29.650 Tanaman Obat di Indonesia Belum Tersentuh

Indonesia kaya tanaman obat. Namun hanya 350 jenis tanaman yang dimanfaatkan. Sedangkan puluhan ribu tanaman obat belum tersentuh pelaku usaha.
Sekretaris Dirjen Industri Kimia Farmasi Tekstil (IKFT) Moch Khayam dan Inspektur Jenderal Kemenperin Setyo Wasisto mengungkapkan potensi industri tanaman obat Tanah Air. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Indonesia kaya akan potensi alam berupa tanaman obat. Setidaknya ada 350 jenis tanaman herbal yang sudah dimanfaatkan untuk kesehatan maupun kecantikan. Sisanya, sekitar 29.650 tanaman belum tersentuh oleh pelaku usaha.

Puluhan ribu tanaman yang belum tersentuh menunjukkan betapa kaya Indonesia dengan tanaman obat. Menurut Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Setyo Wasisto belum bisa dimanfaatkannya puluhan ribu tanaman herbal ini lebih disebabkan karena tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat. Termasuk terbatasnya pihak yang melakukan riset dan kajian akan potensi tanaman obat yang ada.

“Saat ini terdapat sekitar 30.000 jenis herbal atau tanaman obat tetapi hanya 350 jenis diantaranya yang telah digunakan secara teratur oleh industri,” kata Setyo usai Sosialisasi Revitalisasi Industri Obat Tradisional Melalui Kebijakan Pengembangan Investasi Dan Pengawasan Industri Obat Tradisional, di Semarang, Kamis 10 Oktober 2019.

Hal seperti ini harus dikembangkan. Kita harus mencari dan mengeksplorasi lagi bahan-bahan yang ada di Indonesia. Banyak sekali tanaman seperti itu, baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan

“Jadi masih banyak tanaman obat yang sesungguhnya bisa dimanfaatkan. Karena itu kami berharap ke depan ada pusat kajian untuk fitofarmaka,” ujar dia.

Salah satu temuan terbaru yang sempat viral adalah daun kelor. Tanaman yang selama ini lebih sering dikaitkan dengan hal-hal magis karena dikenal untuk peluntur jimat atau susuk ternyata punya kandungan bagus bagi tubuh manusia. Daun kelor ternyata memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.

“Sekarang dikembangkan jadi teh, kapsul dan macam-macam lainnya. Baru-baru ini di Kalimantan Tengah yang ditemukan tumbuhan yang mengandung obat kanker yang perlu segera diteliti,” kata dia.

“Hal seperti ini harus dikembangkan. Kita harus mencari dan mengeksplorasi lagi bahan-bahan yang ada di Indonesia. Banyak sekali tanaman seperti itu, baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan,” ujar Setyo menambahkan.

Tantangan lain terkait dengan pengembangan tanaman obat adalah kompetitor dari negara lain. Menurut dia China dan Korea merupakan kompetitor utama Indonesia di persaingan global industri obat tradisional.

Sama seperti di Indonesia, perkembangan industri obat tradisonal di dua negara tersebut juga berbasis budaya warisan nenek moyang. Hanya saja, eksplorasi dan produksi tanaman obat yang dilakukan China dan Korea lebih maksimal.

“Prospek pengembangan industri obat tradisional berbasis herbal di Indonesia cukup potensial mengingat ada banyak tanaman obat yang secara turun temurun banyak digunakan untuk kesehatan maupun kecantikan. Hal ini merupakan suatu kekuatan jika dapat dimanfaatkan maksimal,” ucap dia.

Kelemahan lain pengembangan industri tanaman obat adalah agribisnis tanaman herbal yang tidak berkembang dengan baik dan merata di seluruh Indonesia. Petani dan pelaku usaha kurang memahami kebutuhan pasar domestik dan ekspor yang menginginkan produk siap pakai yang telah diolah. Dampaknya, pasokan tanaman herbal ke industri obat tradisional belum semua terpenuhi.

Tidak heran jika pada akhirnya impor bahan herbal lebih besar ketimbang ekspor. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan produk obat tradisional ke luar negeri sebesar 51,09 juta dolar di tahun 2018. Di tahun yang sama, impor obat tradisional mencapai sebesar 151,15 juta dolar.

Sekretaris Dirjen Industri Kimia Farmasi Tekstik (IKFT) Kemenperin, Moch Khayam berharap lewat kegiatan sosialisasi dan ragam bantuan serta fasilitasi, pelaku usaha obat tradisional Tanah Air bisa berkembang dan tumbuh menyesuaikan kebutuhan industri era 4.0.

Data Direktorat Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan tahun 2018 menyebutkan postur industri obat tradisional Indonesia saat ini didominasi usaha kecil menengah. Porsinya sekitar 88,6 % atau sebanyak 874 perusahaan. Sementara 11,4 % atau 112 perusahaan merupakan industri dengan skala besar.

“Pada triwulan I tahun 2019, sektor industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 8,12 persen dengan nilai PDB sebesar Rp 20,38 triliun,” ujar Khayam. []

Baca juga:

Berita terkait
WPS Sunan Kuning Semarang Tolak Teken Uang Tali Asih
Pengurus dan WPS Argorejo, Semarang Barat, Kota Semarang, menolak menandatangani surat pernyataan kesediaan menerima uang tali asih.
Loyalitas dan Soliditas Komunitas RX King di Semarang
Komunitas RX King di Semarang coba menghilangkan stigma negatif masyarakat yang selama ini memandang sinis karena motor ini berisik.
PT KAI Semarang Gusur Rumah Eks Karyawannya di Tegal
PT KAI Daerah Operasi 4 Semarang membongkar puluhan rumah di Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.