4 Juta Warga Indonesia Terpapar Narkoba

Survei BNN kerja sama dengan UI menyebut dua persen total penduduk Indonesia terpapar narkoba.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Harry Hikmat, usai membuka kegiatan Webinar Launching LKS Napza di Jakarta, Kamis 25 Juni 2020.

Yogyakarta - Jumlah penduduk yang terpapar narkoba di Indonesia semakin banyak. Sampai saat ini diperkirakan dua persen dari total penduduk Indonesia atau 4 juta jiwa terpapar barang haram ini.

Setiap 26 Juni yang diperingati sebagai Hari Anti Narkotika Internasional, perlu komitmen bersama dalam penanganan kasus narkoba di Tanah Air.

Kementerian Sosial (Kemensos) ke depan dalam upaya penanganan masalah narkoba, akan mengembangkan selain program dengan sistem panti, juga mendorong lembaga-lembaga sosial yang interest atau peduli pada masalah narkoba, serta penguatan penanganan berbasis family care atau berbasis keluarga.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial (Dirjen Rehsos) Kemensos, Harry Hikmat mengatakan, keluarga mempunyai peran sangat penting dalam upaya rehabilitasi dan pencegahan penggunaan narkoba. Pasalnya, usai menjalani tahap rehabilitasi di panti, korban penyalahguna narkoba akan kembali ke keluarga.

"Kalau keluarga tidak bisa menerima atau malah mengucilkan, ini akan berbahaya. Mereka (pengguna narkoba) akan rentan untuk kembali terpapar," kata Harry dalam keterangan tertulis pada Jumat, 26 Juni 2020.

Menurut dia, masalah narkoba sudah menjadi masalah yang parah. Dampak narkoba selain merusak individu, bisa menghancurkan karakter warga negara, merusak hubungan harmonis antar sesama anak bangsa. Bahkan, dalam jangka panjang negara yang berdaulat juga akan terpengaruh. "Apalagi saat ini peredarannya sudah menyasar sampai ke anak sekolah dasar dalam bentuk makanan sejenis permen," ungkapnya.

Artinya, dua persen dari total penduduk Indonesia. Karenanya, tidak heran kalau Presiden Joko Widodo menyatakan darurat narkoba.

Dia mengutip berdasarkan Survei Badan Nasional Narkotika (BNN) kerja sama dengan pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia (UI), sedikitnya 4 juta jiwa terpapar narkoba. "Artinya, dua persen dari total penduduk Indonesia. Karenanya, tidak heran kalau Presiden Joko Widodo menyatakan darurat narkoba," tutur Harry.

Hal lain yang membuatnya prihatin adalah data pelaku tindak kriminal yang dipidana. Ternyata lebih dari 50 persen merupakan terpidana kasus narkoba. "Baik itu sebagai pengedar dan juga sekaligus sebagai pemakai," ujarnya.

Untuk itu, dalam rangka peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI), semua pihak harus tetap teguh untuk melakukan perlawanan terhadap kejahatan narkoba. Banyak generasi muda bangsa yang meninggal karena narkoba.

Sedangkan kerugian material juga besar. Berdasarkan data BNN diperkirakan mencapai Rp 63 triliun, baik kerugian akibat uang yang dibelanjakan untuk narkoba, kerugian akibat biaya pengobatan, maupun kerugian akibat biaya rehabilitasi.

Harry mengungkapkan, dalam menangani narkoba ini Kemensos tidak bisa sendiri. Kemensos butuh kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) dan lembaga sejenis yang perduli dengan masalah narkoba.

"Kementerian Sosial tidak akan mungkin mengatasi persoalan ini sendiri, dukungan masyarakat luas menjadi hal yang sangat penting dan strategis. Terutama dukungan kuat keluarga," ujarnya. []

Berita terkait
Polda DIY Bongkar Transaksi Narkoba di Instagram
Polda DIY membongkar transaksi narkoba di Instagram. Saat ini polisi masih memburu bandar besar atau pemasok dari jaringan itu.
Dompet Berisi 4,5 Gram Sabu di Kota Yogyakarta
Residivis narkoba di Kota Yogyakarta kembali ditangkap polisi. Dia menyelipkan sabu di dompetnya.
Peredaran Pil Koplo Saat Wabah Corona di Kulon Progo
Polres Kulon Progo menangkap pelaku peredaran ilegal obat berbahaya di tengah pandemi Corona. Sebanyak 4.000 butir pil koplo disita.
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi