Aksi-aksi Demonstrasi yang Mengguncang Dunia Tahun 2019

Aksi-aksi unjuk rasa yang terus terjadi di Indonesia ada yang berujung anarki dan vandalisme, tahun 2019 terjadi unjuk rasa yang mengguncang dunia
Lebih satu juta orang turun ke jalan (Foto: dw.com/id).

Jakarta - Bulan Oktober 2020 ini di Indonesia, khususnya Jakarta, terjadi aksi unjuk rasa (demontrasi) ada yang berujung anarki dan vandalisme terhadap fasilitas umum dan aparat keamanan. Tentu saja tidak hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di Dunia.

Di tahun 2019 jutaan orang turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa karena diskriminasi etnis, korupsi, kurangnya demokrasi, hingga perubahan iklim. Dari Cina ke Chili, Sudan ke Prancis, orang-orang menuntut perubahan. Berikut ini aksi-aksi unjuk rasa yang menggemparkan dunia pada tahun 2019.

Stabilitas Hong KongStabilitas Hong Kong terguncang (Foto: dw.com/id).

Stabilitas Hong Kong terguncang. Aksi protes terjadi di seluruh Hong Kong pada bulan Juni akibat Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang diajukan pemerintah daerah Hong Kong kepada Cina. Meskipun RUU itu ditarik pada bulan September, unjuk rasa terus berlangsung dan menuntut demokrasi penuh dan penyelidikan terhadap aksi kekerasan yang dilakukan polisi.

Lebih satu jutaLebih satu juta orang turun ke jalan (Foto: dw.com/id).

Lebih satu juta orang turun ke jalan. Besarnya gerakan protes warga telah menempatkan para pemimpin Hong Kong dan Beijing dalam krisis politik, di tengah tuduhan bahwa Cina merusak status khusus wilayah itu di bawah perjanjian "satu negara, dua sistem". Terkadang, lebih dari satu juta orang turun ke jalan. Di tengah gejolak, pemilu Hong Kong berlangsung. Kubu pro-demokrasi memperoleh kemenangan besar untuk pertama kalinya.

Greta berangGreta berang, dunia mendengarkan (Foto: dw.com/id)

Greta berang, dunia mendengarkan. Beberapa bulan setelah Greta Thunberg melakukan protes seorang diri di depan parlemen Swedia, sejumlah aksi juga terjadi di seluruh dunia, diikuti hingga jutaan orang. Demonstrasi meluas dan dikenal dengan nama Fridays for Future (Jumat untuk Masa Depan), menyebabkan 4.500 aksi mogok di lebih dari 150 negara. Pendekatan langsung Thunberg memaksa pemerintah untuk mengumumkan krisis iklim.

Menentang diskriminasiMenentang diskriminasi agama di India (Foto: dw.com/id).

Menentang diskriminasi agama di India. Parlemen India meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang menawarkan amnesti kepada imigran gelap non-Muslim dari tiga negara yakni Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan. Langkah ini memicu protes nasional karena adanya diskriminasi berdasarkan agama di dalam RUU tersebut. PM India Narendra Modi bersikeras RUU itu menawarkan perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan.

Warga Irak merasaWarga Irak merasa "hidup lebih buruk" setelah era Saddam Hussein (Foto: dw.com/id).

Warga Irak merasa "hidup lebih buruk" setelah era Saddam Hussein. Pada Oktober, rakyat Irak turun ke jalan untuk memprotes korupsi, pengangguran, dan pengaruh Iran terhadap pemerintahan negara itu. Demonstrasi berlangsung memburuk, mengakibatkan 460 orang tewas dan 25.000 lainnya terluka. PM Irak Adil Abdul-Mahdi mengundurkan diri, yang kemudian kembali memicu kemarahan lebih lanjut.

Tinju solidaritasTinju solidaritas di Beirut (Foto: dw.com/id).

