350 Ribu Warga Sipil Tewas Dalam Perang Saudara Suriah

Kantor Komisi HAM PBB menangguhkan penghitungan jumlah kematian akibat perang saudara di Suriah pada 2014
Para petugas SAR mencari korban setelah serangan udara di Kota Idlib, Suriah, 15 Januari 2020 (Foto: voaindonesia.com -Ghaith Alsayed/AP)

Jakarta – Kantor Komisi Tinggi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menangguhkan penghitungan jumlah kematian akibat perang saudara di Suriah pada 2014.

Hal itu disebabkan upaya pengumpulan informasi yang dapat diverifikasi menjadi lebih kompleks dan berbahaya. Dalam data terakhir, kantor tersebut melaporkan lebih dari 191.000 orang tewas.

Komisaris Tinggi HAM PBB, Michele Bachelet, mengatakan bahwa angka kematian terkait perang sipil yang mencapai lebih dari 350 ribu nyawa saat ini merupakan data yang dicatat lembaganya, yang mengumpulkan informasi dari organisasi masyarakat sipil dan pemerintah Suriah.

Distribusi bantuan kemanusiaan di IdlibDistribusi bantuan kemanusiaan di Idlib yang dikuasai oposisi, Suriah, 9 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

“Angka kami mencakup orang-orang yang dapat diidentifikasi dengan nama lengkap, dengan tanggal kematian yang ditetapkan, dan yang meninggal di provinsi yang teridentifikasi," kata Bachelet.

Namun, dia menegaskan angka itu bukan – dan tidak boleh dipandang – sebagai jumlah lengkap kasus kematian terkait konflik di Suriah selama periode ini.

"Angka itu menunjukkan jumlah minimum yang dapat diverifikasi dan tentu saja jumlah pembunuhan yang sebenarnya lebih besar dari itu," ujarnya.

Jumlah korban tewas terbesar tercatat di Alepo, lalu diikuti oleh daerah pedesaan di Damaskus, Homs, Idlib, Hama, dan Tartus. Laporan itu menunjukkan bahwa lebih dari satu dari 13 korban adalah perempuan, dan hampir satu dari tiap 13 korban adalah anak-anak.

Bachelet mengatakan penting untuk menyadari bahwa setiap angka mewakili seorang manusia, bukan sekadar statistik tanpa nama dalam perang yang brutal. Tragisnya, ia menambahkan, banyak korban lainnya yang tidak diketahui kematian dan kehidupannya karena ketiadaan saksi mata maupun dokumentasi.

“Di balik setiap catatan kematian adalah seorang manusia, yang lahir merdeka dan setara, dalam martabat dan hak-haknya. Kita harus selalu membuat kisah para korban terlihat, baik secara individu maupun kolektif, karena ketidakadilan dan kengerian dari setiap kematian itu harus mendorong kita untuk mengambil tindakan," tegasnya.

anak-anak di suriahAnak anak pengungsi asal Suriah bermain diantara reruntuhan bangunan di kamp pengungsi sementara di kota perbatasan Lebanon, Arsal, 4 Juli 2019 (Foto: voaindonesia.com - Reuters/Mohamed Azakir)

Bachelet mengatakan bahwa kantornya telah mulai menerapkan teknik estimasi statistik yang mapan untuk menghitung jumlah orang yang hilang. Hal itu, catatnya, akan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang skala konflik tersebut dan dampaknya terhadap warga Suriah.

Konflik Suriah telah memicu krisis pengungsi terbesar di dunia, di mana diperkirakan 6,8 juta orang menjadi pengungsi dan pencari suaka, terutama, di negara-negara tetangga. Sekitar 6,7 juta orang lainnya terkatung-katung di Suriah. Jumlah total lebih dari 13,5 juta orang setara dengan separuh lebih populasi Suriah (rd/ft)/voaindonesia.com. []

Siapa Sebenarnya yang Perang di Konflik Suriah?

Kisah Pengungsi Suriah Setelah 10 Tahun Perang Saudara

Rumah Sakit di Suriah Hadapi Serangan Secara Sistematis

Kisah Korban Penyiksaan di Suriah Temukan Keadilan di Jerman

Berita terkait
Anak-anak Terlantar di Suriah Terjebak Dalam Kesengsaraan
Hampir dua setengah tahun kekhalifahan jatuh di Suriah tampaknya tidak ada jalan keluar bagi puluhan ribu anak yang telah kehilangan tempat tinggal
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina