Alasan Bantul Naikkan Status Tanggap Darurat Bencana

BPBD Bantul Yogyakarta menaikkan status siaga menjadi tanggap darurat bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto saat diwawancarai awak media perihal status kebencanaan. (Foto: Tagar/Kiki Luqman)

Bantul - Dampak dari cuaca ekstrem yang melanda Bantul, Yogyakarta beberapa hari terakhir ini, membuat Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Bantul meningkatkan status siaga menjadi tanggap darurat. Hal ini seiring dengan kerusakan material dan infrakstruktur milik warga, maupun pemerintah.

Kepala Pelaksana Badan Pelaksana Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto menuturkan sejak Desember sampai dengan 29 Februari lalu BPBD menetapkan status siaga darurat. Namun karena kondisi cuaca yang tidak membaik, peningkatan status menjadi tanggap darutat.

"Siaga darurat diperpanjang jadi 1 Maret hingga 30 April. Namun, dalam perjalanannya berdasar proses kajian, terjadi bencana yang sifatnya cukup masif sehingga status kita tingkatkan menjadi tanggap darurat, mulai pada hari ini," katanya pada Kamis 5 Maret.

Dwi menjelaskan Bantul termasuk salah satu daerah yang paling terdampak oleh cuaca ekstrem, mengingat posisinya berada di hilir. Terbukti kerusakan sarana seperti, jembatan, tanggul, Dam, serta genangan di sejumlah rumah warga, berturut-turut terjadi.

"Harapannya, dengan peningkatan status, sarana-sarana vital mana yang butuh penanganan darurat ini, bisa segera ditangani. Sehingga, tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah lagi," ungkapnya.

Berdasar proses kajian, terjadi bencana yang sifatnya cukup masif sehingga status kita tingkatkan menjadi tanggap darurat.

Ia menegaskan sumber dana yang digunakan untuk masalah bencana bisa dari mana saja, termasuk dari dana tak terduga yang masih dimiliki Pemkab Bantul. "Sumber dana kita bisa mengakses semua untuk menyikapi kondisi ini, yang paling penting untuk kepentingan, serta keselamatan masyarakat," ungkapnya.

Mengenai luapan yang terjadi di sejumlah titik seperti Kecamatan Imogiri, Srandakan, Kretek, Jetis, hingga Pleret, Dwi menegaskan bahwa fenomena tersebut bukan banjir, melainkan sebatas genangan air saja. Terlebih, air disebutnya tidak sampai masuk ke rumah milik warga.

"Ya, hanya tergenang, itu pun baru halamannya. Tidak sampai rumah, baru halaman karena luapan air. Kalau masuk ke rumah, ketinggian airnya tidak sampai 20 cm, jadi belum membahayakan pemilik rumah," ucapnya.

Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul, Helmi Jamharis menuturkan, pemerintah siap mengucurkan anggaran Rp 3 miliar untuk mengantisipasi rangkaian kejadian tersebut. Sejauh ini, pihaknya masih menunggu usulan dari BPBD, terkait besaran angka kerusakannya.

"Pihak BPBD tinggal usulkan, agar kerusakan itu dapat segera diperbaiki dengan dana tak terduga. Kita akan cermati sekaligus menetapkan ya, berapa anggaran yang bisa dicairkan," tuturnya.

Menurut dia sejauh ini BPBD belum mengajukan, sehingga belum bisa menyebut besarannya. "Tapi secara prinsip, ketika surat itu sudah masuk, TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) akan segara melakukan tindak lanjut," ungkap Helmi. []

Baca Juga:

Berita terkait
Sekolah Libur Akibat Terendam Banjir di Kulon Progo
Siswa diliburkan setelah SD di Kulon Progo, Yogyakarta tergenang banjir.
Longsor Timpa Gudang Gula Semut di Kulon Progo
Hujan berdurasi lama di Kulon Progo Yogyakarta menyebabkan tanah longsor di sejumlah lokasi. Salah satunya di Kapanewon Kokap.
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan di Yogyakarta
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis adanya cuaca ekstrem di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selama sepekan ke depan.