Manggarai Timur - Sebanyak 243 ekor Babi di Kabupaten Manggarai Timur, NTT dilaporkan mati mendadak. Kejadian ini sudah berlangsung sejak Maret 2020 lalu. Ratusan ekor Babi yang mati tersebar di seluruh kecamatan. Tiga kecamatan diantaranya tercatat sebagai penyumbang kasus terbanyak.
"Total Babi yang mati per 14 Agustus 2020 sebanyak 243 ekor. Angka ini merupakan akumulasi dari Maret-Agustus 2020," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Timur, Maksimus Mujur Nohos kepada Tagar, Jumat 14 Agustus 2020.
Dikatakan Nohos, tiga kecamatan dengan kasus terbanyak adalah Kecamatan Borong, 85 ekor, Kecamatan Rana Mese 59 ekor, dan Kecamatan Kota Komba 64 ekor.
Total Babi yang mati per 14 Agustus 2020 sebanyak 243 ekor.
Mengatisipasi penyebaran wabah ini, pihak Dinas Peternakan Matim telah menyemprot disinfeksi pada kandang Babi serta pemberian obat dan vitamin pada Babi yang masih sehat.
Baca juga:
- Potensi Flu Babi Baru Jadi Pandemi Disorot Kemenkes
- Peringatan Dini Pandemi Flu Babi dari China
- Dunia Harus Waspada Virus Flu Babi Baru dari China
- Ancaman Flu Babi, Kementan Terapkan Strategi Ini
"Kami telah melakukan disinfeksi kadang ternak. Untuk Kecamatan Kota Komba sebanyak 83 kadang, Kecamatan Borong 43 kandang dan Kecamatan Rana Mese 48 kadang," kata dia.
Nohos menjelasakan, diagnosa sementara penyebab kematian ratusan Babi tersebut karena bakteri Streptococcosis dan hog cholera. Hal ini, lanjut dia, sesuai hasil pemeriksaan spesimen pada tahun lalu.
Streptococcosis, kata dia adalah sejenis bakteri yang sering menyerang ternak Babi. Meski demikian hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil uji sampel darah dan daging Babi yang mati dari Balai Besar Veteriner (BBVet) di Bali yang telah dikirim akhir juli lalu.
"Kami masih menunggu hasil pemeriksaan spesimen dari BBVet Bali. Hasil tersebut untuk memastikan penyebab kematian ratusan ekor Babi di Manggarai Timur," ujarnya. []