Untuk Indonesia

7 Nama Capres 2024 LSI Tak Layak, Ini Dia Sosok Mr X

Ulasan opini Tito Sianipar tentang Mr X sosok yang tidak disangka-sangka, berpotensi besar untuk jadi calon presiden Indonesia 2024.
Ilustrasi: Tagar/Regita Putri

Oleh: Tito Sianipar*

Lingkaran Survei Indonesia Denny JA merilis 14 nama yang punya kemungkinan maju sebagai calon presiden pada pemilihan 2024. Tidak ada kejutan dari nama-nama yang dihasilkan oleh survei dan diskusi para peneliti LSI itu. Hampir semua nama adalah repetisi para tokoh yang memang eksis saat ini.

Nama-nama itu adalah Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Khofifah Indar Parawansa, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Airlangga Hartarto, Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, Sri Mulyani, Budi Gunawan, Tito Karnavian, dan Gatot Nurmantyo.

LSI juga menyediakan satu formulir kosong yang disebut sebagai Mr/Mrs X yang mungkin menyodok seperti sejarah Joko Widodo memenangkan pemilihan presiden 2014. Nama ke-15 yang diharapkan punya faktor kejut itu belum masuk radar LSI dan mereka masih akan menelusurinya.

Dari 14 nama itu, penulis berani mencoret 7 nama bahwa mereka tidak akan maju sebagai calon presiden pada 2024 nanti. Atau setidaknya memprediksi bahwa 7 nama yang saya coret ini tidak punya peluang untuk pertarungan politik sebesar pemilihan presiden. Bahkan penulis juga sudah punya nama sendiri untuk Mr/Mrs X.

Saya mulai dari mencoret 7 dari 14 nama. Mereka adalah Ganjar Pranowo, Khofifah Indar Parawansa, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, Budi Gunawan, dan Tito Karnavian. Secara garis besar, alasan mencoret 7 nama itu adalah punya faktor resistensi.

Alasan lain yang bisa dimasukkan adalah tidak adanya potensi untuk memenangkan pertarungan politik sebesar pemilihan presiden Republik Indonesia. Bisa saja nama-nama itu mengantongi beberapa modal seperti kriteria hasil survei LSI, misalnya populer, pejabat publik, dan lainnya, tapi tetap harus ada faktor potensi.

Ganjar Pranowo misalnya. Dia mengantongi beberapa faktor pendukung: pejabat publik, dikenal orang, dan juga berasal dari partai pemenang pemilu. Tapi diprediksi Ganjar tidak mampu mengikuti jejak Joko Widodo: dari kepala daerah menjadi presiden.

Faktor resistensi terhadap Ganjar juga diprediksi akan cukup besar, bahkan dari internal partainya sendiri. Belum lagi soal potensi. Meski populer di Jawa Tengah, tapi ia tidak menguasai partai. Ini syarat penting untuk bisa dimajukan sebagai calon.

Puan Maharani sebaliknya. Selain terkenal dan menjabat menteri, Puan juga 'menguasai' partai. Dia bisa ngotot agar partai mengajukan dirinya. Tapi tetap saja, Puan tidak punya potensi sekaligus mengantongi faktor resistensi. Megawati Soekarnoputri saja tidak pernah memenangkan pemilihan presiden langsung.

Khofifah hampir sama seperti Ganjar, populer di Jawa Timur karena memenangkan pemilihan gubernur. Ia juga pernah menjabat sebagai menteri, bahkan di era dua presiden berbeda: Abdurrahman Wahid dan Joko Widodo. Tapi tetap saja, Khofifah belum punya nilai jual se-Indonesia.

PDI Perjuangan sendiri, selayaknya sudah mulai serius 'mencetak' siapa calon berikutnya setelah Joko Widodo.

Muhaimin Iskandar dan Airlangga Hartarto hampir sama. Mereka boleh mengetuai partainya masing-masing saat ini, PKB dan Partai Golkar. Namun itu tidak menjamin mereka masih menjabat sampai pemilihan presiden 2024 digelar. Lagipula, kedunya sama seperti Khofifah: belum populer se-Indonesia.

