Ada yang Sudah Dapat Rumah Pengganti, Ada yang Masih Mengungsi

Lima bulan gempa Lombok berlalu, ada warga yang sudah mendapat rumah pengganti, ada yang masih mengungsi.
Pembangunan rumah warga korban gempa di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais, Kecamatan Sandubaya, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (17/12/2018). (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Mataram, (Tagar 18/12/2018) - Lima bulan gempa Lombok berlalu, ada warga yang sudah mendapat rumah pengganti, ada yang masih mengungsi. Ada yang sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ada pula yang belum mendapatkannya.

Beberapa kepala keluarga bahkan terancam diusir dari lahan tempat mereka mendirikan tenda.

Sanimah (43) seorang kepala keluarga di Dusun Karang Anyar, Desa Gerimax Indah Kecamatan Narmada, Lombok Barat ini harus pasrah dengan nasib mereka di tenda pengungsian.

"Kami sudah diperingatkan pemilik lahan tempat kami mengungsi ini, kami disuruh pindah. Sudah lima bulan kami bikin tenda di sini," ungkap Sanimah saat disambangi di lokasi pengungsian, Senin (17/12).

Baca juga: Keajaiban Gempa Lombok, Rumah Adat Tetap Utuh Berdiri

Sanimah menuturkan, ia dan warga pengungsi lain sekarang ini dalam keadaan tak menentu. 

"Apa iya sampai setahun dua tahun kalian harus mengungsi di sini?" Sanimah mengulang ucapan pemilik lahan tempatnya mendirikan tenda sejak malam 5 Agustus 2018.

"Kami bingung mau tinggal di mana, sementara bantuan untuk bangun rumah sampai sekarang belum kami dapatkan kepastiannya seperti apa," cetus Senim (65) menimpali.

Di atas lahan seluas 1 hektare itu warga mendirikan tenda. Mendekati musim penghujan, pemilik lahan berencana menanam bibit manggis dan rambutan di lokasi tersebut.

Sanimah menuturkan kendala yang dihadapi jika kembali kembali ke rumah masing-masing.

"Kami belum berani, karena kalau bangunan rumah kami robohkan sendiri untuk lahan bikin tenda, kami ndak diizinkan. Katanya dari pemerintah nanti kami didiskualifikasi dapat bantuan," ujarnya.

Selain itu, Sanimah dan warga lainnya juga mempertanyakan soal bantuan biaya jaminan hidup (jadup) Rp 10.000 per hari per jiwa yang tak kunjung didapatkannya.

Rumah Pengganti: Risha, Riko, Rika

Keluhan warga Dusun Karang Anyar itu berbanding terbalik dengan keadaan warga yang terpantau di Lingkungan Pengempel Indah, Kelurahan Bertais Kodya Mataram.

Dua lingkungan itu merupakan batas administrasi wilayah Lombok Barat dengan Kodya Mataram.

Gempa LombokKosatgas Rehab Rekon gempa NTB, Kol Inf H Farid Makruf (kedua dari kiri) meninjau progres pembangunan rumah warga terdampak gempa, Senin (17/12/2018). (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Beberapa jenis rumah instan sehat sederhana (Risha) sudah hampir rampung dibangun di Lingkungan Pengempel Indah.

"Yang ini rumah jenis Risha, ada sekitar lebih dari enam unit yang sudah jadi," ucap seorang tukang proyek, Mahsan.

Sementara itu, Kosatgas Rehab Rekon gempa NTB Kol Inf H Farid Makruf mengungkapkan kendala lambatnya progres pembangunan rumah bagi warga terdampak. Beberapa kendala yang dihadapi yaitu terkait komunikasi dan validitas data warga penerima bantuan.

"Salah satu penyebab kendalanya ada pada proses administrasi dari desa perihal pembuatan hak atas legalitas tanah terhadap anggota pokmas yang tidak memiliki sertifikat tanah bangunan," ungkap Farid, Senin (17/12).

Farid menuturkan beberapa penyebab lain terkait lambatnya progres pembangunan hunian tetap (Huntap), baik Risha, Riko (rumah instan konvensional) dan Rika (rumah instan kayu) adalah kurangnya persediaan material yang disediakan oleh aplikator seperti mur, baut dan plat panel.

Selain itu, kata Farid, RAB Riko belum ditentukan oleh tenaga pendamping. Sementara RAB dari fasilitator untuk Rika anggarannya belum ada, termasuk tenaga pendamping maupun pengadaan kayu masih belum ada kejelasan.

Untuk rumah Risha, pencairan dana tahap kedua lambat dicairkan, sehingga tahap pembangunan berikutnya pun terhenti.

Farid menyebut progres pembangunan rumah pada minggu kedua dan ketiga di bulan Desember 2018 ini yaitu data kelompok masyarakat (Pokmas) untuk penerima bantuan yang sudah terbentuk berjumlah 1.737 pokmas meliputi 20.669 KK. Pokmas yang sudah punya SK Bupati sebanyakk 1.674 meliputi 19.697 KK.

Sedangkan untuk jumlah rekening berjumlah 846  Pokmas meliputi 10.624 KK. Jumlah Rekening Pokmas yang sudah terisi 463 dalam 6.677 KK.

Secara keseluruhan di NTB terdapat 198 unit Risha, Riko dan Rika yang sudah terbangun. Hingga saat ini, sebanyak 2.914 unit dari tiga jenis rumah tersebut yang sedang dalam proses pengerjaan.

Lebih jauh, Farid menjelaskan Satgas TNI Rekonstruksi dan Rehabilitasi pascagempa sudah berupaya mengerahkan personel Satgas untuk membantu percepatan pembangunan Huntap kepada warga yang terdampak.

"Mohon agar seluruh stakeholder dalam penanganan proses pembangunan Huntap agar bekerja keras sesuai tugas dan fungsi masing-masing dalam mempercepat pembangunan," imbau Farid. []

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.