Alasan Warga Menolak Aksi di Gejayan Yogyakarta

Warga yang mengatasnamakan PGAT menolak pertigaan Gejayan, Sleman, Yogyakarta, digunakan sebagai area demonstrasi. Begini alasannya.
Warga yang tergabung dalam PGAT memasang spanduk larangan aksi di Gejayan, Sleman, Yogyakarta. (Foto: Tagar/Muhammad Ridwan)

Sleman - Puluhan orang yang mengatasnamakan Paguyuban Gejayan Ayem Tentrem (PGAT) memasang spanduk larangan aksi demonstrasi di papan iklan pertigaan Jalan Affandi, Selasa 18 Agustus 2020.

Pemasangan itu merupakan buntut protes warga terhadap puluhan aksi yang sering dilakukan berbagai kelompok di jalan yang familiar disebut jalan Gejayan tersebut. Selama ini di kawasan tersebut sering digunakan demonstrasi dengan tajuk Gejayan Memanggil yang melibatkan ratusan bahkan ribuan massa.

Ketua PGAT, Desi Setiawan menuturkan pertigaan gejayan sering kali dijadikan tempat aksi berbagai kelompok. Hal itu membuat sejumlah warga, pengusaha dan tukang parkir yang ada di sekitar wilayah tersebut merasa terganggu.

"Karena kalau setiap ada demo itu, para warga, pengusaha dan tukang parkir merasa terganggu. Makanya kami pasang spanduk ini. Kemarin sudah pernah kami pasang, tapi sekarang sudah tidak ada. Pasti ada yang melepas," ungkapnya.

Baca Juga:

Selain merasa terganggu, pria yang disapa Iwan, menyebut jika setiap pelaksanaan aksi merugikan para tukang parkir dan pengusaha. Sejumlah warga di Gejayan memang berprofesi sebagai tukang parkir di beberapa tempat niaga sekitar.

"Kalau aksi itu kan toko-toko pada tutup. Otomatis tukang parkir juga tidak mendapatkan penghasilan. Rata-rata mereka (tukang parkir) per jamnya itu bisa sampai Rp 20 ribu. Itu baru tukang parkir, belum kerugian para pengusaha," jelasnya.

Pria berusia 35 tahun ini mengungkapkan, selama beberapa jalannya aksi, sering mendatangi dan mendengarkan keluh kesah warga, pengusaha dan tukang parkir di sekitar Gejayan. Apalagi di tengah pandemi seperti saat ini, memulai usaha lagi itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat sendiri.

"Gara-gara pandemi ini saja kemarin jadi sepi (pemasukan). Apalagi sampai ada demo-demo, jadi tambah sepi," tegasnya.

Baca Juga:

Selain itu, warga juga merasa takut setiap kali ada aksi di wilayah Gejayan. Pasalnya belum lama ini juga terjadi kerusuhan yang melibatkan peserta aksi, polisi dan warga.

"Warga itu takut kalau rusuh, seperti kemarin di IAIN (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Disuruh bubar sama polisi tidak mau, akhirnya dibubarin sama warga. Jangan sampai itu terjadi di sini (Gejayan)," terangnya.

Baca Juga:

Iwan mengungkapkan, pihaknya tidak melarang berbagai kelompok yang ingin menggelar demo terkait dengan isu apa pun. Namun, ia menegaskan jika Gejayan bukan lah tempat untuk melaksanakan aksi.

"Kami tidak melarang aksi. Tapi tempatnya jangan di Gejayan. Seharusnya di gedung DPRD atau di kampus. Jangan di sini, karena sektor perekonomian juga banyak," imbuhnya.

Jika ke depannya jalan Gejayan masih akan digunakan sebagai tempat aksi, pihaknya meminta agar ada koordinasi dengan pemangku wilayah setempat. "Kalau mau aksi lagi, ya nembusin ke masyarakat sekitar. Bisa lewat pak dukuhnya. Jangan sampai karena warga tidak pernah dilibatkan, malah menjadi kambing hitam jika ada sesuatu," tuturnya. []

Berita terkait
Tujuh Tuntutan Aksi ARB di Gejayan Yogyakarta
Aliansi Rakyat Bersatu menggelar aksi di Gejayan Yogyakarta dengan mengusung tujuh tuntutan. Aksi tetap dilakukan dengan protokol kesehtan.
Mahfud Md dan Yasonna Laoly Respons Aksi Gejayan
Menkopolhukam Mahfud Md dan Menkumham Yasonna laoly merespons aksi damai #GejayanMemanggilMenolakOmnibuslaw di Yogyakarta.
Tudingan G30S/PKI dalam Aksi #GejayanMemanggil Jilid 2
Aksi #GejayanMemanggil Jilid 2 dituding bermomentum G30S/PKI, namun hal tersebut tidak ada kausalitasnya. Bahkan ada tuduhan FPI dan HTI ikut aksi.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.