34 Hari Mencekam di Ruang Isolasi RS Kardinah Tegal

34 hari di ruang isolasi RS Kardinah Tegal bukan hal mudah. Tapi Lutfah Bariana mampu melewatinya. Seperti apa kisahnya?
Lutfah Bariana (paling kanan) di rumahnya di Kabupaten Tegal usai dinyatakan sembuh dari Covi-19, Sabtu 18 April 2020. Berada di ruang isolasi RSUD Kardinah selama 34 hari menjadi pengalaman berharga baginya. (Foto: Humas Pemkab Tegal)

Tegal - ‎Lutfah Bariana, warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sembuh dari penyakit Covid-19 setelah 34 hari dirawat di rumah sakit. Kepala sekolah perempuan berusia 49 tahun ini menceritakan kisahnya melewati hari-hari mencekam dan menjenuhkan di ruang isolasi.

Rabu malam, 25 Maret 2020, genap 11 hari Lutfah berada di ruang isolasi ICCU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal. Selama sepekan lebih terbaring di ruangan yang berada di lantai dua itu, syok, takut, sedih dan stres menyesaki pikiran dan hatinya.

Lutfah tak menyangka akan diisolasi di ruang ICCU. ‎Ruangan itu menjadi tempat perawatan pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus. Ruangan yang ditempati Lutfah dan pasien-pasien lain hanya dipisahkan oleh sekat dari kaca bening. Sehingga dia bisa melihat apa yang terjadi di sekitarnya.

"Suasananya mencekam karena tiap beberapa hari bahkan tiap beberapa jam sekali ada pasien yang meninggal dunia," ujar Lutfah kepada Tagar, Rabu, 22 April 2020.

Hari demi hari berlalu Lutfah merasa kematian begitu dekat. Dia hanya bisa pasrah dan ikhlas jika maut benar-benar akan menjemputnya. Apa yang dirasakannya itu diungkapkan Lutfah melalui status WhatsApp di telepon selulernya.

"Untung banyak teman yg membaca dan langsung japri menguatkan agar saya selalu baca istighfar dan berdoa dengan harapan Allah SWT terus akan melindungi. Saya juga minta ustaz tempat biasa saya mengaji untuk mengirimkan doa yang bisa dibaca, agar hati tetap tenang dan tidak gelisah," tuturnya.‎

Di tengah ketakutan dan kecemasan yang merundungnya, Rabu malam itu Lutfah menerima kabar baik. Hasil pemeriksaan usap tenggoroknya (swab) menujukkan negatif. Seketika dia langsung sujud syukur. Air mata bahagianya tumpah‎.

"Setelah hasil swab itu, Kamis sore, tanggal 26 Maret saya dipindah ke ruang perawatan khusus untuk pemulihan," ujar Lutfah.

‎Kabar menggembirakan itu langsung disampaikan Lutfah kepada keluarganya. Dia juga memperbolehkan kedua putrinya yang kuliah di Yogyakarta pulang ke Tegal untuk menjenguk.

‎"Sebenarnya mereka ingin pulang sejak tahu saya dirawat di rumah sakit. Tapi terus terang saya larang karena kondisi Covid-19 yang terus mengkhawatirkan," ucapnya.

Suasananya mencekam karena tiap beberapa hari bahkan tiap beberapa jam sekali ada pasien yang meninggal dunia.

pasien sembuh tegal2Salah satu ruang isolasi di RSUD Kardinah Tegal. (Foto: Dok Tagar/Farid Firdaus)

‎Hari yang ditunggu Lutfah tiba. Sabtu, 28 Maret 2020, kedua putrinya mengabarkan sudah dalam perjalanan pulang ke Tegal menggunakan kereta api. Saat itu, Lutfah sudah membayangkan akan segera berkumpul lagi dengan keluarganya. Rindu kepada kedua anaknya yang selama ini mendera akan segera terobati.

‎"Saya berpikir akan mendapat kabar baik kalau Sabtu sore atau paling tidak Minggu pagi sudah bisa pulang karena sudah tepat 14 hari," ujar perempuan berkerudung ini. 

