Agar Anda Tak Menjadi Superspreader, Penular Corona

Seorang superspreader corona Covid-19 dapat menularkan 10 orang sampai puluhan kali lipat dibanding orang biasa. Ini hal-hal penting diketahui.
Warga berjalan dengan latar belakang spanduk bertuliskan Covid-19 di Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, Kamis, 12 Maret 2020. Spanduk bertuliskan Covid-19 Can\'t Stop Me terpasang di badan JPO bertujuan mengajak warga agar tidak panik tapi tetap waspada terhadap penyebaran virus corona. (Foto: Antara/Asprilla Dwi Adha)

Jakarta - Data menyebutkan bahwa orang yang sakit Covid-19 dapat menyebabkan 2-3 orang lain sakit (WHO, 2020). Namun, seorang superspreader Covid-19 dapat menularkan 10 orang sampai puluhan kali lipat dibanding orang biasa.

Hal tersebut disampaikan Septian Hartono, praktisi kesehatan dan peneliti MRI di salah satu rumah sakit umum di Singapura di situs kawalcovid19.id.

Setiap orang bisa mencegah penularan lebih lanjut. Indonesia bisa belajar dari penyebaran luas Covid-19 di negara-negara lain yang bermula dari satu orang saja.

Septian menjelaskan superspreader adalah sebutan bagi orang yang menyebabkan orang lain sakit dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari biasanya (Stein, 2011). 

Contoh Superspreaders Covid-19

Korea Selatan: Pasien #31

Warga Korea terperanjat ketika Pasien #31 Covid-19 dideteksi. Sebelum Pasien #31, Korea Selatan dianggap berhasil menghadang penyebaran Covid-19 karena memberlakukan screening dan pengawasan ketat terhadap orang-orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Hongkong, Macau, dan Taiwan. Dalam empat hari berturut-turut tidak ada penambahan kasus baru. 

Pasien #31 menjadi pembuka sarang penularan lokal (local transmission) di Kota Daegu dan Cheongdo. Pasien #31 adalah seorang ajumma (sebutan untuk perempuan berumur di atas 50 tahun) dan pengikut sekte Shincheonji. Ia menularkan secara langsung ke setidaknya 43 orang pemeluk sekte itu. 

Ia hadir dalam kebaktian empat kali walaupun dalam kondisi tidak sehat. Sekali kebaktian, ada 1.000 orang yang hadir. Selama kebaktian para penganutnya duduk bersimpuh, berbagi makanan; dan yang sakit tidak menggunakan masker. 

Di dalam sekte Shincheonji, sakit bukan menjadi alasan untuk tidak pergi beribadah dan merekrut orang untuk masuk ke dalam sekte ini – demikian ajaran dari pendiri sekte Shincheonji, Lee Man-hee. 

Sebenarnya, Pasien #31 sudah dalam kondisi sakit di awal Februari namun menolak dites Covid-19. Merasa tidak memiliki riwayat bepergian ke Wuhan atau China, ia bersikeras tidak mau dites Covid-19. Bahkan sejam sebelum akhirnya berhasil diambil spesimennya, ia masih terus beradu argumen dengan otoritas kesehatan.

Segera sesudah Pasien #31 ini terkonfirmasi positif, otoritas Korea Selatan langsung melakukan tes terhadap anggota-anggota gereja Shincheonji, dan langsung menemukan banyak kasus positif. 

Mereka pun menyadari bahwa sebenarnya penyebaran ini sudah berlangsung berminggu-minggu, sehingga otoritas Korea Selatan kemudian langsung memperluas kriteria testing dan melakukan testing secara agresif, bahkan membuka klinik drive-thru di mana seseorang bisa diambil spesimennya lalu langsung pergi lagi, dan hasilnya bisa didapatkan dalam waktu satu hari. Per 9 Maret 2020, Korea Selatan sudah melakukan lebih dari 200 ribu tes.

Hasilnya: Per 9 Maret, 75 % dari jumlah kasus Covid-19 di Korea Selatan berada di kota Daegu (5.663 dari 7.513 kasus) dan 15 % di provinsi Gyeongsangbuk (1.117 kasus), baik yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan para pengikut sekte Shincheonji ini. 

Di sisi lain, kenyataan bahwa 90 % kasus di Korea Selatan berada di Daegu dan Gyeongsangbuk menunjukkan bagaimana pemerintah Korea Selatan berhasil mengendalikan wabah ini untuk tidak menyebar ke wilayah-wilayah lain di Korea Selatan.

Pasien #31 terkonfirmasi positif pada 18 Februari 2020. Dan grafik menunjukkan lonjakan tajam jumlah postif corona di Korea Selatan setelah itu.

