Ali bin Abi Thalib, Dapat Ilmu Tasawuf Langsung dari Nabi

Kaum Sufi percaya bahwa ada pelajaran khusus yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada Ali bin Abi Thalib, yakni yang biasa disebut Tasawuf.
Ilustrasi - Langit Malam. (Foto: Pixabay/8385)

Jakarta - Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin yang juga sepupu dari Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Nama aslinya Haydar yang berarti Singa. Nabi SAW memanggil Haydar dengan nama Ali yang berarti tinggi derajat di sisi Allah. Ali dilahirkan dari ibu bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu. 

Nabi sangat terhibur dengan kelahiran Ali bin Abi Thalib karena beliau tidak punya anak laki-laki. Karena keluarga Abu Thalib yang sudah memasuki usia senja dan miskin membuat Nabi SAW bersama istrinya Khadijah, mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. 

Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Rasulullah.

Masa Remaja

Karena hidup bersama Rasulullah, Ali banyak belajar langsung kepada Nabi SAW hingga diambil menantu. Kaum Sufi percaya bahwa ada pelajaran khusus yang diajarkan Nabi kepada Ali, yakni yang biasa disebut Tasawuf yang diajarkan langsung kepada Ali tapi tidak kepada sahabat-sahabat yang lain.

Berbeda dengan ilmu syariat yang harus disampaikan Nabi kepada seluruh umat, tetapi masalah rohani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir atau syariah dan batin atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani, dan bijak.

Menikah dengan Fatimah Az Zahra

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra. 

Ia tidak hanya tumbuh menjadi pemuda cerdas, namun juga berani di medan perang. Bersama Dzulfikar, pedangnya, Ali banyak berjasa membawa kemenangan di berbagai medan perang seperti Perang Badar, Perang Khandaq, dan Perang Khaibar.

Setelah wafatnya Rasullullah, timbul perselisihan perihal siapa yang akan diangkat menjadi khalifah. Kaum Syiah percaya Nabi Muhammad telah mempersiapkan Ali sebagai khalifah. Tetapi Ali dianggap terlalu muda untuk menjabat sebagai khalifah.

Setelah Nabi Wafat

Wafatnya Nabi Muhammad menjadikan umat muslim terjadi perbedaan pendapat terkait siapa sosok penggantinya. Kelompok pengikut fanatik Ali, Syiah berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali merupakan khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi kelompok Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka, orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.

Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah mendapat penolakan dari keluarga Nabi atau Ahlul Bait dan pengikut Ali. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pembaiatan Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. 

Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membaiat Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan umat.

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.

Sebagai Khalifah

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain memilih Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibaiat secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah keempat yang memerintah selama sekitar 5 tahun, masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara kaum muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Pertempuran Basra. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul Mu’minin Aisyah binti Abu Bakar, Istri Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan pihak Ali.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. 

Tidak selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Pertempuran Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat Subuh di Masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadan, dan Ali mengembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadan tahun 40 Hijriah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.

Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syiah.

Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid. []

Baca juga:

Berita terkait
Bagaimana Nabi Muhammad SAW Merayakan Idul Fitri
Hari raya Idul Fitri momen penting bagi umat Islam yang biasanya dirayakan dengan meriah. Bagaimana Nabi Muhammad SAW merayakan Idul Fitri.
Kapan Pertama Kali Idul Fitri Dirayakan
Idul Fitri, hari kemenangan kaum muslim setelah satu bulan menjalankan puasa Ramadan. Tapi sebenarnya, kapan pertama kali Idul Fitri dirayakan?
Perjalanan 62 Tahun Nabi Muhammad SAW
Bagaimana kisah Nabi Muhammad SAW ketika dilahirkan, seperti apa masa kecilnya, saat remaja hingga dewasa. Ini perjalanan hidup Rasulullah SAW.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.