60 Persen Wisman di Yogyakarta Berasal dari Malaysia

Sebanyak 60 persen wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta berasal dari negara Malaysia.
Andong online resmi beroerasi di Malioboro Yogyakarta sejak Jumat 23 Agustus 2019 malam. Peluncuran andong online ini bertujuan meningkatkan sektor pariwisata Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Sebanyak 60 persen wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Yogyakarta pada 2018, merupakan wisatawan asal Malaysia.

Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Singgih Rahardjo, mengatakan hal itu, seusai hadir pada kunjungan Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong XVI Al-Sultan Abdullah Al-Mustafa Billah Shah Ibni Almarhum Sultan Haji Ahmad Shah Al-Musta’in Billah, di Keraton Yogyakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.

Singgih menjelaskan, banyaknya wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Yogyakarta, kemungkinan besar disebabkan oleh masifnya promosi yang dilakukan pada berbagai kegiatan.

"Kedua, Singapore. Ini mungkin dampak massifnya kita melakukan promosi juga di berbagai event, kemudaian dari Malaysia dan Singapore kan ada direct flight (penerbangan langsung), memudahkan mereka untuk berkunjung," jelasnya.

Dia berharap, adanya kunjungan Raja Malaysia ke Keraton Yogyakarta, akan menambah dampak positif bagi sektor pariwisata di Yogyakarta.

Terlebih, saat ini memang wisatawan dari Asia Tenggara menjadi target pasar, meskipun pihaknya tidak akan berhenti sampai di situ, tetapi juga akan membidik kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Eripa Timur, serta Australia.

"Mereka lebih banyak berkunjung ke pantai di Gunung Kidul, mungkin karena keindahan alam di Gunung Kidul itu masih alami sekali. Itu menjadi favorit mereka," imbuhnya.

Mengenai pengeluaran para wisatawan asal Malaysia selama berada di Yogyakarta, menurutnya cukup bagus. Mereka rerata tinggal di Yogyakarta selama satu hingga dua hari.

Wisatawan asal Malaysia, kata dia, menyukai kuliner yang ada di Yogyakarta. Selain rasanya yang cocok pada lidah mereka, harga yang dipatok pun terjangkau.

"Sesuai antara ekspektasi rasa dan harga. Dari tingkat hunian, mereka juga memilihnya hotel yang berbintang tiga sampai empat. Kemudian oleh-olehnya juga lumayan, jadi spendingnya (pengeluarannya) cukup bagus. Lama tinggal rata-rata sehari dua hari," paparnya.

Pemindahan Ibukota Tak Banyak Berpengaruh

Pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur, menurut Singgih, tidak akan terlalu memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.

Singgih berpendapat, dengan atau tanpa pemindahan ibukota, Yogyakarta tetap akan menjadi pusat kunjungan wisata, salah satunya karena letak Yogyakarta yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa.

"Kalaupun ngaruh, tentu tidak akan begitu besar," tuturnya.

Hal yang cukup mampu memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, justru keberadaan Bandar Udara New Yogya International Airport (NYIA). Terlebih jika jumlah penerbangan langsung dari luar negeri bertambah.

"Kalau kita melihat NYIA, sangat menggembirakan, karena  dari sisi landasan, paling kuat se-Indonesia, bisa didarati oleh pesawat paling besar, mengalahkan Bandara Soetta. Ini potensi yang luar biasa. Kalau kemudian diikuti dengan direct flight, otomatis (menambah jumlah wisatawan)," pungkasnya. []

Baca juga:

Berita terkait
492 Pil Psikotropika Dalam BH Dicegah Masuk Yogyakarta
Perempuan bernama Acha ini menempatkan 492 pil psikotropika terlarang dalam BH-nya saat masuk ke Yogyakarta.
Wawali Yogyakarta Bela ASN yang Terjerat OTT KPK
Heroe Poerwadi berharap semua pihak mengedepankan azas praduga tak bersalah dalam kasus OTT KPK terhadap dua ASN Yogyakarta.
DPW PKS Yogyakarta Tolak Disebut Partai Khilafah
Ketua DPW PKS Yogyakarta menampik tuduhan yang menyebut PKS sebagai partai khilafah.