Namun harapan Lutfah untuk melepas kerinduan kepada‎ keluarga seketika pupus. Tak berselang lama setelah kabar hasil swab pertamanya, Lutfah diberi tahu dokter bahwa dia akan menjalani pemeriksaan swab lagi pada Senin, 30 Maret 2020.

‎Lutfah pun kembali menjalani hari-hari sepi di ruang perawatan khusus untuk pemulihan. Dia tetap tidak diperbolehkan untuk dibesuk oleh keluarga maupun teman-temannya karena harus menunggu hasil swab keduanya keluar.

‎Hasil pemeriksaan swab yang ditunggu itu keluar Minggu pagi, 5 April 2020. Hari itu, hati Lutfah terasa hancur. Dia diberitahu dokter jika dirinya positif Covid-19. "Saya langsung telepon suami sambil menangis memberitahukan kabar itu," ujarnya.

Hari itu juga Lutfah kembali dipindahkan perawat ke ruang isolasi‎. Dia hanya diperbolehkan membawa telepon seluler, mukenah, Alquran, dan sajadah. "Semua barang harus ditinggalkan. Kata perawat biar suami yang membereskan," ucap dia. 

Kala itu, Lutfah mengaku ‎berusaha untuk tetap tegar menerima kenyataan pahit positif Covid-19 dan harus dirawat di ruang isolasi untuk kedua kalinya. Menurut dia, ruang isolasi yang kedua itu berbeda dengan ruang isolasi yang pertama kali ditempati.

"Walaupun sama-sama dikunci dari luar, ruang isolasi ini tetap di ruang perawatan khusus, paling belakang. Bukan lagi di ruang ICCU. Namun, bedanya semua kaca tertutup rapat dan tidak bisa melihat apapun yang terjadi di luar. Tidak ada televisi seperti di ruang pemulihan. Jadi benar-benar sunyi dan sepi," ungkapnya.

Lutfah menjalani perawatan di ruang isolasi selama 14 hari. Selama itu dia kembali harus menjalani pemeriksaan swab sebanyak dua kali, berturut-turut pada 14 April dan 15 April 2020. Kali ini, hasil dua pemeriksaan itu menunjukkan negatif.

"Setelah hasil swab dua kali negatif semua, hari Sabtu, tanggal 18 April 2020 saya dinyatakan sembuh dari Covid-19," ujarnya.

‎Saat diperbolehkan pulang Sabtu pagi, Lutfah mengungkapkan rasa syukurnya. Dia menyebut kesembuhannya karena izin Allah SWT dan penanganan dokter dan perawat yang maksimal. Dukungan dari keluarga, sahabat, teman sesama guru, murid-murid dan alumni juga turut membantu Lutfah untuk sembuh.

Menurut pimpinan salah satu sekolah di sekitar Tegal itu, dukungan dan perhatian dari keluarga, teman, murid hingga alumni di sekolah tempatnya mengajar, ‎membuat ia bersemangat untuk sembuh. Menjadi pengobat batin di tengah kepasrahan atas takdir dan kejenuhan selama berada di ruang isolasi.

"Berkat izin Allah, doa serta perhatian dari keluarga, khususnya dari suami tercinta yang dengan sabar dan setia mendampingiku, saudara-saudara, para dokter dan perawat yg merawat dengan ikhlas dan sabar, juga tak ketinggalan para cleaning service yg selalu membersihkan kamar di ruang isolasi, sahabat-sahabat, teman-teman guru, para kolega, murid-murid dan juga para alumni, akhirnya saya sembuh," tuturnya.

Kiriman Makanan Misterius

‎Lutfah mengungkapkan, hari-hari di ruang isolasi diisi dengan salat wajib, salat sunah, berdoa, zikir, membaca Alquran untuk lebih memenangkan diri. Sejumlah buku juga dia lahap guna menambah wawasan sekaligus mengatasi rasa jenuh.

‎"Agar badan tetap sehat saya juga tetap minum obat, makan makanan yang disediakan dari rumah sakit ataupun makanan yang dikirim dan dititipkan oleh suami kepada perawat serta olahraga ringan di dalam kamar isolasi," ungkapnya.