Tinju solidaritas di Beirut. Pengunjuk rasa di berbagai penjuru Lebanon mengecam pemerintah yang dianggap gagal mengatasi krisis ekonomi. Meskipun PM Lebanon, Saad Hariri mengundurkan diri, para pemimpin protes menolak untuk bertemu dengan pengganti sementaranya dan menuntut pencabutan rencana kenaikan pajak bensin, tembakau, dan panggilan telepon WhatsApp.

Protes kenaikan BBMProtes kenaikan BBM Iran meluas di 21 kota (Foto: dw.com/id).

Protes kenaikan BBM Iran meluas di 21 kota. Pada bulan November, kerusuhan di Iran dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 50 persen. Lebih dari 200 ribu orang turun ke jalan hingga aksi demonstrasi ini meluas di 21 kota. Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari seribu orang terbunuh, menjadikan tragedi ini periode paling berdarah di Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Revolusi SudanRevolusi Sudan (Foto: dw.com/id).

Revolusi Sudan. Pengunjuk rasa di Sudan meminta pemerintahan darurat yang dipimpin militer untuk segera melakukan pembongkaran dan pengadilan penuh terhadap kroni-kroni rezim presiden yang baru saja dimakzulkan, Omar Al Bashir. Konflik berdarah ini menewaskan sedikitnya 113 orang. Pada Agustus lalu, perwakilan rakyat dan pihak militer menandatangani deklarasi konstitusi untuk membentuk pemerintahan transisi.

Amerika LatinAmerika Latin mengutuk kebijakan penghematan pemerintah (Foto: dw.com/id).

Amerika Latin mengutuk kebijakan penghematan pemerintah. Ribuan orang protes di pusat ibu kota Chili, Santiago dan sejumlah kota besar lainnya. Mereka menuntut perbaikan sistem kesehatan, pensiun dan pendidikan. Tidak hanya Chili, beberapa negara Amerika Latin terjadi protes serupa pada tahun 2019, termasuk Bolivia, Honduras dan Venezuela, di mana upaya untuk menyingkirkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro memuncak pada bulan Mei.

Prancis goyahPrancis goyah (Foto: dw.com/id).

Prancis goyah. Akhir 2018, massa gerakan rompi kuning melakukan aksi unjuk rasa. Mereka berasal dari daerah pedesaan yang mengeluhkan wacana kenaikan pajak bahan bakar. Sejak itu gerakan rompi kuning telah meluas ke semua kelompok. Pada bulan Desember, serikat pekerja Prancis melakukan aksi mogok di jalan, menentang reformasi sistem pensiun.

Pertarungan kemerdekaanPertarungan kemerdekaan Catalonia (Foto: dw.com/id).

Pertarungan kemerdekaan Catalonia. Setelah sembilan pemimpin separatis Catalonia dipenjara oleh Mahkamah Agung Spanyol, gelombang kemarahan baru meletus hingga melumpuhkan kota Barcelona. Lebih dari setengah juta orang terlibat dalam demonstrasi ini. Aksi mogok dan kerusuhan di berbagai daerah melumpuhkan arus transportasi publik hingga memaksa penundaan pertandingan sepakbola Barcelona vs Real Madrid. (Teks: Leah Carter/ha/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Perempuan Amerika Serikat Unjuk Rasa di Tengah Pandemi
Aksi tutun ke jalan yang dilakukan perempuan Amerika Serikat (AS) terjadi di beberapa kota di AS antara lain desak warga tidak pilih Trump
Efek Unjuk Rasa Patung Kuda, 17 Ton Sampah dan Tanaman Rusak
Pasca ditinggal pendemo yang berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Selasa, 13 Oktober 2020, tanaman rusak, belasan ton sampah dipungut petugas.
PM Thailand Tolak Seruan Peserta Demonstrasi untuk Mundur
PM Thailand, Prayuth Chan-ocha, menolak seruan untuk mundur dari jabatannya seperti dituntut oleh demontran pada hari Jumat, 16 Oktober 2020