12 Virus Paling Mematikan di Dunia

Manusia zaman dulu sebelum berevolusi menjadi orang modern telah berjuang melawan virus. Sejumlah virus telah ditemukan termasuk vaksinnya.
Polisi di Seattle mengenakan masker yang dibuat oleh Palang Merah, selama epidemi influenza, Desember 1918. (Foto: archives.gov)

Jakarta - Manusia zaman dulu sebelum berevolusi menjadi orang modern telah berjuang melawan virus. Sejumlah virus telah ditemukan termasuk vaksinnya dan antivirus. Orang-orang bisa mencegah terinfeksi agar penyebaran tidak meluas.

Namun dalam beberapa dekade terakhir sebagain virus menyebar ke hewan dan menyebabkan wabah yang merenggut nyawa seribuan manusia di dunia.

Berikut 12 virus paling mematikan di dunia, satu di antaranya adalah virus corona jenis baru (Covid-19), demikian dikutip dari Live Science, Jumat, 27 Maret 2020.

1. Virus Marburg

Para ilmuwan mengidentifikasi virus Marburg tahun1967, ketika terjadi wabah kecil di antara para pekerja laboratorium di Jerman yang terpapar monyet-monyet yang terinfeksi yang diimpor dari Uganda.

Virus Marburg mirip dengan Ebola karena keduanya dapat menyebabkan demam berdarah. Orang yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi dan perdarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.

Menurut WHO, tingkat kematian dalam wabah pertama adalah 25 persen, tetapi lebih dari 80 persen pada wabah periode 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada wabah 2005 di Angola.

2. Virus Ebola

Wabah Ebola pertama yang diketahui pada manusia menyerang secara serentak di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo tahun 1976.

Ebola menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain, atau interaksi dari orang atau hewan yang terinfeksi. Menurut seorang ahli virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Universitas Boston, Elke Muhlberger, strain virus Ebola diketahui bervariasi pada dampak kematian.

Satu strain, Ebola Reston, bahkan tidak membuat orang sakit. Tetapi untuk strain Bundibugyo, tingkat kematian mencapai 50 persen, dan hingga 71 persen untuk strain Sudan.

Menurut WHO, wabah yang sedang berlangsung di Afrika Barat dimulai pada awal 2014 ini merupakan wabah penyakit terbesar dan paling kompleks hingga sekarang.

3. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Di dunia modern, virus yang paling mematikan dari semuanya mungkin adalah HIV. Menurut Dr. Amesh Adalja, seorang dokter penyakit menular dan juru bicara untuk Infectious Disease Society of America, HIV masih menjadi pembunuh terbesar.

Diperkirakan 32 juta orang telah meninggal karena HIV sejak penyakit ini pertama kali diakui pada awal 1980-an. Obat antivirus yang kuat memang memungkinkan pasien hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Tetapi penyakit ini terus menghancurkan banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana 95 persen infeksi HIV baru terjadi.

Hampir 1 dari setiap 25 orang dewasa di wilayah Afrika positif HIV, terhitung lebih dari dua pertiga dari orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia.

4. Hantavirus

Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) pertama kali mendapat perhatian luas di Amerika Serikat (AS) pada 1993, ketika seorang lelaki muda yang sehat dan tunangannya meninggal dalam beberapa hari karena sesak napas.

Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan menemukan hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di rumah salah satu orang yang terinfeksi. Lebih dari 600 orang di AS telah terinfeksi HPS dan 36 persen telah meninggal karena penyakit ini.

Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, melainkan orang yang tertular penyakit ini dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi.

Menurut sebuah makalah 2010 dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews menyebutkan sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah pada awal tahun 1950-an, saat Perang Korea terjadi. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi dan sekitar 12 persen dari mereka tewas.

5. Influenza (Flu Spanyol)

Salah satu jenis influenza paling mematikan adalah flu Spanyol yang dimulai pada 1918, dan merebak hingga 40 persen populasi dunia serta menewaskan sekitar 50 juta orang.

Ini merupakan pandemi influenza kategori 5 yang mulai menyebar di Amerika Serikat, muncul di Afrika Barat dan Prancis, lalu menyebar hampir ke seluruh dunia.

Penyakit ini disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A subtipe H1N1. Kebanyakan korban pandemi ini adalah orang dewasa dan muda.

6. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Virus demam berdarah pertama kali muncul pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand, kemudian menyebar ke seluruh wilayah tropis dan subtropis di dunia.

Hingga 40 persen dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah-daerah di mana demam berdarah adalah endemik, dan penyakit ini kemungkinan akan menyebar lebih jauh ketika suhu dunia menghangat.

Menurut WHO, demam berdarah menginfeksi 50 hingga 100 juta orang per tahun. Meskipun tingkat kematian untuk demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, pada 25 persen, virus dapat menyebabkan penyakit seperti Ebola yang disebut demam berdarah dengue dan kondisi itu memiliki tingkat kematian 20 persen jika tidak diobati.

Vaksin untuk demam berdarah disetujui pada 2019 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) untuk digunakan pada anak-anak berusia 9-16 tahun yang tinggal di daerah di mana demam berdarah biasa terjadi dan dengan riwayat infeksi virus yang dikonfirmasi.

