4 Istana Keraton Nusantara yang Masih Eksis

Indonesia memiliki sejarah kerajaan yang pangjang. Namun, tidak semua situs peninggalannya seperti keraton, dapat bertahan hingga kini.
Istana Keraton Ismahayana Landak di Kalimantan. (Foto:Kemendikbud)

Jakarta - Jauh sebelum memasuki sistem negara modern, Indonesia merupakan negeri kerajaan. Di atas bumi Nusantara, tercatat banyak kerajaan dan keraton berkuasa. 

Hingga Indonesia merdeka pada 1945, setidaknya masih ada 270 kerajaan yang masih eksis.

Mengenai status kerajaan, hingga kini masih ada yang menjadi bahan perdebatan di masyarakat. Apalagi, Pemerintah Indonesia belum pernah mengumumkan secara resmi jumlah kerajaan atau keraton yang diakui oleh negara.

Meski demikian, masyarakat dapat mengenali sisa-sisa kerajaan lewat situs yang masih tersisa. Salah satunya melalui situs Istana Keraton. 

Berikut empat Istana Keraton yang masih eksis sebagaimana dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud):

1. Keraton Ismahayana Landak

Istana Keraton Ismahayana LandakIstana Keraton Ismahayana Landak di Kalimantan. (Foto:Kemendikbud)

Kerajaan ini berdiri di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, sejak 1292 Masehi. Bukti-bukti arkeologi berupa bangunan keraton masih dapat disaksikan oleh masyarakat hingga kini.

Istananya bernama Keraton Ismahayana. Nuansa Melayu menjadi ciri utama bangunan bersejarah ini. Salah satunya kolaborasi kuning dan hijau sebagai warna wajah istana.

Dalam kawasan Istana, berdiri tiga bangunan utama. Ketiga bangunan itu ialah Istana Landak, Kediaman Permaisuri, dan Kediaman Neang Raja atau Sultan.

2. Keraton Kasepuhan

Istana Keraton Kasepuhan CirebonIstana Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: bisnisbandung.com)

Istana ini merupakan bangunan termegah dan paling terawat di Cirebon, Jawa Barat. Keraton Kasepuhan memiliki 2 kompleks bangunan bersejarah. 

Pertama, Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana. Kedua, kompleks keraton Pakungwati (sekarang disebut keraton Kasepuhan) yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 Masehi.

Luas kompleks keraton ini mencapai 185 ribu meter persegi. Di depan bangunan induk keraton terdapat dua patung macan putih berhadapan yang menjadi ciri khas Keraton Kasepuhan.

3. Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat

Keraton YogyakartaKagungan Ndalem Masjid Gedhe Kauman, milik Keraton Yogyakarta yang rencananya dipinjam panitia Muslim United. Keraton Yogyakarta tidak mengabulkan peminjaman itu. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Keraton Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat adalah istana kerajaan yang berada di Provinsi D.I. Yogyakarta. 

Istilah kerajaan di Yogyakarta disebut sebagai kesultanan yang saat ini dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Kawasan Keraton Yogyakarta memiliki tujuh pelataran atau ruang terbuka yang terdiri atas rangkaian bangunan yang memiliki nama dan fungsi yang berbeda. 

Antar-pelataran dihubungkan dengan gerbang yang disebut dengan regol. Bangunan yang berdiri di kawasan keraton dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu bangsal dan gedhong. 

Bangsal merupakan bangunan dengan deratan tiang tanpa dinding. Sedangkan gedhong adalah bangunan yang menggunakan dinding untuk menyangga atap.

4. Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Sekaten, Grebeg Maulud,Dalam puncak perayaan Sekaten tersebut Keraton Surakarta menghadirkan dua pasang gunungan, laki-laki dan perempuan, untuk diperebutkan warga dan abdi dalem. (Foto: Antara/Maulana Surya)

Istana kerajaan di Surakarta, Jawa Tengah, disebut Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Keraton Surakarta memiliki pola dasar tata ruang yang sama dengan Keraton Yogyakarta, karena salah satu arsiteknya adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I, raja pertama Kasultanan Yogyakarta.

Arsitektur Keraton Surakarta bergaya Jawa tradisional dengan campuran arsitektur Eropa. Kawasan Keraton Surakarta terdiri atas beberapa kompleks, di antaranya, Kompleks Alun-alun Lor, Kompleks Sasana Sumewa, dan Alun-alun Kidul.

Kompleks keraton yang mewakili kekhasan Keraton Surakarta adalah Kompleks Kamandungan Lor, area terdepan keraton. Menara yang terlihat pada bagian belakang kompleks ini disebut dengan Panggung Sangga Buwana yang memiliki tinggi tiga puluh meter. 

Menara terletak di antara dua halaman, yaitu halaman Sri Manganti dan Kedhaton. Panggung Sangga Buwana digunakan sebagai tempat meditasi Sri Sunan, untuk mengawasi Benteng Vastenburg milik Belanda, dan menentukan posisi bulan. Kompleks Keraton Surakarta didominasi dengan warna biru dan putih. []

Berita terkait
Tiga Fakta Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat
Raja dan Raju Keraton Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia setelah membuat geger tanah air, kini mereka menjalani hari-hari di dalam penjara.
12 Pengacara Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat
12 pengacara bakal mendampingi Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat di Purworejo.
Sejarah Kerajaan Sunda Empire di Bandung Jawa Barat
Kerajaan Sunda Empire di Bandung Jawa Barat adalah satu bentuk kekaisaran matahari yang ada sejak Alexander The Great, 324 tahun sebelum masehi.