Tak hanya mendapat kiriman makanan dari suami, tiga hari menjelang dinyatakan sembuh, Lutfah juga mendapat kiriman makanan dari orang-orang yang peduli tanpa menyebut identitasnya. Makanan berupa ayam goreng, nasi uduk, salad buah, hingga pisang kepok itu hanya dititipkan ke perawat.

‎"Perawat yang menyampaikan juga tidak ada yang tahu ketika saya tanya siapa pengirimnya. Mereka hanya pesan kepada perawat agar makanan itu disampaikan kepada saya," ungkapnya.

Lutfah juga memanfaatkan hari-hari panjangnya di ruang isolasi untuk berkomunikasi lewat telepon dan WhatsApp dengan guru dan staf di sekolah yang dipimpinnya. Meski tengah dirawat, dia tetap menanyakan perkembangan sekolah sebagai bentuk tanggung jawab moral sebagai seorang kepala sekolah dan juga untuk mengusir kejenuhan di ruang isolasi.

Perawat yang menyampaikan juga tidak ada yang tahu ketika saya tanya siapa pengirimnya.

Apalagi ketika awal-awal wabah Covid-19 melanda, terbit berbagai aturan sebagai upaya memutus rantai penyebaran Covid-19, baik dari menteri pendidikan, gubernur, kepala dinas pendidikan provinsi, maupun dari kepala dinas kabupaten.

"Banyak regulasi yang harus segera ditindaklanjuti dan saya koordinasikan dengan guru-guru dan staf tata usaha di sekolah. Seperti pembatalan ujian nasional, pelaksanaan ujian sekolah online, pembelajaran daring, pengaturan piket, kegiatan pemberian bantuan Covid-19 dan hal-hal lainnya," tutur Lutfah.

Lutfah bersyukur kondisinya tidak seperti yang banyak dibayangkan orang-orang tentang pasien-pasien Covid-19, seperti terbaring dengan kondisi yang memprihatinkan, tidak bisa makan, tenggorokan kering, sulit bernafas, dan demam tinggi. Ada juga yang dipasangi ventilator, alat pengendali denyut jantung, dan bayangan menyeramkan lainnya.

"Lagi-lagi saya harus terus bersyukur karena saya dikaruniai kesehatan lahir dan batin oleh Allah SWT semasa di rumah sakit sehingga tetap bisa berkoordinasi dan memantau perkembangan sekolah," akunya.

Di kesempatan itu, Lutfah memberikan pesan kepada pasien positif Covid-19 yang masih dirawat ‎untuk tetap sabar, berdoa, ikhlas atas takdir Tuhan yang sedang dijalani dan meyakinkan diri untuk sembuh. Dia juga meminta pasien mengikuti anjuran tenaga medis terkait isolasi dan jujur tentang riwayat perjalanan atau kontaknya agar tidak ada lagi tenaga medis yang terpapar Covid-19.

"Ketidakjujuran itu yang menjadi salah satu penyebab para tenaga medis terpapar dan akhirnya mereka positif terkena virus corona. Kalau banyak para tenaga medis yang tumbang, kita sendiri yang rugi karena sudah tidak ada yang bisa merawat pasien covid 19 lagi. Apalagi jumlah mereka sangat terbatas," ucapnya.

‎Pasien Positif Covid-19 Pertama

pasien sembuh tegal 3‎Lutfah Bariana didampingi suami, dokter, dan perawat akan pulang dari RSUD Kardinah Kota Tegal usai dinyatakan sembuh dari Covid-19, Sabtu, 18 April 2020. (Foto: Tagar/Farid Firdaus)

‎Lutfah merupakan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Tegal. Dia dirawat di RSUD Kardinah Kota Tegal sejak 16 Maret 2020 setelah mengalami gejala mengarah Covid-19 usai pulang dari Bali.

Pelaksana Tugas Direktur RSUD Kardinah Kota Tegal Hery Setiawan mengatakan selain hasil dua kali swabnya negatif, secara klinis Lutfah juga sudah tidak mengalami gejala seperti panas, batuk dan sesak napas. ‎"Sehingga dapat dinyatakan pasien sembuh dari Covid-19," ujar Hery, Sabtu ‎18 April 2020.

