Lhokseumawe, (Tagar 9/3/2019) - Sebanyak 13 batu nisan yang diperkirakan masa kerajaan Samudera Pasai ditemukan dari dasar sungai Pase, di Desa Murong, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.
Penyelamatan nisan tersebut dengan cara penyelaman dan eskavasi oleh tim Center For Information Of Samudera Pasai Heritage (CISAH).
"Meski arus sungai dan teras dan dalam dengan dibantu oleh masyarakat akhirnya bisa diselamatkan," kata Ketua CISAH, Abdul Hamid, kepada Tagar News beberapa waktu lalu.
Hamid menyebutkan penemuan batu nisan pertama dilakukan oleh masyarakat. Kata dia, beberapa hari sebelumnya juga ditemukan dua buah nisan berinskripsi oleh warga setempat.
"Kedua nisan tersebut berhasil diselamatkan yang berada di pinggir sungai Pasai tidak jauh dari lokasi temuan, yaitu di Gampong Murong kecamatan Samudra," katanya.
Dari hasil temuan, keseluruhan nisan yang telah berhasil diselamatkan oleh tim, tidak kurang dari 15 buah nisan. Dengan rincian, empat pasang nisan, dan tujuh fragmen nisan yang kondisinya patah tanpa pasangan.
"Dua pasang di antaranya memiliki inskripsi, dan satu pasang dipastikan memiliki epitaf yang menyebutkan pemilik makam, yang saat ini masih dalam kajian oleh tim ahli epigrafi CISAH," ujarnya.
Dikatakan Hamid, tipologi nisan ini sendiri dicirikan sebagai tipologi Sumatra-Pasai, yang berasal dari abad ke-15 sampai dengan 16 Masehi. Semua nisan oleh tim dibedakan dengan 5 tipe dengan ukuran yang bervariasi.
Maka dengan bertambahnya warisan sejarah yang ditemukan di kawasan Heritage Sumatera-Pasai, khususnya di Kecamatan Samudra, seluruh tim dan masyarakat berharap kepada Pemerintah Pusat untuk menjadikan Kecamatan Samudra ini sebagai kawasan World Heritage City.
"Mengingat ratusan nisan tokoh Islam yang berasal dari berbagai belahan Dunia telah ditemukan di kawasan ini," katanya.
Tentunya warisan ini adalah milik seluruh elemen Bangsa, yang sangat penting untuk kita angkat sebagai destinasi wisata sejarah Islam Dunia.
"Karena Kesultanan Sumatera telah masyhur dikenal sebagai pusat peradaban Islam terawal di Asia Tenggara," pungkasnya.
Baca juga: Sultan HB X Mendambakan Tiap Kampus Memiliki Pusat Studi Jawa