Singapura: Pasien #94

Pasien #94 sudah menunjukkan gejala sejak 11 Februari, namun masih saja datang ke acara di SAFRA Jurong pada 15 Februari. Akhirnya ia menularkan secara langsung ke beberapa orang di acara tersebut dan dari sana sudah terjadi penularan sekunder ke orang-orang lain. Total sudah ada 36 orang di kluster ini per 10 Maret. Mayoritas kasus positif usianya di atas 60 tahun pula, yang berisiko mengalami gejala lebih parah akibat penyakit ini. Kluster ini tidak akan terjadi jika pasien #94 istirahat di rumah saja pada 15 Februari.

Linimasa kluster yang dimulai oleh Pasien #94 karena ia tetap datang ke acara di SAFRA Jurong pada 15 Februari walau telah mulai bergejala sejak 11 Februari. 

Italia: Pasien #1 (pertama) di wilayah Lombardia

Pasien pertama di wilayah Lombardia ini bertemu temannya yang baru pulang dari Tiongkok pada 21 Januari. Pada 14 Februari, pasien ini mulai sakit dan pergi ke dokter umum. Pada 16 Februari, kondisinya memburuk dan ia pergi ke rumah sakit. Namun tidak ada perlakuan khusus bagi pasien ini, ia dirawat layaknya pasien biasa. 

Baru beberapa hari kemudian ia terkonfirmasi positif Covid-19. Namun sebenarnya saat itu sudah terlambat. Karena pasien ini tidak diisolasi sejak awal, pasien-pasien dan staf di rumah sakit tempat ia dirawat juga terinfeksi. 

Pasien ini juga dilaporkan memiliki kehidupan sosial yang aktif dan berinteraksi dengan banyak orang sebelum dirawat di rumah sakit. Akhirnya, puluhan orang sakit karena kontak dengannya, yang kemudian menularkan ke orang-orang lainnya selama berminggu-minggu. Sampai sekarang, wabah di Italia masih belum terkendali, dan sudah menyebar ke seluruh Eropa.

Pasien pertama di Lombardia terkonfirmasi pada 21 Februari. Jumlahnya melonjak tajam sesudah itu. Efek domino Italia di Eropa, wabah di Italia diikuti wabah di berbagai negara di Eropa beberapa hari sesudahnya.

Kasus superspreader di Italia terjadi karena kegagalan sistem kesehatan dalam melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap kemungkinan masuknya Covid-19 dan ketidaktahuan pasien #1 di Lombardia bahwa kontak dengan orang yang pernah melakukan perjalanan dari Tiongkok merupakan faktor risiko seseorang untuk terkena Covid-19.

Malaysia: Pasien #26

Pasien ini memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok pada pertengahan bulan Januari, namun baru melaporkan kalau ia memiliki gejala pada akhir bulan Februari. Segera setelah ia dinyatakan positif Covid-19, otoritas Malaysia menelusuri kontak eratnya dan menemukan banyak kasus lain. Hasilnya, per 8 Maret ia terkait dengan 70 kasus lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kluster ini sendiri mencakup lebih dari 70 % kasus di Malaysia (71/99, per 8 Maret).

Apa yang dapat kita pelajari dari contoh-contoh superspreader ini?

  • Jika Anda menunjukkan gejala-gejala penyakit Covid-19: demam minimal 38.0 derajat celcius, batuk kering, dan atau sesak napas disertai riwayat perjalanan dan atau kontak dengan orang dari negara terjangkit, mohon jangan pergi ke acara dengan orang banyak. 
  • Ikutilah protokol di daerah Anda masing-masing. Misalnya, jika Anda di Jakarta, hubungi hotline 112 jika Anda memiliki gejala-gejala tersebut. Namun jika harus pergi, pastikan Anda menggunakan masker bedah dengan baik dan benar, hindari menggunakan transportasi publik, hindari berjabat tangan dan biasakan cuci tangan sebelum memegang sesuatu.
  • Ingatlah, satu orang saja dapat menularkan ke banyak orang. Karenanya penyakit COVID-19 tidak bisa diremehkan walaupun mayoritas pasiennya adalah flu ringan. Demikian pula jika kita sampai menunjukkan gejala dan memiliki faktor risiko perjalanan atau kontak dengan orang dari negara terjangkit, kita bisa menghentikan potensi penyebarannya pada orang lain dengan cepat minta dites dan diisolasi. Setiap diri kita berperan penting dalam pengendalian wabah ini. []

Baca juga:

Berita terkait
4 Pasien Kasus Virus Corona Meninggal Dunia
Dari 69 kasus virus corona yang ditangani pemerintah di beberapa rumah sakit 4 diantaranya meninggal dunia yaitu pasien nomor 25, 35, 36 dan 50
Nepal Tutup Pendakian Everest karena Virus Corona
Pemerintah Nepal menutup seluruh jalur pendakian ke Puncak Himalaya, termasuk Gunung Everest, demi menghindari virus corona atau COVID-19.
Satu Positif Corona di Solo Wafat, dari Luar Negeri?
Satu pasien positif terinfeksi virus corona yang dirawat di Solo wafat. Pasien imported case atau perjalanan ke luar negeri?
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.