Alat Pelebur Sampah Kantong Plastik Menjadi BBM di Sleman

Seorang warga Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, merakit alat yang melebur sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, namun dia memiliki kendala.
Kusnadi Triyono berdiri di samping alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, di rumahnya, Rejosari, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Jumat, 6 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sleman – Rumah di Rejosari, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman terlihat sunyi siang itu, Jumat, 6 November 2020. Di sudut teras rumah terdapat dua tabung yang berbeda warna. Tabung yang sedikit lebih besar berwarna keperakan, sedangkan yang lebih kecil berwarna hijau.

Pada bagian atas tabung yang besar terdapat lubang yang ditutup dengan penutup logam. Di sampingnya, hanya beberapa sentimeter dari lubang itu, terpasang semacam pengukur suhu atau thermometer. Sementara, pada dinding tabung bagian bawah juga terdapat lubang yang ditutup.

Jarak antara kedua tabung itu hanya beberapa belas sentimeter, dan dihubungkan dengan pipa besi yang dibentuk seperti spiral di dalam tabung hijau. Ujung dari pipa itu bercabang dua. Satu ujungnya menghadap ke bawah dan ujung lainnya menghadap ke atas, terhubung dengan selang plastik.

Cerita Sampah Plastik Yogyakarta (2)Kusnadi Triyono menunjukkan cara kerja alat pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, di rumahnya, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Jumat, 6 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Seorang pria paruh baya keluar dari rumah. Wajahnya terlihat cukup ramah. Dia mempersilakan untuk duduk. Pria itu bernama Kusnadi Triyono, 50 tahun, pemilik rumah tersebut, sekaligus Ketua Kelompok Pengelola Sampah Mandiri Rejosari.

Kusnadi menjelaskan nama dan kegunaan sepasang tabung yang ada di sudut teras rumahnya.

Alat ini namanya reaktor sampah plastik. Itu untuk mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak seperti bensin.

Melebur Sampah Plastik

Sambil menunjukkan fungsi dan bagian dari alat itu, Kusnadi menjelaskan, seluruh sampah plastik bisa diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) dengan alat itu. Namun pihaknya hanya mengolah sampah plastik yang memiliki beberapa lapisan atau multilayer, seperti plastik pembungkus susu UHT, pembungkus makanan ringan, dan yang sejenisnya.

Plastik multilayer merupakan sampah plastik yang tidak memiliki nilai ekonomis atau tidak laku dijual. Biasanya plastik semacam itu berakhir di sungai atau saluran air.

“Yang kita olah itu yang sampah multilayer atau yang ada lapisan alumunium foil, karena itu yang tidak laku di pasaran. Caranya, sampah plastik dimasukkan dalam tabung reaktor, terus nanti dipanasi sampai suhu di atas 300 derajat Celsius,” dia menjelaskan.

Tabung reaktor adalah tabung yang ukurannya lebih besar. Sedangkan tabung yang lebih kecil adalah tabung pendingin. Saat proses pengolahan sampah yang melalui sistem penyulingan, tabung kecil itu diisi dengan air dingin hingga pipa spiral di dalamnya terendam seluruhnya.

Saat proses penyulingan, uap panas dari plastik yang dibakar akan mengalir melalui pipa besi menuju tabung pendingin. Saat melewati tabung pendingin, uap air itu berubah menjadi cairan atau minyak, dan menetes melalui ujung pipa yang menghadap ke bawah. Sedangkan pipa yang tersambung dengan selang plastik mengalirkan uap sisa penyulingan. Uap itu bisa digunakan sebagai bahan bakar gas.

Cerita Sampah Plastik Yogyakarta (2)Bahan bakar minyak yang dihasilkan dari penyulingan sampah plastik akan menetes dari ujung pipa yang menghadap ke bawah, Jumat, 6 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Nanti akan keluar uapnya dan kita alirkan ke pipa pendingin atau disuling, namanya proses pyrolisis,” dia menegaskan.

Minyak yang dihasilkan dari proses penyulingan sampah plastic tersebut bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar. Kusnadi pernah melakukan uji coba penggunaan minyak itu pada sepeda motor dua tak atau dua langkah, hasilnya, mesin sepeda motor itu hidup dan berhasil jalan.

Meski demikian, minyak itu masih harus dimurnikan terlebih dahulu agar zat lain yang ada di dalamnya bisa dipisahkan, sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna.

“Proses pemurnian untuk memisahkan zat yang tidak terpakai agar lebih murni. Itu membutuhkan bahan tertentu dan proses lebih lanjut, tapi saya tidak terlalu paham.”

Tabung reaktor milik Kusnadi tersebut mampu menampung lima kilogram sampah plastik. Dari satu kilogram kantong plastik single layer atau satu lapis dapat menghasilkan 0,6 liter bahan bakar minyak. Sedangkan satu kilogram plastik multilayer bisa menghasilkan antara 0,2 hingga 0,3 liter BBM.

Kusnadi menambahkan, ide membuat alat pengolahan sampah plastik itu muncul pada tahun 2013 dari kelompok pengolahan sampah di kampungnya.

