5 Orang Meninggal karena Kencing Tikus di Yogyakarta

Dalam dua tahun terakhir lima warga Kota Yogyakarta meninggal dunia karena penyakit leptospirossis. Penyakit ini sering muncul saat musim hujan.
ilustrasi kawanan tikus (Foto: pixabay.com)

Yogyakarta - Lima warga Kota Yogyakarta meninggal dunia karena terserang penyakit leptospiroris dalam dua tahun terakhir. Data tersebut berasal dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

Data tersebut menyebutkan pada 2018 lalu, penyakit yang penularannya dari air kencing tikus ini tercatat ada 24 kasus, tiga di antaranya meninggal dunia. Sedangkan sampai Agustus 2019 ini, ada 21 korban terjangkit leptospiroris, dua di antaranya meninggal dunia.

Dari sebaran kasus, kasus terbanyak leptospirosis berada di Kecamatan Gedongtengen dan Ngampilan, masing-masing empat kasus. Kemudian disusul Kecamatan Wirobrajan dan Jetis masing-masing tiga kasus.

Menjelang musim hujan ini, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta mengeluarkan surat edaran bernomor 443/4544 55/20 tentang Kewaspadaan Penyakit Leptospirosis di Kota Yogyakarta. Salah satu alasanya leptospirosis sering muncul saat musim hujan, di mana banyak genangan air atau air selokan yang meluap.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Yogyakarta Yudiria Amelia mengatakan memasuki pancaroba ini mulai menggalakkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit. "Semisal leptospirosis, penyakit yang rentan terjadi di musim hujan," katanya di Yogyakarta, Selasa, 26 November 2019.

Menurut dia penyakit ini disebarkan lewat kencing tikus dengan digejalai demam, panas tinggi, pusing, hingga nyeri. Leptospirosis ini biasa muncul di Daerah Aliran Sungai (DAS) atau genangan air. Jika musim hujan tiba air sungai atau selokan meluap ke perkampungan sehingga menginisiasi masyarakat melakukan aktivitas kerja bakti.

"Penyakit Lepto ini kan penyakit menular, itu penyakit berbasis lingkungan. Jadi kita perhatikan lingkungan sekitar kita untuk menjaga kebersihan selalu," ujar dia.

Semisal leptospirosis, penyakit yang rentan terjadi di musim hujan.

Acap kali warga terkena penyakit ini saat sedang melakukan kerja bakti tanpa pelindung tangan dan kaki. Masyarakat Kondisi ini mudah terkena leptospirosis. Bahkan, goresan kecil bekas memotong kuku pun dapat terjangkit penyakit ini. 

"Rata-rata korban penyakit Lepto ini antara dewasa muda atau usia 18 ke atas. Tidak menutup kemungkinan anak kecil juga bisa kena, tapi mudah-mudahan jangan," tutur Yudiria.

Dia mengatakan warga sering mengabaikan demam yang dianggap hal biasa. Setelah demam tidak kunjung sembuh baru memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit. "Agak susah ketika sudah terlanjur jauh dan parah," ungkapnya.

Yudiria mengatakan, penyakit yang biasa muncul saat musim hujan selain leptospirosis yakni demam berdarah dengue (DBD), diare, dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). 

"Musim seperti ini kita harus menjaga kebersihan dan memperhatikan lingkungan sekitar, seperti kalau kerja bakti pakai sapu tangan, perbaiki sirkulasi udara, dan jaga lampu penerangan," katanya.

Berikut surat edaran Sekda Kota Yogyakarta No. 443/4544/SE/2019 tentang Kewaspadaan Penyakit Leptospirosis di Kota Yogyakarta.

Langkah-langkah dan tindakan sebagai berikut :

1. Melakukan peningkatan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan kegiatan surveilans pada manusia di daerah yang mempunyai faktor risiko yaitu daerah banjir, padat penduduk, dan tidak layak huni yang di situ terjadi peningkatan populasi tikus.

2. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menyimpan makanan /minuman dengan baik agar terhindar dari tikus, mencuci tangan kaki dengan sabun sebelum makan, dan setelah bekerja, menjaga kebersihan lingkungan, dan lain sebagainya.

3. Melakukan kegiatan surveilans aktif penemuan dini kasus, melakukan pengobatan segera kepada penderita dan tersangka leptospirosis dengan antibiotik apabila secara klinis ditemukan gejala demam akut, nyeri kepala mendadak, nyeri otot betis, nyeri otot pinggang, dan mempunyai riwayat kontak dengan faktor risiko.

4. Meningkatkan upaya promotif preventif dengan penyuluhan terpadu dan penggerakan masyarakat dalam upaya pencegahan leptospirosis, sehingga masyarakat dapat lebih mengerti dan ikut berperan aktif pada upaya pencegahan dan penanggulangannya di wilayahnya.

5. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan dalam upaya pencegahan leptospirosis. []

Baca Juga:

Berita terkait
Waspada! Penyakit Leptospirosis yang Ditularkan Tikus Saat Banjir
Waspada! Penyakit leptospirosis yang ditularkan tikus saat banjir. Gejala awalnya demam, muntah, diare, mata merah, panas dingin, atau sakit kepala.
Banjir Beruntun, 330 Warga Solsel Mengungsi
Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, diterjang banjir tiga berturut-turut. Sampai kini ratusan masyarakat masih mengungsi.
Musim Hujan, Waspadai Banjir Lahar Merapi
BPPTKG mengimbau masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar Gunung Merapi waspada lahar hujan. Apalagi musim hujan sudah dekat.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.