Amerika Sebut Ingin Perubahan Bukan Perpecahan dengan Saudi

Sejumlah pejabat Arab Saudi dikenakan sanksi oleh AS terkait pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi, tapi, Pangeran Saudi, Mohammed bin Salman lolos
Jurnalis Jamal Khashoggi (kiri) dan Mohammed bin Salman (kanan) (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Sejumlah pejabat Arab Saudi dikenakan sanksi menyusul publikasi atau rilis laporan intelijen Amerika Serikat (AS) terkait pembunuhan wartawan Harian The Washington Post, AS, Jamal Khashoggi. Tapi, Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang disebut mengetahui pembunuhan itu justru lolos dari sanksi: Mengapa?

Setelah resmi mempublikasikan atau merilis laporan intelijen yang menyatakan Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman, berada di balik perintah pembunuhan keji terhadap jurnalis Harian The Washington Post, Jamal Khashoggi, AS memutuskan untuk tidak memberi sanksi apa pun terhadap putra mahkota tersebut. AS mengatakan pihaknya menginginkan perubahan hubungan, bukan perpecahan dengan Arab Saudi.

"Apa yang kami lakukan dengan tindakan yang kami ambil sebenarnya bukan untuk memutuskan hubungan, tetapi untuk menyesuaikan kembali agar lebih sejalan dengan kepentingan dan nilai-nilai kami," ujar Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, kepada wartawan, 26 Februari 2021, waktu setempat.

menlu blinkenMenteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken (Foto: dw.com/id)

Laporan yang diumumkan ke publik oleh Presiden AS, Joe Biden, 26 Februari 2021 tersebut mengungkapkan bahwa setelah mempertimbangkan pengaruh Pangeran Mohammed bin Salman, "sangat tidak mungkin" pembunuhan tahun 2018 dapat terjadi tanpa adanya lampu hijau dari dirinya. Arab Saudi telah "sepenuhnya menolak" laporan tersebut.

"Pemerintah kerajaan Arab Saudi sepenuhnya menolak penilaian negatif, salah, dan tidak dapat diterima dalam laporan yang berkaitan dengan kepemimpinan kerajaan, dan mencatat bahwa laporan tersebut berisi informasi dan kesimpulan yang tidak akurat," tulis Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.

1. Mohammed bin Salman Lolos dari Sanksi AS

Sebagai tindakan dari deklasifikasi laporan intelijen itu, pemerintahan Biden mengumumkan serangkaian langkah termasuk pemberian sanksi terhadap sejumlah pejabat Saudi. Departemen Keuangan AS mengumumkan telah membekukan aset dan mengkriminalisasi transaksi dengan mantan pejabat intelijen serta Pasukan Intervensi Cepat Saudi, sebuah unit elit yang menurut laporan itu "ada untuk membela putra mahkota" dan "hanya melapor kepadanya."

putra mahkotaPutra Mahkota Mohammed bin Salman (Foto: bbc.com/indonesia)

Untuk menghormati jurnalis yang dibunuh itu, Menlu Antony Blinken mengumumkan akan melarang masuknya orang asing ke Amerika Serikat yang telah mengancam para pembangkang atau melecehkan wartawan beserta keluarganya. Selain itu, AS juga segera memasukkan 76 orang Saudi ke dalam daftar hitam.

"Kami telah memperjelas bahwa ancaman dan serangan ekstrateritorial oleh Arab Saudi terhadap aktivis, pembangkang dan jurnalis harus diakhiri. Mereka tidak akan ditoleransi oleh Amerika Serikat," kata Blinken dalam sebuah pernyataan.

Namun, sanksi AS tampaknya tidak akan berlaku bagi pangeran mahkota berusia 35 tahun itu.

"Saya pikir kita harus memahami juga bahwa (kasus) ini lebih besar dari sekadar satu orang. Kalibrasi ulang ini mengacu pada kebijakan yang disasar Arab Saudi dan tindakan yang diambil," kata Blinken saat ditanya mengapa pangeran tidak menjadi sasaran.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Raja Saudi Salman untuk "meminta pertanggungjawaban terhadap mereka atas pelanggaran hak asasi manusia" dan Amerika Serikat akan mengumumkan perubahan signifikan dalam hubungan bilateral kedua negara pada hari Jumat, 26 Februari 2021 dan Senin, 1 Maret 2021.

gambar haticeGambar Hatice Ceniz, tunangan wartawan Saudi Jamal Khashoggi yang dibunuh, ditayangkan dalam acara doa bersama di Washington, 2 Oktober 2018 (Foto: voaindonesia.com/AP)

"Saya berbicara kemarin dengan raja ... menjelaskan kepadanya bahwa peraturan berubah dan kami akan mengumumkan perubahan signifikan hari ini dan Senin, 1 Maret 2021. Kami akan meminta pertanggungjawaban mereka atas pelanggaran hak asasi manusia," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan Univision.

2. Uni Emirat Arab Dukung Posisi Saudi

Negara tetangga yang juga sekutu Saudi yakni Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu, 27 Februari 2021, menyatakan dukungannya atas posisi Arab Saudi dalam laporan intelijen Amerika Serikat tentang pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, demikian laporan kantor berita resmi UEA, WAM.

Kementerian luar negeri UEA "menyatakan kepercayaan dan dukungannya terhadap putusan pengadilan Saudi, yang menegaskan komitmen kerajaan untuk menerapkan hukum secara transparan dan tidak memihak, dan meminta pertanggungjawaban semua yang terlibat dalam kasus ini," kata WAM (ae/yp (AFP, Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Laporan intelijen Amerika Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi
Laporan intelijen Amerika soal pembunuhan Jamal Khashoggi diperkirakan mengarah ke Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman
Amerika Didesak Rilis Laporan Pembunuhan Jamal Khashoggi
Pemerintahan Presiden Joe Biden didesak untuk merilis laporan yang tidak bersifat rahasia pembunuhan wartawan Washington Post, Jamal Khashoggi
Putra Mahkota Arab Saudi Disebut Setuju Pembunuhan Khashoggi
AS rilis laporan intelijen yang di-deklasifikasi (dicabut kerahasiaannya) yang menunjukkan keterlibatan Putra Mahkota Saudi pembuhunan Khashoggi