Amerika Larang Warganya Bepergian ke Israel

Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza masuk dalam daftar tempat-tempat yang dilarang untuk bepergian bagi warga AS karena penyebaran Covid-19
Presiden Israel, Isaac Herzog, menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 di rumah sakit Sheba, kota Ramat Gan, Israel (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC - Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat (AS) baru saja menambahkan Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza ke dalam daftar tempat-tempat yang dilarang untuk bepergian bagi warga AS, karena peningkatan penyebaran Covid-19 di sana.

Hari Senin, 9 Agustus 2021, untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, Israel mencatat sedikit di bawah 6.000 penularan baru, hampir 400 di antaranya serius. Peningkatan itu terjadi meskipun Israel memutuskan untuk memberi vaksinasi ketiga kepada semua penduduk berusia di atas 60 tahun.

Israel adalah negara pertama di dunia yang meluncurkan program vaksinasi, dan yang pertama menawarkan vaksinasi ketiga kepada penduduk dewasa berusia di atas 60 tahun. Meskipun demikian, jumlah orang yang terjangkit Covid-19 terus meningkat.

Profesor Salman Zarka, pakar virus corona Israel mengatakan, negara itu mendekati titik kritis. Ia mengatakan, Israel meminta semua orang yang memenuhi syarat untuk divaksinasi – tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi sebagai tanggung jawab bersama. Zarka menambahkan, langkah itu tidak akan menghentikan virus corona total, tetapi lebih banyak vaksinasi dilakukan, akan dapat mencegah penutupan wilayah keempat kalinya.

Meskipun kampanye intensif, masih terdapat lebih dari satu juta orang Israel berusia 12 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk divaksinasi, tetapi belum divaksinasi. Angka ini lebih tinggi di kalangan remaja dan di komunitas Arab.

Sebuah studi baru di Israel mendapati, meskipun ada varian delta, vaksin tetap memberi perlindungan terhadap penularan. Studi itu mendapati, tingkat penularan serius enam kali lebih tinggi pada lansia yang tidak divaksinasi daripada mereka yang divaksinasi.

Yehuda WidawskyYehuda Widawsky, 102 tahun, menerima dosis ketiga vaksin Covid-19 buatan Pfizer di Tel Aviv, Israel (Foto: voaindonesia.com/AP)

Israel juga berusaha membendung varian delta dengan mewajibkan siapa pun yang datang ke Israel, termasuk orang Israel yang sudah divaksinasi, untuk dikarantina.

Mark Feldman, CEO Ziontours, mengatakan kepada Radio Israel, peraturan baru itu membuat frustrasi banyak calon pelaku perjalanan, sehingga mereka membatalkan perjalanan.

Feldman menambahkan, pemerintah membuat tidak mungkin bagi orang non-Israel untuk memasuki negara itu dan pemerintah sering mengubah kebijakannya. “Sesering apapun upaya dilakukan oleh pemerintahan baru, masalahnya kebijakan berubah dari hari ke hari sehingga sangat sulit untuk membuat rencana, baik untuk bepergian ke luar Israel, dan untuk masuk ke Israel.”

Israel telah memberlakukan kembali Green Pass-nya, yang berarti siapa pun yang ingin memasuki restoran, pusat kebugaran, atau hotel harus menunjukkan bukti vaksinasi atau hasil tes negatif Covid-19.

Pemerintah juga membangun lebih dari 400 stasiun untuk pengujian cepat Covid-19 di seluruh negeri. Sekolah akan dibuka kembali bulan depan, dan ada beberapa hari besar Yahudi ketika keluarga berkumpul serta banyak yang menghadiri sinagog. Beberapa pejabat Israel mengatakan, penutupan wilayah lain mungkin akan diterapkan lagi.

Yang lain mengatakan, jika lebih banyak orang Israel divaksinasi dan memakai masker, mereka berharap kasus Covid-19 yang serius akan turun dan penutupan wilayah bisa dihindari (ps/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Pandemi Covid-19 di Israel dan Bangladesh
Pandemi Covid-19 di Israel membuat jumlah kasus melewati China, sedangkan jumlah kasus di Bangladesh melampaui Italia
Kasus Covid-19 Melonjak, Israel Lockdown Lagi
Pemerintah Israel sepakat untuk menerapkan penguncian atau lockdown wilayah baru karena melonjaknya kasus penyebaran virus Covid-19.
0
Anak Idap Lumpuh Otak, Sang Ibu Perjuangkan Ganja Medis Legal di CFD
Seorang Ibu Viral setelah melakukan aksinya dalam berjuang melegalkan Ganja Medis di Indonesia demi anaknya yang mengidap lumpuh otak.