4 Fakta Penting Tentang Atresia Ani

Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna.
Ilustrasi nama bayi laki-laki yang terinspirasi anime Jepang. (Tagar/Pixabay)

Jakarta - Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara normal. 

Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat usia kehamilan 5–7 minggu.

Data dari Rumah Sakit Anak di Cincinnati menyatakan sekitar 1 dari 5000 bayi memiliki kelainan ini, sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. 

Pada beberapa kasus, rektum, kandung kemih, dan Miss V bagi perempuan dengan kasus atresia ani terkadang berbagi dalam satu lubang besar. Ini disebut dengan kloaka.


Penyebab Atresia Ani

Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital. Penyebab terjadinya atresia ani belum diketahui secara pasti. Atresia ani terjadi secara acak dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, ada dugaan yang mengaitkan kondisi dengan kelainan genetik.

Atresia ani juga sering muncul bersamaan dengan kondisi VACTREL, yaitu kelompok kelainan kongenital yang dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh. VACTREL adalah singkatan dari vertebral defects, anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, dan limb defects.

Saat janin mengalami kelainan atau gangguan perkembangan saluran pencernaan, kehamilan juga bisa terganggu. Salah satu kondisi yang sering berkaitan dengan atresia ani adalah terjadinya polihdramnion. Polihidramnion adalah kondisi berlebihnya kadar cairan ketuban yang bisa diketahui saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.


Seberapa Serius Penyakit Atresia Ani?

Malformasi anorektal bervariasi dari anak ke anak. Seberapa serius masalah ini bergantung pada beberapa faktor, seperti seberapa jauh saluran pencernaan anak terbentuk, seberapa besar otot di sekitarnya terkena dampaknya, dan apakah saluran menghubungkan rektum ke saluran kemih pada anak laki-laki atau ke alat kelamin pada bayi perempuan.

Jika kondisi rektum mencapai hampir ke lokasi normal anus seharusnya terbentuk, masalah ini mungkin lebih mudah diatasi. Sementara itu, jika saluran terhubung ke saluran kemih atau ke alat kelamin, dokter perlu memperbaikinya.


Apa Saja Komplikasinya?

Atresia ani merupakan kondisi yang sangat serius dan membahayakan nyawa, sehingga membutuhkan penanganan medis segera. Jika dibiarkan tanpa adanya penanganan, maka bisa terjadi komplikasi seperti infeksi saluran kemih, Sindrom Down, atresia duodenum, penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschsprung, hingga kelainan bentuk dan cacat yang memengaruhi tungkai lengan dan kaki.


Pengobatan Atresia Ani

Pengobatan atresia ani bertujuan untuk memperbaiki kondisi anus agar bayi bisa hidup normal. Sebelum dilakukan pengobatan lebih lanjut, bayi yang tidak memiliki lubang anus akan diberi asupan nutrisi dan cairan melalui cairan infus. Jika ada fistula yang terbentuk pada saluran kemih yang berisiko meningkatkan terjadinya infeksi, dokter mungkin akan memberikan antibiotik.

Secara umum, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:


Operasi

Operasi merupakan metode pengobatan utama untuk mengatasi atresia ani. Tujuan operasi adalah untuk membuat fungsi saluran pencernaan berjalan dengan normal. Jenis operasi yang dilakukan tergantung dari gejala, usia, jenis dan kerumitan bentuk atresia ani yang terjadi, serta kondisi kesehatan bayi.[]


(Erlangga)

Baca Juga:

Berita terkait
Separuh Balita Afghanistan Akan Alami Kekurangan Gizi
Badan dunia PBB mengatakan bahwa setengah dari anak-anak usia di bawah lima tahun atau balita di Afghanistan
Kak Seto Kecam Kasus Viral Balita Dijadikan Manusia Silver
Tangsel diketahui merupakan kota layak anak. Predikat positif itu bisa tercoreng dengan adanya kejadian tersebut.
Ratusan Balita Kena Covid-19, Dinkes DKI: Orang Tua Jaga Anak
333 kasus dari 9.439 kasus Covid-19 di DKI Jakarta di antaranya menimpa anak berusia 0-5 tahun. Dinas Kesehatan mengimbau orang tua jaga anak.
0
Kesehatan dan Hak Reproduksi Adalah Hak Dasar
Membatasi akses aborsi tidak mencegah orang untuk melakukan aborsi, hal itu justru hanya membuatnya menjadi lebih berisiko mematikan