Jakarta - Hingga saat ini sebagian masyarakat masih percaya pada mistis. Mereka meyakini mistis sebagai suatu kenyataan yang mempengaruhi persepsi dan perilaku sosialnya.
Beberapa fenomena alam dan gejala sosial sering dikaitkan dengan hal-hal supranatural, perilaku masyarakat yang percaya mistis ini tentu memiliki jejak landasan tersendiri, sehingga mistisisme mendapat perhatian khusus bagi sebagian orang.
Berikut 3 fakta dibalik fenomena kepercayaan pada mistisisme yang berkembang dalam masyarakat Indonesia yang dirangkum dari beberapa literatur ilmiah,
1. Mistis digunakan sebagai pengetahuan alternatif
Dalam jurnal Personifikasi Fakultas Psikologi Universitas Paramadina Jakarta, Haris Herdiansyah menyebut hal-hal yang berbau mistis ini telah dipercaya turun temurun oleh masyarakat Indonesia.
Menurutnya bagi orang yang berpegang teguh pada budaya dan kearifan lokal, hal-hal yang berbau mistis ini merupakan satu kesatuan yang membentuk kepercayaan dan kearifan lokal itu sendiri.
"Dahulu kakek dan nenek kita seringkali mengontrol dan menasihati kita dengan istilah pamali, jika istilah ini sudah keluar maka tidak akan bisa dibantah", tulis Haris.
Disamping pamali, Haris menjelaskan fenomena sixth sense juga diyakini sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan falsafah hidup.
Penggunaan sixth sense ini memiliki latar belakang tujuan yang berbeda-beda, termasuk salah satunya sebagai media untuk menyembuhkan penyakit.
Salah satu bukti kepercayaan ini bisa dilihat dari munculnya primbon, serat-serat, atau kitab-kitab tradisional yang berisi rumusan dan prediksi yang akan terjadi kemudian.
2. Media melawan kolonialisme
Selain digunakan sebagai pengetahuan alternatif, mistisisme dalam kehidupan masyarakat Indonesia juga digunakan sebagai media melawan kolonial Belanda.
Salah satu buktinya dapat dilihat dari kesenian yang berkembang di Banten, yang dikenal dengan sebutan Debus.
Dalam Jurnal Patanjala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, Euis Trisnawati menjelaskan, Debus Banten pada awalnya digunakan sebagai media penyebaran Islam.
Namun pada masa pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa,seni Debus ini digunakan untuk membangkitkan semangat juang rakyat Banten.
Disebutkan, saat itu rakyat Banten belum mengenal senjata modern seperti pistol dan senapan, mereka hanya menggunakan senjata seperti keris, golok dan bambu runcing.
Untuk itu, para ulama memberi bekal yang mendorong kebenarian rakyat dan pemuda Banten untuk bertempur di medan perang, berupa doa-doa dan ilmu kebal.
3. Berkembangnya kajian sains terhadap fenomena mistis
Haris Herdiansyah menyebutkan, meski dahulunya mistis dan sixth sense diyakini hanya sebagai klenik, namun saat ini sudah mulai dikaji secara ilmiah.
Hal ini ditandai dengan munculnya ilmu Parapsikologi yang membahas dan meneliti tentang gejala/data yang dipandang luar biasa disamping gejala/data normal.
Ilmu Parapsikologi ini juga telah berkembang di Amerika Serikat, dengan didirikannya The American Institute of Parapsychology pada Tahun 1970.
Selain itu, menurut Haris di Belanda pada tahun 1960an Kepolisian Negara telah membentuk divisi khusus yang didalamnya beranggotakan orang-orang yang memiliki kemampuan indera keenam.
Tugas utama divisi ini melacak dan mencari data dengan menggunakan kemampuan indera keenamnya terkait keberadaan penjahat yang masih buron.
Tugas utama divisi ini melacak dan mencari data dengan menggunakan kemampuan indera keenamnya terkait keberadaan penjahat yang masih buron.
Demikian beberapa fakta dibalik kepercayaan masyarakat terhadap fenomena mistisisme dalam merespon berbagai gejala alam dan sosial dalam kehidupannya. []
Baca Juga
Kejadian Aneh dan Sejarah Curug Koneng yang Mistis
Ini Sosok Gaib yang Akan Berikan Tanda Jika Merapi Meletus
Sisi Mistis Jalur Pendakian Cibodas, Gunung Gede Pangrango
Suara Misterius di Jalur Gunung Lompo Battang Gowa