4 Faktor Tingginya Angka Korban Virus Corona di AS

Sejak kasus pertama pandemi virus corona Covid-19 terdeteksi di Amerika Serikat pada 10 Januari 2020, jumlahnya terus melonjak
Pegawai layanan Pos Amerika Serikat mengantarkan paket ditengah mewabahnya virus corona Covid-19 di Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, Sabtu, 28 Maret 2020. (Foto: Antara/Reuters/Andrew Kelly)

Jakarta - Sejak kasus pertama pandemi virus corona Covid-19 terdeteksi di Amerika Serikat (AS) pada 10 Januari 2020, jumlahnya terus melonjak. Berdasarkan data dari Worldometers, jumlah kasus positif di negara Paman Sam mencapai 215.300 dengan 5.110 angka kematian.

Dengan angka tersebut, AS menduduki posisi pertama korban terbanyak di dunia, menyalip China, negara menjadi sumber pertama penyebaran virus corona. Posisi berikutnya Italia sebanyak 110.574 kasus dan Tiongkok 81.554 kasus. Namun untuk angka kematian terbanyak masih dipegang Italia.

Baca Juga: Corona, Jumlah Kematian di Amerika di Atas 4.000

Mengapa jumlah kasus positif virus corona Covid-19 di AS meningkat pesat dalam tiga bulan terakhir. Dikutip dari berbagai sumber, ada empat faktor yang menyebabkan penyebaran virus corona di AS berlangsung sangat cepat.

1. Pemerintah AS lamban dalam penanganan virus corona

Meskipun kasus pertama yang dilaporkan pada awal Januari silam, Presiden Donald Trump baru menerapkan physical distancing atau jarak fisik pada 29 Maret 2020 hingga akhir April mendatang. Hal ini yang membuat cepatnya penyebaran virus.

Beberapa ahli memperkirakan akan terjadinya lonjakan pasien di Louisiana, Michigan, dan Florida yang tidak siap menghadapi gelombang pasien rawat inap.

Perdana Menteri India, Narendra Modi dan Presiden AS, Donald TrumpPerdana Menteri India, Narendra Modi bersama Presiden AS, Donald Trump. (Foto: Instagram/@narendramodi)

2. Kurangnya alat medis dan ventilator yang memadai

Pasien terus melonjak khususnya New York, kemudian Louisiana dan menyusul California. Menurut Departemen Kesehatan Koa, hingga Rabu, 1 April 2020 malam, 1.374 orang telah meninggal dunia di New York dan 45.707 pasien terjangkit virus.

Dikabarkan dari abcnews.go.com, penanganan virus corona terkendala keterbatasan alat medis dan ventilator. New York masih membutuhkan 15.000 ventilator, 65.000 tempat tidur medis, dan 20.000 tempat tidur ICU pada akhir April.

Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan. Pasien yang terjangkit virus corona membutuhkan setidaknya satu orang satu ventilator untuk menyelamatkan nyawa orang tersebut.

3.Kurang koordinasi antar pemerintah pusat dengan negara bagian

Banyak gubernur negara bagian yang menerapkan kebijakan pembatasan sendiri-sendiri untuk memperlambat pandemi, memaksa masyarakat untuk tinggal di rumah. "Kami tidak memiliki rencana nasional," kata ahli epidemiologi, Michael Osterholm dari University of Minnesota, Twin Cities.

Selama pandemi di AS, penanganan berjalan tanpa ada koordinasi yang baik. Bahkan banyak yang terganggu akibat pesan kontradiktif dari para pemimpin politik.

4.CDC tidak memberikan kontribusi

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kurang memberikan informasi serta kebijakan yang jelas ditengah pandemi corona. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, CDC aktif memainkan peran sentral.

Simak PulaChloroquine Jadi Obat Virus Corona di Amerika

Pemimpin CDC periode 2002-2009, Julie Gerberding mencatat bahwa hanya CDC yang dapat memberikan informasi langsung di tengah ketakutan orang-orang tentang pandemi corona yang saat ini sedang berlangsung.

“ketika Anda mengumpulkan pendapat orang Amerika tentang siapa yang mereka percayai, CDC masih berada di peringkat pertama sebagai sumber informasi yang paling tepercaya,” ujar Gerberding.[]

(Alvika Septianingrum) 

Berita terkait
Wabah Corona Kini Berkecamuk di Amerika dan Italia
Ketika kasus baru di pusat wabah virus corona (Covid-19) di Wuhan, China, kian sedikit di Italia dan AS justru sebaliknya, kasus melampaui China
Lima Fakta Kasus Covid-19 di Amerika Serikat
Lima fakta ini yang membuat Amerika Serikat tidak siap menghadapi Covid-19.
Lockdown di Amerika Tidak Bikin Hancur Ekonomi
Amerika sedang dihadapkan pada dua pilihan: nyawa manusia atau ketahanan ekonomi. Tulisan seorang WNI yang bekerja di New York, Amerika Serikat.