Dua nama terakhir Budi Gunawan dan Tito Karnavian, penulis punya alasan yang hampir sama. Sulit membayangkan purnawirawan polisi, bahkan jenderal sekalipun, untuk bertarung di pemilihan presiden. Sejarah republik ini belum pernah ada purnawirawan polisi memimpin negeri. Kalau tentara sudah ada beberapa.

Sejauh ini baru Murad Ismail yang bisa dijadikan pembelajaran bagaimana seorang berlatar belakang polisi bisa memenangkan kontestasi politik pemilihan langsung. Murad baru dilantik menjadi gubernur Maluku dengan mengalahkan dua calon lain pada pilkada 2018.

Penulis justru punya beberapa nama yang punya potensi untuk bisa punya peluang sebagai calon presiden 2024 kelak. Termasuk satu nama yang punya nilai kejut, yang versi LSI disebut sebagai Mr/Mrs X, dan berpotensi mengulangi apa yang dialami oleh Joko Widodo.

Beberapa nama itu antara lain Tri Rismaharini, Edy Rahmayadi, Erick Thohir, Mahfud Md, dan Zulkifli Hasan. Mereka sama-sama punya modal awal sebagai tokoh politik yang populer, juga punya jabatan publik dan berpotensi untuk menjadi pemimpin negeri. Permasalahannya cuma soal apakah partai mau melirik mereka.

Erick Thohir misalnya. Dia sudah membuktikan kesuksesan memimpin dua kegiatan besar yang menjadi prestasi Joko Widodo. Pertama Asian Games 2018 dan kedua pemilihan presiden 2019. Dua peristiwa itu cukup membuat Erick mendapat pengalaman di level tertinggi.

Meski belum ada jabatan publik, yang justru tak begitu diperlukan Erick, dia sudah cukup populer dan terkenal. Tidak hanya di Indonesia bahkan dunia juga mengenalnya. Dia adalah (mantan) presiden Inter Milan, pemilik media, sekaligus pengusaha sukses.

Soal dana, atau setidaknya sumber dana, Erick juga hampir tidak ada masalah. Dari penjualan saham di Inter Milan saja, dia bersama rekan mengantongi Rp 4 triliun. Tinggal bagaimana Erick mendongkrak akseptabilitasnya di kalangan penguasa partai politik.

Satu nama terakhir yang penulis nilai punya potensi dan nilai kejut adalah Prananda Prabowo. Dia berada di luar semua kriteria tradisional survei: populer, punya jabatan publik, dan punya elektabilitas. Tapi Prananda punya modal besar jika hendak dijadikan Mr X versi LSI.

Publik awam, di luar kelompok Marhaen dan juga PDI Perjuangan, hampir tidak pernah mendengar atau mengenalnya. Tapi jika PDI Perjuangan serius mencalonkannya, putra kedua Megawati Seokarnoputri itu justru punya peluang yang besar, salah satunya karena faktor kejutan.

Faktor kejutan Joko Widodo pada 2014 tentu tidak sama dengan faktor kejut yang dimiliki Prananda. Tapi tidak perlu juga mengikuti pola persis Joko Widodo: dari kepala daerah menjadi presiden. "Prananda punya potensi besar," Joko Widodo pernah berujar, sebelum ia menjadi presiden.

Joko Widodo bisa membantu mewujudkan kata-katanya tersebut dengan memberikan anak tangga awal bagi Prananda. Dengan menjadikannya menteri atau pejabat setingkat di masa pemerintahan keduanya ini, otomatis soal dua faktor -- populer dan pejabat publik, langsung teratasi.

PDI Perjuangan sendiri, selayaknya sudah mulai serius 'mencetak' siapa calon berikutnya setelah Joko Widodo. Lima tahun ke depan ini adalah waktu yang mereka punya. Jika penulis adalah pemimpin partainya, saya akan siapkan jalan buat Prananda. Bukan Puan Maharani maupun Ganjar Pranowo.

*Penulis adalah wartawan lepas lulusan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Baca juga:

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.