7. Rotavirus

Rotavirus dapat menyebar dengan cepat melalui fecal-oral route dan menyebabkan diare parah pada bayi dan anak kecil.

Meskipun anak-anak di negara maju jarang meninggal karena infeksi rotavirus, penyakit ini adalah pembunuh di negara berkembang.

WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sebanyak 453 ribu anak-anak di bawah lima tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada 2008. Namun, negara-negara yang telah memperkenalkan vaksin virus tersebut telah melaporkan penurunan tajam dalam kematian rotavirus.

8. SARS-CoV

Virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah atau SARS ini pertama kali muncul tahun 2002 di provinsi Guangdong, China selatan.

Virus itu awalnya kemungkinan muncul pada kelelawar, kemudian melompat ke mamalia malam seperti musang sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Setelah memicu wabah di China, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 8 ribu orang dan menewaskan lebih dari 770 selama dua tahun.

Penyakit ini menyebabkan demam, menggigil dan sakit pada tubuh, dan seringkali berkembang menjadi pneumonia, suatu kondisi parah di mana paru-paru menjadi meradang dan terisi dengan nanah. SARS memiliki angka kematian diperkirakan 9,6 persen, dan sampai sekarang, belum memiliki pengobatan atau vaksin yang disetujui.

9. SARS-CoV-2

SARS-CoV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-CoV, yang saat ini dikenal sebagai coronavirus (Covid-19), dan pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di kota Wuhan, China.

Virus ini kemungkinan berasal dari kelelawar, sama seperti SARS-CoV, dan melewati hewan peralihan sebelum menginfeksi manusia.

Sejak kemunculannya, virus corona telah menginfeksi puluhan ribu orang di China dan ribuan lainnya di seluruh dunia. Wabah yang sedang berlangsung saat ini mengharuskan Wuhan dan kota-kota terdekat melakukan karantina, pembatasan perjalanan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak dan upaya di seluruh dunia untuk mengembangkan diagnostik, perawatan, dan vaksin.

Penyakit ini memiliki angka kematian sekitar 2,3 persen. Orang-orang yang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan yang sebelunmnya memang bermasalah, tampaknya paling berisiko mengalami penyakit parah atau komplikasi.

Gejala umum virus ini mencakup demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit ini juga dapat berkembang menjadi pneumonia pada kasus yang parah.

10. MERS-CoV

Virus yang menyebabkan Middle East respiratory syndrome atau MERS ini memicu wabah di Arab Saudi pada 2012 dan di Korea Selatan pada 2015.

Virus MERS termasuk keluarga virus yang sama dengan SARS-CoV dan SARS-CoV-2, dan juga kemungkinan berasal dari kelelawar. Penyakit itu menginfeksi unta sebelum menular ke manusia dan membuat orang yang terinfeksi mengalami demam, batuk, dan sesak napas.

MERS sering berkembang menjadi pneumonia berat dan diperkirakan memiliki tingkat kematian antara 30 persen dan 40 persen, menjadikannya virus yang paling mematikan dari virus Corona yang diketahui yang berpindah dari hewan ke manusia. Sama seperti halnya SARS-CoV dan SARS-CoV-2, MERS belum memiliki perawatan atau vaksin yang disetujui.

11. Virus Rabies

Virus yang tidak kalah mematikan adalah virus Rabies yang menyerang hewan peliharaan. Vaksin Rabies untuk binatang peliharaan diperkenalkan pada 1920-an. 

Vaksin rabies telah membantu penyakit ini sangat jarang terjadi di negara maju, akan tetapi tetap menjadi masalah serius di India dan beberapa bagian Afrika.

Apabila seseorang digigit hewan peliharaan yang terinfeksi virus Rabies, maka orang tersebut kemungkinan otaknya akan hancur, sebab virus Rabies bisa menghancurkan otak kalau tidak cepat-cepat diberikan antibodi virus tersebut. Jika tidak mendapatkan perawatan, ada kemungkinan seratus persen akan mati.

12. Virus Cacar

Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia bebas dari penyakit cacar. Tetapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun, dan penyakit ini membunuh sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi virus cacar. Itu membuat korban selamat dengan bekas luka yang dalam dan permanen dan, seringkali, kebutaan.

Tingkat kematian jauh lebih tinggi pada populasi di luar Eropa, di mana orang memiliki sedikit kontak dengan virus sebelum pengunjung membawanya ke wilayah mereka. Misalnya, sejarawan memperkirakan 90 persen populasi asli Amerika meninggal karena terserang cacar yang diperkenalkan oleh penjelajah Eropa. Pada abad ke-20 saja, cacar menewaskan 300 juta orang.[]

Berita terkait
Penampakan Covid-19 yang Dibagikan Para Ilmuwan
Para ilmuwan baru-baru ini membagikan penampakan coronavirus jenis baru (Covid-19) dari hasil penelitian mereka.
Fakta-fakta Hantavirus yang Menyerang China
Baru-baru ini muncul virus baru di China yang ditularkan dari hewan pengerat tikus, yakni Hantavirus.
Flu Spanyol 1918, Pandemi Terparah Dunia, Tewaskan 50 Juta Orang
Pandemi corona ini mengingatkan kembali pada pandemi flu paling parah dalam sejarah di dunia tahun 1918.