Aktivitas Seksual dalam Bentuk Prostitusi Picu Pandemi

Praktek pelacuran dalam berbagai modus dalam bentuk prostitusi tetap saja terjadi di masa pandemi sehingga bisa memicu penyebaran virus corona
Ilustrasi: Ciuman memakai masker di masa pandemi virus corona (Foto: euronews.com).

Kalau di Eropa, Australia dan Selandia Baru diterapka lockdown (penguncian) untuk menekan penyebaran virus corona di masa pandemi, di Indonesia dimodifikasi sebagai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi pergerakan dan kegiatan masyarakat. Tapi, aktivitas seksual dalam bentuk prostitusi di beberapa daerah tetap saja terjadi yang pada gilirannya memicu panyebaran virus corona.

Beberapa kegiatan sosial pun terhambat, seperti ngopi dengan teman-teman di bar, pub, atau kafe. Tidak pula bisa jalan-jalan dengan pacar di taman atau pantai. Menonton film pun tak bisa karena bioskop ditutup.

Warga di negara-negara yang menerapkan lockdown, terutama pria dan wanita lajang, terperangkap di rumah, di kamar-kamar kos atau di apartemen. Begitu juga dengan daerah-daerah di Nusantara yang menerapka PSBB pergerakan warga dibatasi. Waktu layanan transportasi umum dibatasi sehingga kian menghambat pergerakan warga.

1. Alat Bantu Seks Penuhi Kebutuhan Biologis

Sebagai makhluk sosial warga membutuhkan interaksi dengan keluarga, teman kerja, teman sekolah, teman kuliah, dan teman atau sahabat lain. Pembatasan pun mengekang warga sehingga menghambat kebutuhan untuk penyaluran dorongan seksual atau hasrat seksual (sexual desire). Hasrat seksual merupakan bagian dari kebutuhan biologis yang alamiah manusia.

Di Selandia Baru, misalnya, negara yang berhasil mengendalikan penyebaran virus corona warganya tidak perlu keluar rumah untuk menyalurkan dorongan seksual. Salah satu pilihan warga Selandia Baru dalam hal penyaluran dorongan seksual adalah memanfaatkan alat-alat bantu seks (sex toys).

Di awal pandemi, misalnya, dikabarkan penjualan alat-alat bantu seks di Selandia Baru disebut naik drastis sampai tiga kali lipat dari hari-hari biasa sebelum pandemi virus corona (theguardian.com, 4 April 2020). Dengan alat bantu seks warga menyalurkan dorongan seksual tanpa harus ada kontak fisik dengan warga lain karena bisa dilakukan sendirian.

Bahkan, terlepas dari pandemi virus corona di Jepang sudah berkembang tren berpasangan hidup dengan boneka yang mirip dengan manusia. Ada juga reaksi dari beneka. Mereka membawa boneka jalan-jalan, ke mal bahkan ke pantai.

Dengan alat bantu seks warga pun tidak lagi harus harus keluar dan kontak dengan pasangan. Sampai 28 Oktober 2020 kasus virus corona di Selandia Baru dilaporkan 1.943 dengan 25 kematian. Selandia Baru ada di peringkat ke-161 dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang sudah melaporkan 396.454 kasus positif corona dengan 13.512 kematian. Indonesia ada di peringkat ke-19 dunia.

2. Perilaku Berisiko Tertular dan Menularkan Virus Corona

Selama pandemi di Indonesia, sejak Maret 2020, Satpol PP dan polisi di berbagai daerah melakukan razia perzinaan. Selain itu prostitusi online juga marak di banyak daerah. Hubungan seksual dalam konteks prostitusi dan perzinan di penginapan, losmen hotel melati dan hotel berbintang serta apartemen tentu terjadi kontak fisik yang tidak bisa menerapkan dua aspek protocol kesehatan, yaitu tidak bisa jaga jarak 1 meter dan tidak bisa pula memakai masker.

Kondisi hubungan seksual di luar rumah sebagai bentuk prostitusi jadi pemicu penyebaran atau penularan virus corona. Pemakaian dan perdagangan alat bantu seks di Indonesia illegal karena bertentangan dengan UU No 24 Tahun 2008 tentang Pornografi serta KHUP pada pasal 282 tentang mempertontonkan benda-benda yang melanggar kesusilaan di depan umum dengan ancaman 6-9 bulan kurungan.

Razia yang dilakukan oleh Satpol PP dan polisi serta instansi lain terkait dengan perzinaan perlu juga menjalankan tes swab virus corona terhadap pelaku yang tertangkap dan tentu saja tracing sehingga bisa menjangkau warga yang terlibat kontak.

Sayangnya dalam razia perzinaan, yang lebih dikenal sebagai razia penyakit masyarakat (Pekat), tidak dilakukan tes swab terhadap pasangan bukan suami-istri yang tertangkap di berbagai tempat. Tentu saja hal ini akan mendorong penyebaran atau penularan virus corona melalui orang-orang yang melakukan hubungan seksua dalam bentuk prostisusi.

Selan mendorong penyebaran virus corona kegiatan prostitusi juga jadi rantai penyebaran HIV/AIDS karena tidak ada intervensi yang memaksa laki-laki selalu memakai kondom jika melakukan hubungan seksual, di dalam dan luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).

Jika dikaitkan dengan pandemi virus corona laki-laki dan perempuan yang terlibat prostitusi, konvensional dan online, adalah orang-orang dengan perilaku berisiko tertular dan menularkan virus corona. Hal ini terjadi karena berganti-ganti pasangan seks tanpa menerapkan jaga jarak dan memakai masker yang bisa salah salah satu dari pasangan tersebut dengan virus corona tanpa gejala.

Untuk menurunkan risiko tertular atau menularkan virus corona saat melakukan hubungan seksual adalah melakukan hubungan seksual dengan pasangan tetap yang perilakunya tidak berisiko tertular virus corona, tidak berciuman, memakai masker selama hubungan seksual atau seks dengan posisi yang tidak terjadi tatap muka. []

Berita terkait
Prostitusi Online Artis untuk Puaskan Sensasi Seks
Salah satu fantasi seksual laki dan perempuan adalah melakukan hubungan seksual dengan selebritas dan yang berpendidikan yang juga sebagai snobisme
Lokalisasi Pelacuran dari Jalanan ke Media Sosial
Sejak reformasi gerakan massal tutup lokalisasi pelacuran, tapi Internet melalui media sosial jadi ranah baru pelacuran melalui prostitusi online
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu