3 Wanita Berani Tumpas Belanda, 1 Berusia 17 Tahun

Wanita identik dengan sifat lemah lembut. Namun, tahukah Anda beberapa wanita tangguh dan pemberani ikut menumpas penjajah Belanda.
Ketua DPP Partai NasDem Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak, Irma Suryani Chaniago. (Foto: Irma Suryani)

Jakarta - Wanita identik dengan sifat lemah lembut. Namun, tahukah Anda beberapa wanita tangguh dan pemberani ikut berperang menumpas Belanda demi merebut kemerdekaan Indonesia. Dari sekian banyak pejuang wanita, ada yang berusia 17 tahun lho.

Berikut Tagar rangkum 3 pahlawan wanita yang gigih dalam pertempuran melawan penjajahan Belanda.

1. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak DhienPahlawan Nasional Cut Nyak Dhien.(foto:istimewa)

Cut Nyak Dhien mengambil alih pucuk pimpinan perjuangan ketika ayahnya Teuku Nanta Seutia dan suaminya Ibrahim Lamnga gugur dalam pertempuran melawan penjajah Belanda. Sejak itu niatnya melawan penjajah semakin membara dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Wanita kelahiran 1848 ini kemudian dipersunting tokoh pejuang Aceh, Teuku Umar, dengan syarat agar memperbolehkan Dhien ikut berperang karena ingin balas dendam akibat meninggalnya orang-orang yang disayang.

Pada tahun 11 Februari 1899, Teuku Umar meninggal akibat tertembak oleh penjajah Belanda dan membuat sang anak bernama Cut Gambang menangis karena kematian ayahnya. Melihat itu Dhien memberikan tamparan kepada sang anak sembari memeluknya dan berkata.

“Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid."

Di tahun 1901 kehancuran pun menghampiri pasukannya saat Belanda menyerang markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Dien pun berusaha melakukan perlawanan dengan menggunakan rencong, namun aksinya dapat digagalkan Belanda.

Tak lama kemudian Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua.

2. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak MeutiaPahlawan Nasional Cut Nyak Meutia.(foto:istimewa)

Cut Nyak Meutia atau Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun, pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.

Setelah suami pertamanya meninggal dunia, Meutia yang lahir pada 1870 itu menikah lagi dengan sahabat sang suami bernama Pang Nanggroe, karena ingin menepati janji sang sahabat agar merawat Meutia dan anaknya Teuku Raja Sabi.

Pada 26 September 1910 Pang Nanggroe meninggal dunia, Meutia kembali melakukan perlawanan dengan pasukan seadanya. Kemudian dia melakukan strategi menyerang menuju Gayo dengan melewati hutan belantara untuk merampas pos-pos kolonial.

Nahas, pada 24 Oktober 1910 Meutia meninggal dunia dalam pertempuran setelah pasukannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng.

3. Martha Christina Tiahahu

Martha Christina TiahahuPahlawan Nasional Martha Christina Tiahahu.(foto:istimewa)

Berusia 17 tahun tidak membuat wanita kelahiran 4 Januari 1800 takut untuk turun ke medan perang untuk ikut melawan penjajahan tentara kolonial Belanda.

Bersama dengan sang ayah bernama Kapitan Paulus Tiahahu, mereka membantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.

Martha dikenal ikut mengambil bagian dan pantang mundur dalam setiap pergerakan menggempur para lawannya di medan perang. Dengan menggunakan sehelai kain berang (merah) dan rambut terurai panjang ke belakang, dia disebut sebagai gadis pemberani dan konsekuen terhadap cita-cita perjuangannya.

Srikandi ini dikenal sangat hebat ketika ikut dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw–Ullath jasirah tenggara Pulau Saparua. Karena adanya pengkhianatan dan senjata yang sudah tidak seimbang membuat sebagian dari mereka harus dihukum mati dan dibuang ke Pulau Jawa.

Pada saat ayahnya divonis hukuman mati dengan cara ditembak, dia bahkan tidak berdaya untuk melakukan perlawanan. Hingga akhirnya dia berhasil ditangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.

Menjelang 2 Januari 1818 akhirnya dia meninggal dunia dengan penghormatan militer saat jasadnya hendak diluncurkan di Laut Banda dengan menggunakan Kapal Perang Eversten. 

Berita terkait
Benarkah Indonesia Dijajah Belanda Selama 350 Tahun?
Indonesia genap 74 tahun pada 17 Agustus 2019. Buku sejarah sejak awal menyebutkan Tanah Air ini dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah?
Marsinah Pantas Jadi Pahlawan Nasional
Marsinah pantas menjadi Pahlawan Nasional. Perjuangannya membela si lemah menginspirasi secara nasional.
Pilih Tanggal 17 Agustus, Soekarno: Saya Percaya Mistik
Sebelum membacakan proklamasi, Soekarno dan Hatta diculik oleh golongan muda ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.