Aksi Teatrikal Hari Lingkungan Hidup di Siantar

Sahabat Lingkungan (SaLing) merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan cara melakukan aksi teatrikal.
Sahabat Lingkungan merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di seputaran Monumen Union persimpangan Jalan Ahmad Yani - Jalan Merdeka, Kota Pematangsiantar, rabu 5 Juni 2019. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Pematangsiantar - Sahabat Lingkungan (SaLing) merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan cara melakukan aksi teatrikal di seputaran Monumen Union persimpangan Jalan Ahmad Yani-Jalan Merdeka Kota Pematangsiantar, Rabu 5 Juni 2019.

Aksi menyuarakan tiga aspek persoalan lingkungan, yang saat ini sudah dalam tahap memprihatinkan.

Koordinator Aksi Wenty Giawa menerangkan, penggunaan plastik yang semakin meningkat dalam kehidupan sehari-hari, perambahan hutan semakin merajalela dan penggunaan energi khususnya energi listrik yang terus meningkat.

Menurut Wenty, salah satu penyebab rusaknya lingkungan akibat pemakaian plastik berlebihan, sehingga menjadi limbah dan tidak dapat dikelola. Sampah plastik sulit diurai dan produksinya tidak sebanding dengan pengelolaan pasca pemakaian.

"Masalah plastik ini adalah persoalan global. Bukan hanya di Indonesia. Tapi juga negara-negara di dunia. Kita tahu, bahwa saat ini misalnya ada beberapa negara yang terlibat ketegangan karena masalah sampah. Malaysia dengan Amerika, Filipina dengan Kanada. Ini masalah serius, dan perlu perhatian yang serius pula," katanya.

Kemudian perambahan hutan secara besar-besaran terjadi saat ini, terutama di Indonesia. Dia mengatakan, negara Indonesia digadang-gadang sebagai salah satu paru-paru dunia karena hutannya yang luas.

Namun, faktanya itu hanya isapan jempol semata karena maraknya perambahan hutan.

"Luas hutan kita tiap hari mengalami penurunan. Hal ini disebabkan alih fungsi untuk perkebunan. Ada juga yang untuk pertambangan. Kondisi ini tentu berdampak langsung terhadap perubahan iklim, maupun terjadinya bencana alam. Perambahan hutan harus segera distop demi keselamatan kita dan generasi mendatang," jelasnya.

Ditambah Wenty, masalah yang paling mereka soroti adalah penggunaan energi listrik yang semakin besar akibat kemajuan teknologi saat ini semakin menguras kebutuhan sumber daya alam yang ada.

Ini jumlah yang sangat besar. Itu masih dari telepon seluler. Belum lagi kebutuhan lain. Maka lewat aksi ini kami menyerukan, mari kita lakukan penghematan energi. Gunakan seminimal mungkin. Ini untuk kelestarian lingkungan kita ke depannya

Pasalnya, pembuatan energi listrik masih terfokus kepada batu bara. Sehingga, jika penggunaan listrik semakin meningkat, maka batu bara yang dibutuhkan akan semakin banyak.

"Hal ini tentunya akan turut menyumbang pengerusakan lingkungan. Akan terjadi penggalian tambang besar-besaran, demi terpenuhinya kebutuhan listrik itu," terangnya.

Dia memberikan contoh terkurasnya energi listrik untuk penggunaan alat komunikasi. Perhitungan sederhana, dari 260 juta penduduk Indonesia, sekitar 80 juta di antaranya menggunakan telepon seluler.

Rata-rata pengguna seluler ini akan menggunakan listrik mengisi daya teleponnya, sekitar satu jam per harinya. Dengan demikian, rata-rata per harinya kebutuhan energi untuk seluler di Indonesia adalah sekitar 80 juta jam energi listrik.

"Ini jumlah yang sangat besar. Itu masih dari telepon seluler. Belum lagi kebutuhan lain. Maka lewat aksi ini kami menyerukan, mari kita lakukan penghematan energi. Gunakan seminimal mungkin. Ini untuk kelestarian lingkungan kita ke depannya," tuturnya.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.