17 Negara di Dunia Tutup Platform Perdagangan Data Ilegal

Operasi yang dikoordinasikan oleh Kepolisian Belanda dan Biro Investigasi Federal AS (FBI) itu menjaring 120 tersangka
Ilustrasi- Kejahatan siber (Foto: dw.com/id - allOver-MEV/IMAGO)

TAGAR.id - Dalam sebuah operasi kolosal, penyidik di Eropa dan Amerika Serikat (AS) membidik sebuah jejaring raksasa perdagangan data ilegal. Pasar gelap bernama Genesis Market itu adalah salah satu wadah peretas paling besar di dunia.

Operasi yang dikoordinasikan oleh Kepolisian Belanda dan Biro Investigasi Federal AS (FBI) itu menjaring 120 tersangka dalam penggeledahan terhadap 200 unit properti, lapor Badan Penanggulangan Tindak Kriminal Inggris, NCA.

"Sebuah aksi kepolisian yang melibatkan 17 negara berhasil menghancurkan Genesis Market, salah satu pasar paling berbahaya di dunia,” tulis Kepolisian Eropa, Europol, di Den Haag, Belanda.

NCA memperkirakan Genesis Market menampung sekitar 80 juta data pribadi dan sidik jari digital yang dicuri dari sekitar 2 juta orang.

ilustrasi kejahatan siberIlustrasi - Polisi Jerman berhasil mengacaukan geng kejahatan siber internasional (Foto: voaindonesia.com/VOA)

Genesis adalah wadah khusus untuk perdagangan data digital, terutama "sidik jari peramban” atau rekam jejak pengguna di browser internet. Data-data pribadi ini diretas dari komputer korban dengan menggunakan malware, kata Louise Ferrett, analis keamanan siber di Inggris.

Sidik jari yang diretas biasanya menyimpan data-data pribadi, rekam jejak internet, alamat IP dan informasi mengenai sistem operasi komputer. Data ini bisa digunakan kelompok kriminal untuk melangkahi sistem verifikasi anti penipuan seperti autentikasi multi-faktor atau sidik jari digital, imbuh Louise.

Genesis Market "menjanjikan anonimitas dan impunitas, tapi pada akhirnya ia membuka jalan baru bagi pemerintah untuk mengidentifikasi, melokalisasi dan menangkap pelaku tindak kriminal,” kata Wakil Jaksa Agung AS, Lisa Monaco.

Diperkirakan, administrasi Genesis Market dioperasikan dari Rusia dan berada di luar wilayah yurisdiksi penyidikan.

serangan siber ke albaniaIlustrasi - Albania telah mengalami serangan siber lagi dan menuduh Iran. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Beroperasi sejak 2018

NCA mengatakan Genesis menjual data pribadi seharga sekitar Rp. 10.000 hingga miliaran Rupiah, bergantung pada nilai data.

"Untuk mengaksesnya Anda cuma harus mengetahui keberadaan situsnya, untuk mungkin mendapat undangan yang, jika melihat volume pengguna, bisa jadi bukan hal yang sulit untuk didapat,” kata Will Lyne, Direktur Kriminal Siber di NCA.

"Setelah Anda menjadi pengguna, sangat mudah untuk lalu melakukan tindak kriminal.”

NCA mengatakan negara-negara yang terlibat dalam operasi ini adalah Australia, Kanada, Denmark, Estonia, Finlandia, AS, Inggris, Jerman, Islandia, Italia, Selandia Baru, Polandia, Rumania, Spanyol, Swedia dan Swiss.

Berbeda dengan wadah peretas lain, Genesis Market tidak beroperasi di Darknet, melainkan mudah diakses oleh khalayak umum. "Kemudahan akses dan harga yang rendah menghapus hambatan bagi calon pembeli dan sebabnya menjadi ladang uang bagi peretas,” tulis Europol.

"Pasar gelap itu juga memudahkan kelompok kriminal siber untuk memperbesar operasinya atau melancarkan serangan terarah demi keuntungan finansial,” timpal John Fokker dari perusahaan keamanan siber AS, Trellix.

"Walaupun tanpa penangkapan anggota Genesis Market, memberangus pasar digital ilegal ini saja sudah mampu memperlambat aktivitas kriminal secara signifikan,” kata dia. Selama penyelidikan, Trellix menemukan data dari sekitar 450.000 komputer. [rzn/as (rtr,ap)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Perdagangan Ilegal Satwa Liar di Myanmar Meningkat
Sebuah laporan oleh World Wildlife Fund (WWF) menunjukkan semakin banyak pembelian ilegal satwa liar secara online di Myanmar