Kayak bank sampah gitu, namanya Sodaqoh Sampah. Dari situ kita banyak plastik, termasuk plastik multilayer yang tidak laku dijual. Nah itu kita terus browsing di internet, kita dapat pengolahan itu dan kita coba bikin,” kata Kusnadi.

Juara Lomba Tingkat DIY

Awal pembuatan alat ini Kusnadi hanya menggunakan bahan dari tabung besi biasa. Saat itu dia membuat alat pengolahan dengan kapasitas kecil sebagai uji coba. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2014 dia membuat alat baru yang berkapasitas lima kilogram. Bahannya pun bukan lagi tabung besi, melainkan stainless steel.

Pemilihan bahan stainless steel bukan tanpa alasan. Menurutnya stainless steel lebih tahan karat dan lebih kuat daripada tabung besi.

Cerita Sampah Plastik Yogyakarta (4)Bahan bakar minyak hasil penyulingan sampah plastik cukup mudah terbakar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran itu berwarna kehitaman. (Foto: Tagar/ Kurniawan Eka Mulyana)

“Kita kembangkan, bahannya dari stainless steel 2 milimeter, yang lebih kuat, tahan karat, dan tahan lama.”

Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2015, Kusnadi mengikutkan alat pengolahan sampahnya. Dalam lomba yang digelar oleh Dinas Perindustrian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tersebut, Kusnadi meraih juara haarapan 2.

Meski meraih juara dalam perlombaan itu, hingga saat ini pemerintah daerah setempat belum merespons positif keberadaan alat yang disebutnya mampu mengurangi volume sampah plastik, sekaligus menghasilkan bahan bakar alternatif ini.

“Belum ada respons dari pemerintah. Kita juga tergabung dalam kelompok pengelola sampah se-Sleman, di bawah DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Dari awal kita memang berusaha sendiri,” ujarnya.

Saat ini pihaknya belum bisa memroduksi alat itu secara massal atau dalam jumlah lebih banyak, sebab mereka terkendala dana. Dia mencontohkan, pembuatan alat yang ada saat ini memakan biaya sebesar kurang lebih Rp 2 juta.

Harga itu disebutnya cukup murah, karena mereka membuatnya dari bahan-bahan bekas. Jika membuat alat dengan bahan yang seluruhnya baru, biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 9 juta.

Cerita Sampah Plastik Yogyakarta (5)Kusnadi Triyono melepas botol plastik yang digunakan untuk menampung tetesan bahan bakar minyak hasil penyulingan sampah plastik, Jumat, 6 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Jumlah itu baru untuk biaya pembuatan reaktor. Padahal, selain tabung reaktor, kompor yang digunakan untuk memanaskan sampah plastik hingga 300 derajat Celsius pun khusus.

Untuk sementara kompor yang digunakan adalah kompor semacam milik penjual mie ayam, yang semburan apinya kencang.

“Tapi regulatornya juga yang khusus, yang besar. Sebab kalau pakai regulator kompor rumah tangga, panasnya tidak bisa mencapai 300 derajat, maksimal sampai 100-an,” ucapnya melanjutkan.

“Sementara ini kan kita pakai kompor berbahan bakar elpiji. Kalau dihitung secara ekonomis itu kan tidak menguntungkan, tapi kan tujuan awalnya memang untuk mengurangi sampah plastik saja, hasilnya nanti.”

Jika ingin benar-benar memroduksi bahan bakar dari sampah plastik, lanjut Kusnadi, harus menggunakan bahan bakar lain yang lebih murah. Bisa pakai kompor berbahan bakar oli bekas.

Harga kompor berbahan bakar oli bekas pun cukup mahal. Ukuran terkecil, lanjut dia, harganya Rp 2,5 juta. Harga itu di luar harga kompresor yang berfungsi sebagai pendorong. “Itu didorong pakai kompresor dll. Totalnya sekitar Rp 10 jutaan untuk kompor dan alatnya.”

Kusnadi juga menjelaskan, alat itu bisa mengurangi sampah plastik tak bernilai ekonomis di seluruh kelurahan dan desa jika setiap kelurahan menyiapkan satu unit alat semacam itu di wilayahnya masing-masing.

“Sebetulnya kalau mau, satu kelurahan pakai satu alat sudah bisa, tapi dengan kapasitas yang lebih besar, misalnya 10 kilogram. Kan bisa digilir setiap hari satu dusun.” []

Berita terkait
Sepiring Bubur Gratis Tiap Hari Jumat di Magelang
Seorang perempuan di Kecamatan Mungkid, Magelang, membagikan bubur gratis pada tetangga di sekitar rumahnya setiap hari Jumat. Ini ceritanya.
Sosok Ki Seno di Mata Seniman dan Sahabat di Yogyakarta
Kepergian dalang terkenal Ki Seno Nugroho menyisakan kenangan pada sejumlah kerabat, termasuk seniman asal Yogyakarta Susilo Nugroho.
Keliling Danau Toba di Tengah Pandemi dengan Rp 100.000
Jumlah wisatawan menurun tajam ke Danau Toba akibat Covid-19. Anca Damanik, lantas membuat tur berbiaya murah untuk menaikan wisata di Danau Toba.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.