Oleh: Syaiful W. Harahap*
Banyak kalangan yang semula melihat negara-negara di Benua Afrika bisa menghalau penyebaran virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) karena sampai awal Juni 2020 kasus di beberapa negara di Afrika di bawah 20.000. Tapi, seperti dilaporkan situs independen, worldometer, 24 Juni 2020 , menunjukkan kasus Covid-19 di Afrika Selatan (Afsel) sebanyak 106.108. Jumlah ini menempatkan negara di ujung selatan benua itu jadi episentrum Covid-19 di Benua Afrika dan berada di peringkat ke-18 dunia.
Negara lain yang menyusul Afsel adalah Mesir 58.141, dan Nigeria 21.371. Beberapa negara lain di Afrika melaporkan kasus belasan ribu.
Beberapa kalangan melihat negara-negara di Afrika sudah terbiasa menghadapi epidemi dan pandemi, seperti HIV/AIDS dan Ebola. Memang, sampai awal Juni 2020 laporan kasus baru dari negara-negara di Afrika kecil tapi belakangan mulai menanjak.
Epidemi HIV/AIDS sendiri jadi beban besar bagi negara-negara di Afrika karena semua negara melaporkan kasus yang banyak. Dari 37,9 juga kasus HIV/AIDS global sebanyak 25,6 juta ada di Benua Afrika. Hanya karena bantuan donor-donor asing dan pesohor-pesohor dunia yang menyelamatkan benua itu dari ancaman epidemi HIV/AIDS.
Soalnya, pengidap HIV/AIDS harus minum obat antiretroviral (ARV) seumur hidup. Sedangkan untuk melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual berisiko laki-laki atau perempuan harus memakai kondom. Bantuan dunia mengalir ke Afrika untuk membeli obat, kondom, perawatan, dll.
Dengan pandemi atau wabah virus corona ini beban negara-negara di Afrika tambah berat. Belakangan dikabarkan Ebola mulai muncul lagi. Padahal, tidak ada vaksin dan obat Ebola.
Begitu juga dengan HIV/AIDS tidak ada vaksin, sedangkan obat ARV bukan untuk menyembuhkan tapi hanya untuk meningkatkan imunitas pengidap HIV/AIDS agar terhindar dari infeksi penyakit lain dan tidak menularkan HIV/AIDS ke orang lain, terutama melalui hubungan seksual berisiko di dalam dan di luar nikah.
Penanggulangan HIV/AIDS jadi masalah di negara-negara miskin di Afrika, Asia dan Amerika. Tapi, pandemi virus corona jadi masalah bagi semua negara kaya dan miskin sehingga jadi persoalan bagi negara-negara miskin terkait dengan dana. Donatur di negara-negara kaya Eropa dan Amerika Serikat bisa saja mengalihkan dana untuk menanggulangi Covid-19 di negaranya sehingga mengurangi jumlah bantuan untuk HIV/AIDS di Afrika.
Ternyata dunia jadi ‘neraka’ virus corona biar pun di awal-awal pandemi banyak negara yang menanggap sepele karena mereka beranggapan virus itu hanya akan berkecamuk di China dan Korea Selatan. Sejarah mencatat lain karena penyebaran virus corona justru jadi ‘neraka’ di luar China dan Korea Selatan. []
* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id