Pasien sembuh akan memiliki protein imunoglobulin sebagai antibodi alami sebagai virus corona setidaknya untuk tiga hingga empat bulan ke depan.

Hery juga menyampaikan, penanganan yang dilakukan hingga Lutfah dinyatakan ‎sembuh antara lain pemberian antivirus selama lima hari hingga satu minggu. Kemudian pemberian vitamin C dan antibiotik.

"Pengobatan lain yang diberikan sesuai keluhan. Kalau batuk ya kasih obat batuk, kalau panas ya dikasih obat penurun panas‎," ungkapnya.

‎Hery mengatakan, penelusuran dan rapid test terhadap keluarga Lutfah saat dinyatakan positif Covid-19 juga sudah dilakukan. "Suami dan keluarganya sudah rapid test, hasilnya negatif," ujar Hery.

Dengan kesembuhan satu pasien yang dinyatakan positif Covid-19 2020 itu, jumlah pasien positif Covid-19 yang masih dirawat di RSUD Kardinah tinggal satu orang. Yakni perempuan berusia 73 tahun asal Desa Karanganyar, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal.

"Ada satu pasien positif dan enam pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat di ruang isolasi," katanya. 

Sebelumnya, seorang pasien pasien positif Covid-19 di RSUD Kardinah Kota Tegal, laki-laki berusia 34 tahun juga dinyatakan sembuh dari penyakit karena virus corona itu. Warga Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Ko‎ta Tegal itu sembuh dan bisa pulang ke rumah Senin, 13 April 2020.

‎Terpisah, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal Joko Wantoro mengungkapkan sembuhnya pasien positif Covid-19 asal Kabupaten Tegal itu bisa menjadi semangat bagi pasien lainnya yang sedang berjuang melawan Covid-19, termasuk tenaga medis kesehatan.

Penyakit akibat infeksi Covid-19 ini bisa disembuhkan. Pasien sembuh akan memiliki protein imunoglobulin sebagai antibodi alami sebagai virus corona setidaknya untuk tiga hingga empat bulan ke depan," katanya.

Joko menyebut pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh tidak perlu melakukan isolasi atau karantina mandirinya di rumah. Menurutnya, dua kali pemeriksaan swab yang hasilnya negatif sudah cukup membuktikan tidak adanya virus corona pada diri pasien.

"Sehingga ibu ini bisa pulang dan bersatu kembali dengan anggota keluarga lainnya di rumah. Tidak perlu diisolasi di ruangan terpisah, namun ada baiknya masker tetap dikenakan," ujarnya.

Bupati Tegal Umi Azizah mengaku senang mendengar kabar baik tersebut. Umi mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasinya kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan yang telah bekerja merawat, membantu kesembuhan pasien.

“Saya bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada tenaga medis, perawat dan civitas hospitalia RSUD Kardinah yang telah membantu proses kesembuhan pasien. Tak lupa pula apresiasi saya kepada keluarga pasien dan tenaga kesehatan Kabupaten Tegal yang telah mendukung dari sisi yang lainnya," katanya.

Umi juga berharap kesembuhan pertama untuk pasien Covid-19 di Kabupaten Tegal itu bisa diikuti kesembuhan enam orang pasien Covid-19 lainnya yang sedang dirawat di sejumlah rumah sakit di Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. []

Baca juga: 

Berita terkait
Cerita Muyin, Pasien Covid-19 Sembuh di Rembang
Di Rumah Sakit Wongsonegoro saya baca salawatan terus-menerus sampai ruang isolasi. Cerita Muyin, pasien Covid-19 sembuh di Rembang, Jawa Tengah.
Pengalaman Pemudik Kudus Isolasi Mandiri di Polides
Eko Widodo harus menahan rasa rindu kepada keluarganya selama 14 hari selama menjalani isolasi mandiri di Polides Pasuruhan Kidul, Kabupaten Kudus.
Pergolakan Batin Sukarsih Tenaga Medis Positif Covid-19
Sukarsih, seorang perempuan ayu dengan rambut panjang tergerai. Usianya 29 tahun. Ia bekerja sebagai tenaga medis, melayani pasien Covid-19.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.