Rembang - Angka perceraian di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah terpantau tinggi. Dalam kurun waktu 12 bulan sepanjang 2019, muncul seribu lebih janda baru.
Data cerai gugat dan cerai talak yang ada di Pengadilan Agama Kelas IB Rembang memperlihatkan hal tersebut. "Dalam setahun, total 1.056 pengajuan gugat dan talak," kata Panitera Muda Pengadilan Agama (PA) Kelas IB Rembang Munawir, Selasa, 31 Desember 2019.
Kasus perceraian paling banyak kasus gugatan pihak perempuan, yaitu cerai gugat dengan jumlah 729 kasus.
Dari 1.056 kasus perceraian yang akhirnya diputus tersebut, cerai talak atau gugatan pihak laki-laki ada 310 kasus dan cerai gugat atau pengajuan dari pihak perempuan sebanyak 729 kasus.
"Kasus perceraian paling banyak kasus gugatan pihak perempuan, yaitu cerai gugat dengan jumlah 729 kasus," jelas dia.
Berdasarkan data tersebut, lanjut Munawir, permintaan cerai talak rata-rata ada 30 permohonan setiap bulannya. Sedangkan untuk cerai gugat, rata-rata terdapat 65 permohonan per bulan.
"Kalau dirata-rata hampir setiap bulan ada puluhan kasus perceraian, baik cerai talak maupun cerai gugat," bebernya
Perihal banyaknya pasangan yang mengajukan untuk berpisah, kebanyakan dipicu masalah ekonomi dan perselingkuhan. Dua faktor tersebut yang mendominasi dan mendorong tingginya angka perceraian di Rembang.
"Biasanya dari faktor perselingkuhan, penghasilannya dianggap kurang. Misalkan yang tiap bulan pendapatan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, tetapi kebutuhannya lebih dari itu, kan bisa juga akhirnya mengajukan gugatan," jelas dia.
Kendati tinggi namun Munawir mengungkapkan angka pengajuan permohonan cerai pada 2019 justru lebih sedikit dibanding 2018. Pada 2018 tercatat ada 1.163 pemohon, sehingga ada penurunan sebanyak 107 pemohon di tahun 2019.
"Justru tahun ini malah ada penurunan ketimbang tahun lalu yang jumlahnya mencapai 1.163 kasus," tuturnya. []
Baca juga:
- Nikah Dini di Jabar Tinggi, JaRI: Kejam
- Sambut Tahun Baru 2020, 663 Pengantin Nikah Massal
- Tahun 2019 Angka Perceraian di Gowa Meningkat
