Jakarta - Militer Israel menyatakan serangan yang menewaskan sembilan anggota keluarga di Gaza ada kesalahan penilaian terhadap warga sipil. Serangan udara pada 14 November 2019 itu mulanya membidik rumah militan Rasmi Abu Malhous.
Menurut tentara Israel, intelejen yang diterjunkan sebelumnya menyimpulkan bahwa rumah tersebut merupakan kompleks militer organisasi teror Jihad Islam. Sehingga diperkirakan warga sipil tidak mungkin dapat mengakses lokasi tersebut. Namun, yang terjadi adalah penyelidikan militer menemukan kesalahan.
"Meskipun kegiatan militer dilakukan di markas, tempat itu bukan kompleks tertutup, dan pada kenyataannya warga sipil hadir di sana," kata tentara dalam sebuah keterangan, seperti dilansir dari AFP, Rabu 25 Desember 2019.
Rasmi diklaim Israel sebagai komandan Jihad Islam yang menggerakkan gerilyawan Palestina. Sebelumnya Israel telah melancarkan serangan selama tiga hari. Dalam serangan tersebut, Rasmi dan delapan anggota keluarganya terbunuh oleh serangan itu.
"Tentara telah melakukan upaya besar untuk mengurangi kerusakan pada non-pejuang," katanya lagi. Selain itu, Israel juga menyalahkan pihak Jihadis yang telah mengeksploitasi non kombatan karena meletakkan senjata militernya di tengah-tengah masyarakat sipil.
Awal mula serangan tersebut dipicu oleh tindakan Israel yang membunuuh seoragn pejabat senior Jihadis di Gaza pada 12 November lalu. Atas tindakan itu, kelompok Islam berma pemimpin Gaza Hamas melancarkan serangan dengan menembakkan 450 roketnya.
Dikabarkan, dalam perseteruan itu, 35 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Sementara pihak Israel tidak menjatuhkan korban. []