20 Sekolah di Solo Raya Dijadikan Sekolah Toleran

Berkaca dari kasus intoleransi di Sragen, Pemprov Jateng membuat 20 sekolah percontohan berbasis toleransi.
Seorang guru tengah mengajar di salah satu sekolah di Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. (Foto: Tagar/Sigit AF)

Semarang – 20 sekolah di Solo Raya dijadikan percontohan pembentukan sekolah toleran. Ini setelah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah membentuk tim advokasi pencegahan intoleransi atau radikalisme di tingkat sekolah. Daerah Solo Raya dipilih lantaran tensi intoleransi dinilai tinggi.

"Mulai Februari nanti, sebagai pilot project kami menyiapkan 20 sekolah di Solo Raya untuk dibina toleransinya. Dipandu beberapa pihak, termasuk Wahid Foundation," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri, Rabu 15 Januari 2020.

Pembinaan pilot project tersebut bakal berlangsung selama 3 hingga 6 bulan. Saat ini proses pemilihan nominasi sekolah telah dilakukan di kabupaten dan kota di Solo Raya.

"Sragen yang mau kami garap dulu. Kemudian beberapa kabupaten kota yang agak hangat kami lakukan pembinaan khusus kepada guru, murid, karyawan maupun kepala sekolahnya," tuturnya. 

Mulai Februari nanti, sebagai pilot project kami menyiapkan 20 sekolah di Solo Raya untuk dibina toleransinya.

Untuk selanjutnya, gerakan tersebut akan dilakukan di seluruh sekolah yang ada di Jawa Tengah, khususnya untuk SMA sederajat baik sekolah negeri maupun swasta. Untuk diketahui, di Jawa Tengah saat ini terdapat sekitar 3.000 sekolah SMA, 640 di antaranya adalah sekolah negeri.

"Seluruh kepala sekolah saat ini telah menandatangani pakta integritas bahwa dia menjamin sekolahnya tidak radikal. Tapi perlu dicatat, radikal itu tidak identik dengan Islam, agama lain juga ada. Ini yang terus kami bina. Sementara ini kami menangani daerah yang rawan dulu," jelas dia. 

Jumeri menambahkan pihaknya juga bakal memberi sanksi tegas kepada siapapun yang bertindak intoleran. Untuk kasus di SMA Gemolong misalnya, Jumeri mengatakan karena terjadi antar murid dan akhirnya ada pihak yang tersinggung, maka langkah yang dilakukan adalah pembinaan untuk menghargai perbedaan.

"Untuk guru, dari sisi kepegawaian, kalau berat misalnya melakukan tindakan kriminal, ya polisi yang bertindak dan diberhentikan tidak dengan hormat. Selanjutnya ada sanksi diberhentikan dengan hormat, penurunan pangkat, penindakan berkala. Semua ada kriterianya dan untuk sampai ke sana prosesnya panjang. Tidak bisa serta merta diberikan hukuman," imbuh dia. 

Diketahui, salah satu SMAN di Sragen, belum lama ini menjadi viral dan mendapat sorotan masyarakat lantaran ada aksi berbau intoleransi antar siswa. Salah satu pelajar yang enggan mengenakan jilbab mendapat teror dan intimidasi dari rekan sekolahnya. []

Baca juga: 

Berita terkait
Teror Jilbab Sragen, Gubernur Ganjar Ditanya Warga
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara soal teror jilbab yang menimpa siswi SMA negeri di Sragen.
Denny Siregar: Teror Jilbab di SMA Negeri Sragen
Tulisan opini Denny Siregar setelah membaca berita tentang seorang anak di SMA Negeri di Sragen diteror rohis karena tidak mau berjilbab.
Aula Sekolah di Sragen Roboh, 22 Siswa Terluka
Hujan disertai angin kencang menerjang sekolah di Sragen, Jawa Tengah. Sebanyak 22 siswa mengalami luka akibat kejadian itu.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja