Amerika Serikat Mundur dari Perjanjian Open Skies Dunia

Pemerintahan Presiden Donald Trump secara resmi mundur dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka pada Minggu, 22 November 2020
Kru pesawat pengintai OC-135B dari Skuadron Pengintaian sedang bersiap sebelum terbang di pangkalan Joint Base Andrews untuk mendukung Perjanjian Angkasa Terbuka atau Open Skies Treaty (Foto: voaindonesia.com).

Jakarta - Amerika Serikat (AS) secara resmi mundur dari Perjanjian Open Skies atau Perjanjian Angkasa Terbuka, perjanjian pengendalian dan verifikasi senjata pada Minggu, 22 November 2020. Pemerintahan Presiden Donald Trump berulang kali menuduh Rusia melanggar perjanjian yang sudah berusia 18 tahun itu.

Keputusan Amerika itu merupakan pukulan terbaru bagi sistem pengendalian senjata internasional yang berulang kali dicemooh Presiden Amerika, Donald Trump. Menurut Trump, kemampuan militer Amerika telah ditipu atau dibatasi secara tidak adil.

1. Departemen Luar Negeri AS Kuhkan Langkah Itu

Deplu AS mengatakan sudah enam bulan sejak pemberitahuan keluar disampaikan dan bahwa "Amerika keluar dari perjanjian mulai 22 November 2020, dan tidak lagi terlibat dalam Open Skies Treaty."

Dewan Keamanan Nasional mengukuhkan pengunduran itu dan menambahkan bahwa "Rusia secara mencolok melanggar [perjanjian] itu selama bertahun-tahun."

Dewan itu mengutip penasihat keamanan nasional Amerika, Robert O'Brien, yang mengatakan langkah itu adalah bagian dari upaya "mengutamakan Amerika dengan mengundurkan diri dari perjanjian usang yang telah menguntungkan musuh kita dengan mengorbankan keamanan nasional kita."

Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, mengumumkan niat Amerika keluar dari perjanjian itu pada 21 Mei 2020. Pengumuman itu sekaligus pemberitahuan kepada 34 anggota Open Skies, yang sesuai aturan, harus disampaikan enam bulan sebelumnya.

2. Kementerian Luar Negeri Rusia Kutuk Keputusan Amerika

Ditandatangani pada 1992, perjanjian yang mulai berlaku pada 2002 itu memungkinkan 34 anggotanya melakukan penerbangan pengawasan dengan pemberitahuan singkat dan tanpa senjata di atas wilayah udara satu sama lain, untuk mengumpulkan data tentang pasukan dan aktivitas militer. Lebih dari 1.500 penerbangan telah dilakukan berdasar perjanjian itu.

Pendukung perjanjian itu mengatakan penerbangan tersebut membantu membangun kepercayaan dengan menunjukkan bahwa, misalnya, musuh tidak secara diam-diam mengerahkan pasukan atau bersiap melancarkan serangan (ka/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Satelit dan Stasiun Luar Angkasa China Jatuh di Pasifik
Menjelang jatuhnya dalam sebulan terakhir, Tiangong-1 mengalami penurunan ketinggian rata-rata sebesar 3.2 kilometer (km) per hari.
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban