7 Pemicu Depresi Pada Anak Bisa Berujung Bunuh Diri

Kian banyak anak-anak di dunia yang menderita depresi karena berbagai faktor yang bisa berujung bunuh diri
Stres (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Makin banyak anak-anak di dunia yang menderita depresi yang berujung bisa pada kasus bunuh diri. Waspadai penyebab dan pemicu depresi agar bisa mencegah bunuh diri. Berikut ini ada tujuh faktor yang menjadi pemicu depresi pada anak-anak.

StresStres (Foto: dw.com/id)

Stres. Anak jaman sekarang banyak dikelilingi faktor pemicu stress. Tuntutan berprestasi di sekolah atau dalam klub olahraga, PR bertumpuk, serta tekanan lingkungan. Stres melemahkan hampir semua sistem biologi dalam tubuh. Kortisol dalam tubuh diproduksi terus, hingga anak mudah mengalami perubahan emosi secara dramatis hingga depresi. Hindari faktor stres dengan melakukan kegiatan secara rasional.

Broken HomesBroken Homes (Foto: dw.com/id)

Broken Homes. Goncangan dalam keluarga seperti perceraian, atau orang tua yang cekcok terus menerus, mempengaruhi secara signifikan perilaku dan psikologi anak. Hasil riset yang dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family menunjukkan, anak-anak dari keluarga yang pecah akibat perceraian, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan depresi dan perasaan tertekan dibanding anak dari keluarga utuh.

Porsi Bermain KurangPorsi Bermain Kurang (Foto: dw.com/id)

Porsi Bermain Kurang. Bermain merupakan kebutuhan penting bagi anak-anak. Dengan bermain otak punya kesempatan berkembang dan belajar. Anak juga belajar memecahkan masalah, mengontrol sendiri kehidupannya, mengembangkan kompetensi serta mengeksplorasi minat. Pakar gangguan mental pada anak Peter Gray, PhD menyebut, kurang bermain secara aktif membuat anak tak mampu pecahkan masalah dan tidak kompeten.

Kecanduan Game ElektronikKecanduan Game Elektronik (Foto: dw.com/id)

Kecanduan Game Elektronik. Anak-anak yang bermain game elektronik di depan layar computer, tablet atau smartphone lebih dari lima jam sehari, menurut riset yang dilansir dalam American Journal of Industrial Medicine menunjukkan kecenderungan lebih mudah depresi dan mengalami masalah emosional. Main game lebih 20 jam seminggu, menyusutkan sel otak yang berkorelasi pada kapasitas untuk mengembangkan empati dan persahabatan.

Kebanyakan Konsumsi GulaKebanyakan Konsumsi Gula (Foto: dw.com/id)

Kebanyakan Konsumsi Gula. Di zaman modern ini konsumsi gula, berupa kue-kue, manisan dan minuman berkarbonasi, amat tinggi di kalangan anak-anak. Peneliti psikiatri Inggris Malcolm Peet membuat analisa yang menunjukan tingginya konsumsi gula berkorelasi erat dengan maraknya kasus depresi dan skizoprenia. Gula juga menekan aktivitas hormon pertumbuhan di otak. Pada penderita depresi dan skizoprenia, level hormon ini rendah.

Menggunakan AntibiotikaMenggunakan Antibiotika (Foto: dw.com/id)

Menggunakan Antibiotika. Obat-obatan antibiotika merusak keseimbangan flora dan bakteri usus yang berperan penting menjaga kesehatan mental. Laporan peneliti di McMaster University yang melakukan riset dengan tikus yang diberi antibiotika dalam jangka panjang, menunjukkan hewan ini menjadi lebih mudah cemas dan bagian otaknya yang mempengaruhi emosi serta perasaan juga mengalami gangguan.

Terpapar RacunTerpapar Racun (Foto: dw.com/id)

Terpapar Racun. Racun kini cemari lingkungan di mana-mana. Mulai dari pestisida untuk tanaman, bahan pembersih, unsur pengawet, cemaran logam berat pada bahan makanan hingga cemaran dari emisi kendaraan. Dalam bukunya: The UltraMind Solution, Mark Hyman, MD merinci simptoma dari dampak paparan racun, antara lain depresi dan gelisah tanpa sebab. Solusinya, lakukan detoksifikasi untuk menghilangkan gejala depresi. [as/ml (berbagai sumber)]/dw.com/id. []

Berita terkait
5 Kondisi Kesehatan Picu Depresi pada Usia 40 Tahun
Memperhatikan kondisi kesehatan saat menginjak usia 40 tahun penting dilakukan, karena dapat memicu depresi.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.