Anak SD di Yogyakarta Diajari Tepuk Pramuka No Kafir

Ajaran intoleransi lewat tepuk pramuka Islam Yes Kafir No terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Timuran Kota Yogyakarta.
Ilustrasi - Pelajar Sekolah Dasar mengikuti kegiatan Pramuka. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Ajaran intoleransi lewat tepuk pramuka Islam Yes, Kafir No terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Timuran Kota Yogyakarta. Ajaran kontroversial yang bikin geger itu berasal dari salah satu peserta pembina pramuka dalam Kursus Mahir Lanjutan (KML).

Hal tersebut disampaikan seorang wali murid berinisial K, Senin, 13 Januari 2020. Ia keberatan dan menyampaikan protes lewat wartawan. "Jadi waktu hari Jumat (10 Januari 2020), saya jemput anak ke sekolah. Karena anak belum keluar kelas, saya menunggu sambil lihat praktik pembinaan dari Kwarcab, yang dibina adalah kelas atas."

K memperhatikan praktik KML berlangsung normal, sampai kemudian muncul seorang pembina putri mengajarkan tepuk Islam yang diakhiri yel-yel kafir. "Saya kaget karena di akhir tepuk kok ada yel-yel Islam Islam Yes, Kafir Kafir No."

Menurut saya itu mencemari kebhinekaan pramuka.

Merasakan keganjilan dari apa yang dilihat dan didengar, K spontan menyampaikan protes ke pembina senior di sekolah tersebut. Ia keberatan materi yel-yel itu mencederai kebhinekaan. "Menurut saya itu mencemari kebhinekaan pramuka. Seketika pembina senior itu menyampaikan permintaan maaf, dan berjanji menyelesaikan dengan pembina terkait." Ia menilainya sebagai rasis. Yel-yel pramuka bermuatan SARA.

Sebelumnya, K mengungkapkan kegelisahannya itu di status WhatsApp, status yang kemudian menyebar di WhatsApp Group di Yogyakarta. "Baru tahu saya ada pembina Pramuka yang ngasih pembinaan ke anak SD Negeri dengan mengajarkan tepuk RASIS. Iya, kebetulan tadi di sekolah kakak ada kedatangan pembina pramuka. Lalu salah satu pembina pengajaran tepuk Islam. Di akhir tepuk ada yel-yel Islam Islam yes, kafir-kafir no. Sebagai orang tua siswa aku proteslah." 

Kepala SDN Timuran Kota Yogyakarta, Esti Kartini, menjelaskan memang benar sekolahnya menjadi lokasi praktik KML sesuai cerita K, tapi pembina Pramuka yang mengajarkan tepuk SARA bukan staf pengajarnya. "Itu yang mengajarkan tepuk Islam bukan pembina kami. Kami cuma ketempatan, itu kegiatannya Kwarcab Kota. Setelah ini kita akan klarifikasi ke Kwarcab." 

Dalam kesempatan berbeda, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan tepuk Islam itu diajarkan salah satu peserta praktik KML di SDN Timuran. Yang mengajarkan adalah seorang pembina pramuka dari Gunungkidul

"Itu sebenarnya praktik dari salah satu peserta, pembina pramuka yang berasal dari Gunungkidul. Nah, sebenarnya di microteaching, di pengajaran, dan segala macam tidak ada materi tentang tepuk pramuka yang seperti itu, enggak ada. Nah, tiba-tiba memang peserta itu kemudian menyampaikan tepuk Islam seperti itu," kata Heroe.

Ia mengatakan pihaknya akan memanggil pembina tersebut untuk dimintai klarifikasi. "Sekarang sedang kita minta untuk yang bersangkutan nanti dipanggil oleh teman-teman Kwarcab (Kota Yogyakarta) yang kemarin bertanggung jawab terhadap kegiatan kursus mahir lanjutan ini untuk didalami."

Mengenai motif pembuat yel Islam Yes, Kafir No, Heroe mengaku tak tahu. "Ya nanti kita undang di Kantor Kwarcab (Kota Yogyakarta). Kita luruskan kembali persoalan-persoalan yang sebenarnya terjadi apa, bagaimana, dan terus konsekuensinya apa." []

Baca juga: 

Berita terkait
Teror Jilbab Sragen, Gubernur Ganjar Ditanya Warga
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara soal teror jilbab yang menimpa siswi SMA negeri di Sragen.
Denny Siregar: Teror Jilbab di SMA Negeri Sragen
Tulisan opini Denny Siregar setelah membaca berita tentang seorang anak di SMA Negeri di Sragen diteror rohis karena tidak mau berjilbab.
Jilbab Kontroversial di SD Gunung Kidul
Surat edaran mewajibkan siswa memakai baju muslim di SDN Karangtengah III, Gunung Kidul, menjadi viral di media sosial.