545 Anak Imigran Amerika Selatan Terpisah dari Orang Tua

Akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, tentang imigran 545 anak terpisah dari orang tuanya di perbatasan Meksiko
Ratusan anak migran diyakini hidup tanpa orang tuanya di Amerika Serikat (Foto: bbc.com/indonesia - REUTERS).

Jakarta - Orang tua dari 545 anak yang terpisah dari keluarganya di perbatasan AS-Meksiko akibat kebjakan imigrasi Presiden AS Donald Trump hingga kini belum ditemukan. Hal ini diungkapkan oleh tim pengacara American Civil Liberties Union (ACLU).

Sekitar dua per tiga dari orang tua ratusan anak itu telah dideportasi ke negaranya masing-masing, menurut dokumen pangadilan.

Ribuan keluarga terpaksa terpisah akibat kebijakan imigrasi Trump yang ketat, yang mulai diberlakukan pada 2018, hingga akhirnya Gedung Putih mundur setelah kebijakan itu menuai protes.

Pandemi Covid-19 telah memperlambat pelacakan orang tua ratusan anak migran yang diyakini kini berada di Amerika Serikat.

Tindakan keras terhadap para migran yang melintasi perbatasan AS-Meksiko pertama kali diumumkan pada April 2018, tetapi kemudian terungkap bahwa pemerintah telah memulai pemisahan keluarga setahun sebelumnya, sebagai bagian dari program percontohan rahasia.

Segera setelah kebijakan migrasi tanpa toleransi diumumkan, gambar dan audio muncul dari anak-anak yang tidur di kandang dan menangisi orang tua mereka, memicu kecaman luas dari dalam AS dan seluruh dunia.

Pada Juni 2018, menanggapi gugatan yang diajukan oleh ACLU, seorang hakim AS memerintahkan agar anak-anak migran dan orang tua mereka dipersatukan kembali dalam waktu 30 hari.

Setelah itu, ribuan keluarga dipersatukan kembali dalam beberapa minggu.

Namun, keluarga yang terpisah pada program percontohan 2017 tidak termasuk dalam perintah pengadilan ini dan perintah untuk mempersatuan mereka kembali baru terjadi tahun lalu.

Dari 1.030 anak-anak yang dipisahkan dari orang tuanya, sebanyak 485 anak sudah dipertemukan kembali dengan keluarganya.

ACLU dan satu tim pengacara telah ditugasi untuk melacak keberadaan orang tua ratusan anak ini menyebut bahwa orang tua anak-anak ini "tidak dapat ditemukan" dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Selasa (20/10) oleh ACLU dan Departemen Kehakiman AS.

Kelompok tersebut telah melakukan "pencarian di lapangan yang memakan waktu dan sulit demi menemukan orang tua di negara asalnya masing-masing".

Menurut dokumen itu, upaya pencarian terhalang oleh virus corona.

"Keluarga-keluarga ini harus dipersatukan kembali dan administrasi harus bertanggung jawab," kata Lee Gelernt dari Proyek Hak Imigran ACLU dan pengacara utama dalam kasus pemisahan keluarga, dalam sebuah pernyataan.

Memisahkan anak-anak dari orang tua mereka adalah "salah satu noda terbesar" pada pemerintahan Trump, katanya.

Pada saat itu, Presiden Donald Trump awalnya membela praktik tersebut, dengan mengatakan dia "tidak ingin" mengambil anak dari orang tua mereka, tetapi "ketika Anda menuntut orang tua karena masuk secara ilegal - yang seharusnya terjadi - Anda harus membawa anak-anak itu pergi. ".

Keputusannya untuk menghentikan kebijakan itu beberapa bulan kemudian dilaporkan dipengaruhi oleh foto-foto anak-anak di fasilitas penahanan.

Gelernt mengatakan ALCU akan terus mencari keluarga sampai masing-masing ditemukan.

"Ini anak-anak yang sudah berpisah bertahun-tahun, beberapa di antaranya masih bayi saat dipisahkan dari orang tuanya," ujarnya (bbc.com/indonesia). []

Berita terkait
Tak Lanjut ke Amerika Serikat Imigran Honduras Pilih Pulang
Lebih dari 3.000 orang warga Honduras, Amerika Selatan, memilih pulang kampung daripada lanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat jadi imigran
Imigran dari Amerika Tengah Bergerak Menuju Amerika Serikat
Ratusan migran asal Amerika Tengah dilaporkan memulai perjalanan panjang menuju Amerika Serikat dengan jalan kaki
Kebijakan Tolak Imigran, Trump Dikecam Rakyat Amerika
Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) mengizinkan Presiden Trump menolak imigran seluruh dunia untuk masuk AS. Keputusan ini mendapat kecaman keras dari rakyat AS. Menurut mereka, kebijakan Trump sangat diskriminatif. Rencananya Kebijakan itu baru akan efektif, akhir Juni 2017 mendatang.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.