736 Juta Perempuan Pernah Alami Kekerasan Fisik dan Seksual

Perempuan di dunia banyak mengalami kekerasan fisik dan seksual, hasil studi WHO menunjukkan satu dari tiga perempuan jadi korban
Peserta unjuk rasa pada peringatan Hari Perempuan Internasional di Metro Manila, Filipina, 8 Maret 2021 (Foto: bbc.com/indonesia – EPA)

Oleh: Megha Mohan - Koresponden BBC untuk Isu Gender

Laporan baru dari Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) mengungkapkan bahwa sepertiga perempuan di dunia, atau sekitar 736 juta dari mereka, pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual.

Meski jumlah yang mengalami kekerasan secara umum tidak berubah sejak studi WHO terakhir pada tahun 2013, kajian terbaru ini menunjukkan bahwa perempuan mulai mengalami kekerasan sejak usia muda.

Satu dari empat wanita berusia antara 15-24 tahun mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasangan mereka. WHO menyebut kajian ini adalah studi terbesar yang pernah dilakukan terkait isu kekerasan terhadap perempuan.

WHO menganalisis data hasil survei di 161 negara antara tahun 2000 hingga 2018 untuk menghasilkan estimasi terbaru ini. Namun studi ini tidak memasukkan data dari selama pandemi Covid-19 terjadi.

Riset WHO menyebut kekerasan oleh pasangan sebagai bentuk pelecehan yang paling banyak dilaporkan. Sekitar 641 juta perempuan mengaku pernah mengalaminya.

Di luar itu, 6% perempuan di seluruh dunia mengatakan telah diserang oleh orang lain yang bukan suami atau pasangan mereka.

"Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah kesehatan masyarakat global yang berskala pandemi dan kasus ini dimulai pada usia dini," kata salah satu peneliti riset itu, Claudia Garcia-Moreno.

"Jumlah korbannya bisa jauh lebih besar karena ketakutan terhadap stigma bisa menghalangi banyak perempuan melaporkan kekerasan seksual," tuturnya.

1. Di Mana Perempuan Lebih Mungkin Jadi Korban?

Laporan WHO menunjukkan, perempuan yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah, antara lain negara di Kepulauan Oceania seperti Fiji, kawasan Asia selatan dan sub-Sahara Afrika lebih berisiko mengalami kekerasan fisik dan seksual oleh pasangan mereka.

ilus kekerasan seskual1Ilustrasi (Foto: chronicle.com)

Hampir satu dari empat perempuan (37%) yang tinggal di negara-negara ini menjadi korban kekerasan. Angka kasusnya turun menjadi sekitar satu dari lima perempuan jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Eropa (16-23%) dan Asia Tengah (18%).

"Kekerasan terhadap perempuan mewabah di setiap negara dan budaya, menyebabkan kerugian bagi jutaan perempuan dan keluarga mereka, dan ini diperburuk oleh pandemi Covid-19," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Tapi tidak seperti Covid-19, kekerasan terhadap perempuan tidak bisa dihentikan dengan vaksin," ucapnya.

2. Dampak Pandemi

Penulis penelitian mencatat, meski angka-angka yang muncul mengungkapkan tingkat kekerasan yang sangat tinggi terhadap perempuan dan anak perempuan, data itu tidak mencakup pengaruh yang mungkin turut dipicu pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif UN Women, entitas PBB untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, Phumzile Mlambo Ngcuka, menyebut kekerasan terhadap perempuan adalah "salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang paling meluas, terus-menerus dan menghancurkan di dunia saat ini".

ilus kekerasan seksual2Warga berpartisipasi dalam pawai protes untuk para penyintas pelecehan seksual dan pendukung mereka di Hollywood Boulevard di Hollywood, Los Angeles, California, AS, November 2017 (Foto: nbcnews.com - Lucy Nicholson/Reuters)

"Sejak pandemi Covid-19, data dan laporan yang muncul menunjukkan bahwa semua jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, meningkat dalam skala yang kami sebut Pandemi Bayangan," katanya.

"Laporan hari ini dan dampak pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa solusi yang ada perlu ditingkatkan untuk memberantas kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan selamanya," ujar

3. Langkah Selanjutnya

Laporan WHO menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk bermitra dengan organisasi masyarakat sipil. Tujuannya untuk memastikan ketersediaan layanan bagi perempuan yang rentan, dan pendanaan untuk pengumpulan data berkelanjutan untuk peningkatan layanan serta program.

"Kami ingin melihat kemauan dan investasi yang meningkat serta komitmen baru dari negara-negara untuk menghapus kekerasan terhadap perempuan," kata Claudia Garcia-Moreno. "Saya berharap angka-angka ini menjadi peringatan bagi pemerintah," ujarnya.

"Ada pembicaraan lima tahun lalu, tapi sekarang diperlukan lebih banyak tindakan jika kita ingin memenuhi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu menghapus kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2030," kata Garcia-Moreno (bbc.com/indonesia). []

Berita terkait
Biden Perang Lawan Kekerasan Seksual di Militer Amerika
Presiden Biden umumkan bahwa pemerintahannya akan menindaklanjuti masalah serangan dan pelecehan seksual dalam tubuh militer Amerika
Kesetaraan Gender dan Kekerasan Seksual di Kampus Amerika
Biden tandatangani perintah eksekutif tentang kesetaraan dender dan mahasiswa bebas dari serangan seksual di kampus
Indonesia Darurat Kekerasan Seksual, DPR Didesak Kebut RUU PKS
Indonesia mengalami kondisi darurat kekerasan seksual. Berdasarkan catatan Komnas Perempuan, terdapat 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.