5 Film Indonesia yang Dilarang Tayang di Negara Sendiri

Beberapa karya film ini ternyata tetap bisa membanggakan Indonesia dengan berbagai penghargaan yang didapatkan.
Ilustrasi film. (Foto: Tagar/Pixabay)

Jakarta - Bioskop pastinya jadi tempat favorit para pencinta film di tanah air. Tak hanya karya sineas lokal, film-film Indonesia kini juga semakin berkembang dan kualitasnya pun tak kalah dengan film luar. Tapi dari sekian banyak film yang pernah dirilis, ternyata ada juga sejumlah film yang dicekal dan akhirnya dilarang tayang di Indonesia.

Film-film tersebut dilarang beredar di bioskop karena beberapa alasan yang cukup masuk akal. Mulai dari adanya unsur SARA, menyinggung seseorang, kelompok, atau lembaga, adanya adegan vulgar atau pelecehan seksual yang sangat brutal, hingga hal-hal lainnya yang bersifat sensitif lainnya. Buat kamu yang penasaran, berikut ulasan mengenai 5 film Indonesia yang dilarang tayang di negara sendiri. Meski begitu, beberapa karya film ini ternyata tetap bisa membanggakan Indonesia dengan berbagai penghargaan yang didapatkan.


1. Jagal (2012)

Film kontroversial Indonesia yang dilarang tampil pertama adalah film Jagal. Dirilis pada tahun 2012, film ini dilarang tayang di bioskop Tanah Air, karena mengangkat tema pembantaian massal pada tahun 1965.

Film karya Joshua Oppenheimer, yang merupakan pria berkebangsaan Amerika Serikat ini menceritakan tentang eksekusi massal yang keji dan brutal. Dimana eksekusi massal tersebut dilakukan oleh sejumlah algojo sekitar pada tahun 1965 sampai 1966.

Meski dilarang tampil di bioskop Tanah Air, film Jagal atau The Act Of Killing, yang sangat anti-PKI ini, ternyata berhasil meraih banyak penghargaan.

Mulai dari penghargaan Film Dokumenter Terbaik di British Academy Film and Television Arts Awards 2013, hingga masuk nominasi Film Dokumenter Terbaik pada Academy Awards ke-86.

2. Senyap (2014)

Hampir sama dengan film Jagal, film Senyap juga termasuk dalam film kontroversial Indonesia yang dilarang tampil di bioskop. Sebenarnya, film Senyap masih berhubungan dengan film Jagal.

Masih disutradarai Joshua Oppenheimer, film Senyap juga masih menceritakan tentang eksekusi massal. Namun bedanya, film Senyap lebih menceritakan kejadian setelah eksekusi tahun 1965 hingga 1966 tersebut.

Dimana, film ini juga memiliki fokus utama di tokoh bernama Adi, yang merupakan salah satu orang yang selamat atas kejadian perburuan tersebut. Meski begitu, film ini juga tidak boleh tayang, karena film Senyap mengangkat tema G30S.

3. Pocong (2006)

Film kontroversial Indonesia yang dilarang tampil di bioskop selanjutnya adalah Pocong. Dirilis tahun 2006, film horor ini dilarang tayang, karena alasan adanya unsur sensitif yakni kerusuhan Mei tahun 1998.

Tidak hanya itu, LSF juga menemukan adanya unsur SARA, hingga adegan pelecehan seksual yang brutal. LSF ingin, film Indonesia bersih dari adegan-adegan yang bisa memicu penonton, untuk melakukan hal negatif yang sama. Sehingga film Pocong, tidak mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor dari LSF.

4. Something in the way (2013)

Bukan film luar negeri, ‘Something in the way‘ ternyata merupakan salah satu film kontroversial Indonesia yang dilarang tampil di bioskop Tanah Air.

Diperankan oleh Reza Rahadian dan Ratu Felisha, film ini dilarang tayang karena mengandung unsur seksualitas dan konflik iman seseorang.

Namun, meski tidak boleh tayang di bioskop lokal, film ini ternyata berhasil tayang di Berlin, Jerman. Disutradarai oleh Teddy Soeraatmadja, film ini menceritakan tentang seorang pria yang bekerja sebagai sopir taksi, bernama Ahmad.

Ahmad merupakan seorang pria yang pekerja keras dan supel. Namun, suatu saat ia dihadapkan dengan intrik kehidupan, dimana sangat menguji iman dan kebutuhan biologis.

5. Salawaku (2017)

Film berikutnya yaitu berjudul Salawaku. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan film ini, karena film ini tidak mengandung unsur yang sensitif, atau menyinggung siapapun.

Namun, yang membuat film ini tidak layak tayang adalah, hanya karena rumah produksi yang tidak terkenal dan tergolong baru.

Tidak hanya rumah produksinya, sutradaranya pun baru pertama kali menggarap film di Salawaku, yakni Pritagita Arianegara. Dirilis pada tahun 2015, film Salawaku yang diproduksi Kamala Films ini, ditolak oleh salah satu jaringan bioskop Indonesia.

Namun, perjalanan film ini tidak sampai di situ dan menyerah begitu saja. Film yang dibintangi oleh Karina Salim ini, bertekad untuk bisa memutarkan filmnya di bioskop. Akhirnya, film ini dibawa keliling dunia dan diputar pertama kali di Tokyo International Film Festival (TIFF) 2016.

Tidak hanya itu, Salawaku juga mendapatkan penghargaan di Piala Dewantara kategori “Film Cerita Panjang Bioskop”, dalam Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016.

Berkat kualitas cerita serta banyak mendapatkan penghargaan, film ini akhirnya berkesempatan tampil di bioskop Indonesia pada tahun 2017. []


(Sri Wahyuni Sitorus)


Berita terkait
Film Never Have I Ever Lanjut Musim Ketiga
Never Have I Ever merupakan salah satu serial komedi romantis remaja yang turut menonjolkan hubungan ibu dan anak.
Jejak Perjalanan Rambo Dalam Sekuel Film Selama 40 Tahun
Bermula dari kenyataan pahit yang dihadapi Rambo si veteran muda yang menghadapi perlakuakn kasar dengan kehidupan penuh darah
Sinopsis Film Paranoia yang Tayang di Korea Selatan
ejumlah aktor Tanah Air beradu akting dengan apik dan sangat memukau dalam film thriller garapan Riri Riza dan Mira Lesmana yang berjudul Paranoia.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.