Adakah Sosok Jokowi pada Gibran dan Bobby Nasution

Pendukung Jokowi was-was karena belum ada sosok the next Jokowi, harapan ada di pundak Gibran dan Bobby yang maju pada Pilwalkot Solo dan Medan
Presiden Joko Widodo bersama keluarga di sekitar Istana Kepresidenan Bogor. Ada Ibu Negara Iriana, putra pertama Gibran Rakabuming beserta istrinya Selvi Ananda, putrinya Kahiyang Ayu beserta suaminya Bobby Nasution. Kedua cucu, Jan Ethes dan Sedah Mirah. Putra bungsunya, Kaesang Pangarep, tidak ikut karena ke luar kota, 8 Desember 2018 (Foto: Tagar/setneg.go.id).

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Catatan: Artikel ini pertama kali ditayangkan di Tagar.id pada tanggal 26 Agustus 2020. Redaksi.

TAGAR.id - Ketika Joko Widodo (Jokowi) terpilih sebagai presiden untuk kedua kali melalui Pilpres 2019 muncul kerisauan di kalangan pendukung Jokowi karena mereka khawatir tidak (akan) ada lagi sosok ‘the next Jokowi’.

PDI-P sendiri sebagai ‘perahu’ Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 tampaknya memilih tidak memikirkan ‘the next Jokowi’ tapi mencari cantelan untuk kader mereka yang akan disandingkan dengan tokoh yang diperkirakan akan menang di Pilpres 2024.

Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian dua kader Gerindra masuk Kabinet Indonesia Maju. Ini bisa jadi sebagai pintu masuk untuk mendekati Prabowo Subianto yang dalam dua kali Pilpres (2014 dan 2019) jadi saingan utama Jokowi.

Tapi, perkiraan itu bisa meleset karena pada dua Pilpres Jokowi ada pemilih yang memilih Jokowi bukan karena kader atau simpatisan PDI-P. Mereka adalah orang-orang yang respek terhadap pribadi Jokowi sebagai pemimpin. Sebagian mencoblos PDI-P pada Pileg juga untuk memuluskan Jokowi maju sebagai calon presiden (Capres) bukan karena kader atau simpatisan PDI-P.

Nah, kalau pada Pilpres 2024 tidak ada sosok ‘the next Jokowi’ tentulah pemilih Jokowi jadi massa mengambang. Massa ini akan ‘terkatung-katung’ yang jadi rebutan kontestan pemilu. Tapi, mereka ini bukan massa mengambang yang gampang diombang-ambingkan karena mereka memilih sosok pemimpin bukan partai.

Karena Jokowi tidak bisa lagi ikut Pilpres, maka ‘the jokowers’ akan mencari-cari sosok Jokowi terutama pada pemimpin baik di tingkat kabupaten, kota dan provinsi. Soalnya, ada sesuatu pada diri Jokowi yang menggerakkan naluri bangsa untuk bertindak arif. Inilah yang merupakan faktor utama yang jadi pengikat ‘the jokowers’.

Semua kasat mata. Tidak sedikit orang yang memenfaatkan kedudukan istri, suami, ayah, ibu, paman, dst. di jajaran pemerintahan. Tapi, tidak dengan Jokowi. Sejak Jokowi menjabat Wali Kota Surakarta (Solo) selama dua periode sama sekali tidak ada celah bagi keluarga Jokowi, terutama istri dan anak-anaknya, untuk memanfaatkan kedudukannya.

Begitu pula ketika Jokowi jadi presiden. Anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, memilih usaha bidang kuliner yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan kedudukan ayahnya sebagai seorang presiden. Tidak pernah terbetik kabar Gibran jadi rekanan katering Istana atau jajaran pemerintahan pusat dan daerah.

Jokowi memilih tinggal di Istana, tapi ketiga anaknya tidak tinggal di Istana. Pernikahan anaknya dilakukan di luar Istana, sedangkan ada presiden yang menjadikan salah satu Istana sebagai tempat resepsi pernikahan anaknya.

Itu sebagian dari citra Jokowi yang jadi bagian dari ‘the jokowers’ jadikan sosok Jokowi sebagai idola mereka. Mereka kian was-was karena di penghujung pemerintahan Jokowi belum juga ada sosok ‘the next Jokowi’.

Ketika Gibran mulai menunjukkan langkah akan masuk ke dunia politik ada sedikit pemuas dahaga bagi pendukung Jokowi. Pilihan menantu Jokowi, Bobby Nasution, jadi salah satu kontestan calon Wali Kota Medan, Sumatera Utara, juga jadi harapan.

Pendukung Jokowi sangat berharap ada sosok Jokowi pada Gibran dan Bobby kelak jika mereka terpilih jadi wali kota. Tentu saja tantangan berat bagi Gibran dan Bobby karena sosok Jokowi itu merupakan built-in (bawaan) yang tidak bisa dilakukan secara instan.

Kalaupun ada pejabat yang menerapkan gaya kepemimpinan Jokowi, seperti blusukan (masuk ke suatu tempat dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu), segera bisa dibaca apakah hal itu built-in atau merupakan sebuah pencitraan.

Nah, pendukung Jokowi akan sangat peka apakah yang dilakukan pejabat tersebut built-in atau hanya sekedar pencitraan. Tentu saja pendudung Jokowi berharap cara-cara yang diterapkan Gibran dan Bobby tidak hanya sekedar pencitraan tapi merupakan bagian dari kepemimpinan Jokowi (Disclaimer: Artikel ini tidak terkait dengan dukung-mendukung dan relawan Jokowi karena murni sebagai tulisan dengan pijakan jurnalistik). []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

Berita terkait
Politik Dinasti Jadi Isu untuk Menzalimi Jokowi
Ketika ada rencana Gibran dan Bobby ikut dalam Pilkada muncullah wacana politik dinastik yang akhirnya berujung sebagai isu untuk menzalimi Jokowi
Bobby Nasution: Mengenai Politik Dinasti, Itu Salah
Bobby Afif Nasution resmi diusung PDIP sebagai calon Wali Kota Medan periode 2020-2024.
Bobby di Medan, Gibran di Solo, Politik Dinastikah?
Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi Covid-19, ditambah lagi munculnya para calon kepala daerah dari kerabat para pejabat.
0
Adakah Sosok Jokowi pada Gibran dan Bobby Nasution
Pendukung Jokowi was-was karena belum ada sosok the next Jokowi, harapan ada di pundak Gibran dan Bobby yang maju pada Pilwalkot Solo dan Medan