kertas dan "shibiai" artinya sandiwara. Dalam konteks Kebudayaan Indonesia, Kamishibiai bisa dikatakan mirip dengan wayang beber.
"Harapannya anak-anak ini dapat mengenal dan mengetahui budaya Jepang melalui workshop Origami dan Kamishibai," katanya di Pendopo Kelurahan Kampung Sewu, Sabtu 12 September 2019.
Dia mengatakan, Kamishibai berasal dari tradisi Biara Budha Jepang di mana para biksu dari abad 8 menggunakan gulungan gambar sebagai alat peraga untuk menceritakan sejarah biara-biara mereka.
"Sandiwara kertas ini sangat populer pada tahun 1930," urainya.
Lurah Sewu Henoch Sadono mengapresiasi kegiatan pengenalan Kebudayaan Jepang terhadap anak-anak di Kampung Sewu. Melalui kegiatan itu pihaknya berharap anak-anak Kampung Sewu mengenal kesenian dan budaya Jepang.
"Kami merasa senang dengan kegiatan ini. Karena pengetahuan anak-anak tentang Kebudayaan Jepang bisa semakin bertambah," katanya.[]