13.000 Ilmuwan Peringatkan Titik Krisis Iklim Sudah di Depan Mata

Sekitar 13.000 ilmuwan serukan tindakan segera untuk tanggapi darurat iklim karena pola cuaca ekstrem mengejutkan dunia beberapa tahun terakhir
Fenomena cuaca ekstrem marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Sekitar 13.000 ilmuwan menyerukan tindakan segera untuk menanggapi darurat iklim karena pola cuaca ekstrem yang mengejutkan dunia beberapa tahun terakhir. Tercatat sejumlah rekor baru tercipta terkait krisis iklim.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal BioScience pada Rabu, 28 Juli 2021, ribuan ilmuwan kembali menyerukan tindakan segera untuk mengatasi krisis iklim.

"Peristiwa dan pola iklim ekstrem yang telah kita saksikan selama beberapa tahun terakhir – belum lagi beberapa minggu terakhir – menyoroti urgensi yang meningkat yang harus kita gunakan untuk mengatasi krisis iklim," kata Philip Duffy, salah satu penulis studi tersebut yang juga direktur eksekutif Pusat Penelitian Iklim Woodwell di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat (AS).

Kehancuran yang diakibatkan oleh banjir-UKehancuran yang diakibatkan oleh banjir (Foto: dw.com/id)

Dua tahun lalu, lebih dari 10.000 ilmuwan dari sekitar 150 negara bersama-sama mendeklarasikan kondisi darurat iklim global. Mereka sekarang bergabung dengan lebih dari 2.800 penandatangan lainnya dalam mendesak perlindungan kehidupan di Bumi.

Sejak deklarasi yang dicanangkan tahun 2019 itu, Bumi telah mengalami "lonjakan bencana terkait iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya", catat para peneliti.

1. Apa Saja Tanda-tandanya?

Untuk studi ini, para peneliti mengandalkan "tanda-tanda vital" untuk mengukur keadaan Bumi, termasuk emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser, luasan laut es dan laju penggundulan hutan. Dari 31 tanda yang ada, para ilmuwan menemukan bahwa 18 di antaranya mencapai rekor tertinggi atau terendah.

Indeks Performa Perubahan Iklim 2021Indeks Performa Perubahan Iklim 2021 (Foto: dw.com/id)

2. Bagaimana Kita Dapat Memerangi Krisis Iklim?

Para peneliti menyerukan perubahan transformatif, dan menuliskan tiga tanggapan darurat utama yang bisa dilakukan dalam jangka pendek:

  • Secara bertahap menghapus penggunaan bahan bakar fosil
  • Menerapkan "tarif karbon yang signifikan"
  • Memulihkan ekosistem seperti penyerap karbon dan keanekaragaman hayati

Para penulis juga mengatakan, perubahan iklim harus dimasukkan dalam kurikulum inti di sekolah-sekolah di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran.

banjir chinaKendaraan terjebak banjir di Zhengzhou, China, 20 Juli 2021 (Foto: dw.com/id)

Mereka juga mendesak upaya pengurangan polutan, menstabilkan populasi manusia dan beralih ke pola makan berbasis nabati.

"Kita perlu berhenti memperlakukan darurat iklim sebagai masalah yang berdiri sendiri - pemanasan global bukanlah satu-satunya gejala dari sistem Bumi kita yang tertekan," kata William Ripple, penulis utama studi dan profesor ekologi di College of Forestry Oregon State University, AS.

"Kebijakan untuk memerangi krisis iklim atau gejala lainnya harus mengatasi akar penyebabnya: eksploitasi berlebihan manusia terhadap planet ini." [rap/as (AFP, dpa)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Pemimpin Uni Eropa Ajukan Legislasi Iklim Paling Ambisius
Para pemimpin Uni Eropa perkenalkan rencana paling komprehensif perangi perubahan iklim, dengan tujuan kurangi emisi karbon hingga 55%
Proyek Pembangkit Listrik Batu Bara Asia Ancam Target Iklim Dunia
Rencana pembangunan ratusan pembangkit listrik batu bara oleh 5 negara di Asia, termasuk Indonesia, dinilai akan mengancam pemenuhan target iklim
Blinken di Islandia Bahas Iklim dan Ikuti Pertemuan Arktik
Menlu AS, Antony Blinken, di Reykjavik, Islandia, untuk pembicaraan perubahan iklim dan ambil bagian dalam pertemuan tingkat menteri Dewan Arktik
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.