Ahok Dibicarakan Ulama Indonesia di Inggris

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akrab disapa Ahok menjadi pembicaraan di Inggris.
Ustaz Ihya Ulumudin menjadi khotib dan imam Salat Jumat di University of Heriot Watt, Edinburgh, Skotlandia, dengan makmum sekitar 500 mahasiswa dari berbagai negara. (Foto: Antara/Ustaz Ihya Ulumudin)

London - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akrab disapa Ahok menjadi pembicaraan di Inggris. Namanya disebut dalam konteks pembahasan toleransi di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Ustaz Hasan al Banna 32 tahun asal Cirebon, kepada Antara di London, seperti diberitakan Senin, 18 November 2019.

Ustaz Hasan al Banna datang ke London bersama Ustaz Ihya Ulumudin 31 tahun dari Purwakarta, Ustaz Beni Safitra, Ustazah Wifni Subhani, dan satu ustaz yang tidak disebutkan namanya.

Lima ulama tersebut dikirim Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ke Inggris untuk mengikuti program Bahasa Inggris untuk Ulama selama dua minggu, 3-18 November 2019.

Sangat luar biasa toleransi negeri Elizabeth ini.

Program tersebut digelar Kedutaan Indonesia di London dan Asosiasi Muslim Inggris (AOBM) di Parlemen (House of Commons). Bertujuan mempersiapkan ulama jadi agen perubahan yang akan membawa pesan perdamaian dunia dari perspektif Islam kepada komunitas global.

Lima ustaz tersebut ditempatkan menyebar di lima kota, yaitu London, Bristol, Glasgow, Manchester, dan Birmingham. Mereka dan komunitas lokal saling belajar keragaman budaya dan pengalaman beragama.

Ustaz Ihya Ulumudin

Siang itu Ustaz Ihya Ulumudin diminta menjadi khotib dan imam Salat Jumat di University of Heriot Watt di Kota Edinburgh, Skotlandia. Sekitar 500 mahasiswa dari berbagai negara menjadi makmumnya.

“Alhamdulillah banyak ilmu dan pengalaman baru yang saya dapatkan terutama ketika bertemu banyak komunitas muslim dan non-muslim di Skotlandia," ujar Ihya.

Ia bercerita kegiatan yang dijalani juga adalah interfath dialogue, mengisi ceramah dalam rangka Maulid Nabi di Rutherglen dan mengisi kegiatan di Kota Aberdeen.

“Selama mengikuti program Bahasa Inggris untuk Ulama di Inggris, saya sangat menikmati dan pengalaman yang sangat berharga,” ujarnya.

Hal mengesankan ketika ia sedang membaca Alquran di masjid, tiba-tiba rombongan siswa dan guru masuk ke dalam masjid, dipandu petugas masjid, diberikan pengetahuan tentang masjid dan keislaman.

Ia ikut nimbrung, ngobrol dengan guru dan pihak masjid. Ternyata mereka adalah siswa sekolah yang mayoritas pelajarnya beragama Katolik. Kegiatan semacam itu sering dilakukan dan diprogramkan sekolah di Glasgow.

“Sangat luar biasa toleransi negeri Elizabeth ini,” tuturnya.

Selama di Scotland, Ihya mengisi beberapa acara di antaranya diskusi tentang terorisme, radikalisme, dan toleransi dengan kalangan kepolisian di Govan Police Station

Diskusi dengan Imam besar Habib di Glasgow Central Mosque tentang kesejahteraan umat, keadilan, terorisme. Dialog tentang gender dan patriarkisme dari sudut pandang kitab suci di Interfaith University of Glasgow. Berdiskusi tentang masuknya Islam ke negeri Queen Elizabeth. Dan berbagi tentang masuknya Islam ke Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ustaz Hasan al Banna

Ustaz Hasan al Banna mendapat tugas di Kota London dengan masyarakat majemuk multikultur. Selama di London, ia bertemu komunitas pebisnis dan pengacara asal Pakistan, anggota parlemen partai buruh dan tim sukses Wali Kota London, Sadiq Khan.

Hasan juga melakukan interfaith dialogue dengan pemuka agama, seperti dari gereja Yahudi, Syiah dan Ahmadiyah.

"Tentu warna Islam yang ada di Inggris tergantung dari negara asal mereka," tutur Hasan. Ia melakukan pengamatan dan berdiskusi dengan banyak pemuka agama.

Ia mengatakan London, Inggris, sebagai community based country menjadi contoh baik bagi dunia bagaimana toleransi tumbuh dan berkembang menghargai perbedaan.

Toleran, harmoni, tidak membeda-bedakan dari mana pun kita berasal menjadi nilai poin plus.

Hasan mengakui meskipun tidak sempurna, Inggris berhasil menjadi contoh yang baik. Untuk itu ia berharap pesan perdamaian itu juga bisa sampai ke semua daerah di Indonesia.

Ia menceritakan beberapa isu yang menarik perhatian Barat di antaranya kondisi Islam di Indonesia, kasus Ahok, syariah Islam di Aceh, radikalisme dan intoleransi. Beragam isu permasalahan keagamaan yang harus dijawab secara moderat.

Pertanyaan-pertanyaan yang wajar karena Barat melihat Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. []

Baca juga:

Berita terkait
Film Keluarga Cemara Diputar di London
Film Keluarga Cemara menjadi satu-satunya film Indonesia yang diputar dalam ASEAN Film Festival di London, 21-24 Mei 2019.
Buka Puasa Bersama Pakai Rendang di Ramadan London
Peserta buka puasa yang berjumlah tak kurang dari 400 orang tersebut mendapat suguhan menu rendang.
Menyusuri Jalanan di London Saat Natal
Lampu hias menjalar di sepanjang jalan Regent Street di mana terdapat toko mainan terkenal dan tertua di dunia, Hamley.
0
Indonesia Lebih Siap Hadapi Omicron BA4 dan BA5
Indonesia lebih baik dalam menghadapi gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dibandingkan dengan sejumlah negara lain