670 Lebih Anak di Amerika Serikat Tewas Akibat Kekerasan dengan Senjata Api

Di Washington DC, AS, seorang ibu yang juga mantan veteran Angkatan Darat bekerja sama dengan masyarakat mengatasi masalah ini
Peyton Tremont, tujuh tahun, melambaikan kertas di tengah aksi protes masyakarat menuntut pengendalian senjata di dekat Capitol AS, Washington DC, AS, 26 Januari 2013. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Jonathan Ernst)

TAGAR.id, Washington DC, AS - Hingga akhir Mei 2023, lebih dari 670 anak dan remaja di Amerika Serikat (AS) tewas karena kekerasan senjata api. Data ini dikumpulkan Gun Violence Archive, kelompok pengumpul data independen di AS. Di Washington DC, AS, seorang ibu yang juga mantan veteran Angkatan Darat bekerja sama dengan masyarakat mengatasi masalah ini. Karina Bafradzhian melaporkannya untuk VOA.

Jawanna Hardy adalah seorang veteran Angkatan Darat Amerika, seorang ibu dan seorang warga Ibu Kota Washington DC. Melesatnya angka kematian terkait senjata api di Amerika membuatnya pada 2018 memutuskan membentuk “Guns Down Friday,” suatu kelompok yang didedikasikan untuk mengurangi kekerasan senjata api.

“Jalan-jalan di DC lebih buruk dibanding medan perang, dan saya benar-benar hanya ingin membuat perubahan. Suatu hal yang sangat mengerikan ketika kita mengajar anak-anak untuk menjauhi orang tertentu, untuk melakukan hal ini dan itu untuk melindungi diri mereka. Tetapi apa yang dapat kita lakukan ketika terjadi penembakan massal?”

Setiap Jumat, Hardy mengemudikan kendaraannya ke pemukiman warga di Washington DC yang memiliki insiden terkait senjata api lebih tinggi. Ia bertemu dengan anak-anak dan keluarga mereka untuk menemukan cara-cara mengurangi kekerasan dan membantu warga pulih.

sepatu tak bertuanSebanyak 7.000 pasang sepatu tak bertuan yang menandakan banyaknya anak yang terbunuh akibat kekerasan bersenjata di Gedung Capitol AS, 13 Maret 2018, di Washington DC, AS. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Kelompok itu menyediakan sumber daya dan program untuk membantu mereka yang terdampak pembunuhan remaja, bunuh diri dan masalah kesehatan mental. Hardy mengatakan kelompok itu juga bekerja sama dengan pihak berwenang di kota itu untuk melakukan banyak hal lain, seperti memasang lampu jalan di lokasi-lokasi yang lebih rawan.

“Di satu pemukiman yang kami datangi, kami mengetahui penembak datang dari balik semak-semak. Jadi kami bertanya pada anak-anak di sana, apa yang dapat Anda lakukan untuk mengakhiri kekerasan senjata api di komunitas ini? Mereka menjawab, kami dapat memangkas semak-semak sehingga dapat melihat apa yang sedang terjadi. Kami kami dan sejumlah anggota dewan ini datang ke sana untuk memangkas semak-semak itu," kata Hardy.

Makaya King-Brooks, yang berusia 13 tahun, adalah salah seorang sukarelawan yang ikut membantu. Ia juga pernah terkena tembakan.

“Saya masih sangat muda ketika terkena tembakan senjata api. Saya kini selalu menutup tirai jendela. Saya tidak pernah berdiri di dekat jendela kamar saya. Saya tidak suka kamar saya dibersihkan dengan alat penyedot debu karena suaranya terlalu keras. Saya jadi benar-benar paranoid," ujarnya.

Beberapa tahun lalu Rashaad Bates kehilangan teman baiknya karena kekerasan senjata api. Ia mengatakan bertemu dan bicara langsung dengan Hardy membantunya mengatasi isu yang sama.

“Saya merasa marah dan pada saat yang sama merasa kehilangan. Jika saya menjadi emosional, Ibu Hardy ada di sini dan membantu saya mengatasinya," kata Bates.

biden dan jill letakkan karangan bunga di buffaloPresiden AS, Joe Biden, dan Ibu Negara Jill Biden memberikan penghormatan bagi korban penembakan massal dengan meletakkan karangan bunga dan berdoa di lokasi memorial di Buffalo, New York, AS, Selasa, 17 Mei 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Para psikolog anak mengatakan membaca atau menonton berita tentan gkekerasan senjata api dapat menimbulkan dampak serius pada kesehatan anak dan menyebabkan perubahan suasana hati (mood-swings), gangguan tidur, kehilangan nafsu makan dan masalah konsentrasi. Namun mereka menekankan, seringkali keluarga dapat mencegah gejala ini agar tidak bergulir menjadi masalah psikologi yang lebih serius, seperti kecemasan dan depresi yang parah.

“Orang tua yang bicara dengan anak-anak mereka tentang hal-hal yang terjadi, bisa sangat membantu mereka. Jika ada sedang menonton film di bioskop bersama keluarga, lalu terjadi penembakan. Ada kesempatan untuk melibatkan anak-anak dalam pembicaraan ini secara santai, bagaimana kalian melihat hal itu? Bagaimana mengatasinya?," tutur psikolog anak Daniel Marulllo.

Menurut Gun Violence Archive, hingga akhir pekan ini saja lebih dari 670 anak dan remaja tewas akibat kekerasan senjata api di Amerika. (em/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Penembakan Massal karena Rasisme Dorong Warga AS Keturunan Asia Beli Senjata
King adalah orang kulit hitam yang dipukuli polisi secara brutal pada tahun 1992 dan memicu kerusuhan besar-besaran