Kediri - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri menaruh perhatian akan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, dalam dua bulan terakhir selama musim hujan sudah 54 warga terjangkit DBD dan satu orang meninggal dunia.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Kediri Bambang Triyono Putro mengatakan selama musim hujan, instansinya gencar melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melibatkan kader Jumantik. Hal itu dilakukan sebagai upaya antisipasi penyakit demam berdarah.
Kondisi saat itu mungkin sudah Dengue Shock Syndrome (DSS).
"Gerakan pemberantasan sarang nyamuk sudah kami lakukan sejak September 2019 lalu. Kami juga melibatkan kader Jumantik yang tersebar di pelosok desa," ujarnya kepada Tagar, Selasa, 10 Maret 2020.
Bambang mengatakan dalam rentang waktu dua bulan, Dinkes Kabupaten Kediri ditemukan sebanyak 54 warga terjangkit penyakit DBD. Dari jumlah tersebut, terdapat satu balita meninggal dunia akibat DBD.
"Datang sudah dalam kondisi drop. Sebenarnya eman-eman (Sangat disayangkan sekali), sudah diarahkan dirujuk, tetapi harus menunggu dua hari kemudian, menunggu kedatangan orang tuanya di luar kota. Kondisi saat itu mungkin sudah Dengue Shock Syndrome (DSS)," ucap Bambang
Bambang mengungkapkan 54 penderita DBD di Kabupaten Kediri, didominasi usia anak-anak. Ia mengaku anak-anak rentan terjangkit DBD karena nyamuk Aedes Aegypti saat jam sekolah.
"Kemunculan banyak nyamuk (Aedes Aegypti) pada jam sekolah. Maka dari itu kita libatkan guru UKS untuk diajak mengambil peran dalam penanggulangan penyakit demam berdarah," tuturnya.
Bambang mengaku, upaya pencegahan lain dilakukan oleh Dinkes yakni berupa peningkatan monitoring angka bebas jentik di setiap puskesmas di desa.
"Bulan berikutnya dinas melakukan evaluasi terus dengan memonitoring, ke setiap puskesmas untuk melihat bagaimana angka bebas jentiknya di sana, paling tidak bisa menjadi gambaran," kata dia.
Seperti diketahui pada tahun 2019, Kabupaten Kediri pernah dinyatakan berstatus kejadian luar biasa (KLB) untuk penyakit demam berdarah. Setidaknya saat itu dalam rentang waktu 12 bulan tercatat ada sekitar 19 warga Kabupaten Kediri dinyatakan telah meninggal dunia akibat DBD.
"Makanya pesan dari pimpinan tahun ini diharapkan fokus ke demam berdarah. Jangan sampai kejadian seperti tahun kemarin, lepas dari itu memang puncaknya juga. Ada siklus 3 tahunan memang saat itu," kata dia.
Meski periode awal tahun ini sudah ada puluhan warga terjangkit DBD, tetapi baginya jumlah tersebut masih normal dan wajar.
"Jika dibandingkan kabupaten dan kota lainnya, Kabupaten Kediri masih amanlah," ucapnya. []