12 Tahun Warga Simalungun Takut Tidur Jika Hujan

IRT di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, tewas diduga tersengat arus listrik dari kulkas akibat air banjir menggenangi rumahnya.
Jenazah Sriwati dimakamkan di TPU Nagori Totap Majawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Jonatan)

Simalungun - Hampir 12 tahun warga Nagori Totap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, selalu dikejar rasa takut saat malam hujan turun deras. 

Luapan air banjir dipastikan akan menggenangi rumah-rumah mereka. Korban pun sudah berjatuhan, termasuk Sriwati, 37 tahun, seorang ibu rumah tangga.

Dia tewas diduga tersengat arus listrik dari kulkas akibat air banjir menggenangi rumahnya, Senin 11 November 2019 malam.

Kini, jenazah ibu tiga anak itu sudah dimakamkan di TPU Nagori Totap Majawa, tak jauh dari rumah kediaman duka. 

Tampak, suami korban, Rudi menangis saat ikut mengantar sang istri ke tempat peristirahatan terakhir. Tak banyak kata terucap dari bibirnya, tampak sesekali ia menengadah ke langit.

Informasi dihimpun Tagar di lokasi, banjir di wilayah itu sudah berkali-kali selama belasan tahun. Akibat banjir, sawah dan kolam milik warga hancur. 

Bahkan sebelum meninggalnya Sri, seorang warga nyaris meninggal akibat terbawa derasnya air saat hujan mengguyur Nagori Totap Majawa.

"Ada terbawa sepanjang 500 meter arus tanggal 17 Oktober lalu," kata Pangulu Totap Majawa, Herliza boru Sinaga di lokasi banjir, Selasa 12 November 2019.

Dia menyebut, kondisi mengkhwatirkan jika hujan turun deras dialami warganya sejak tahun 2007 sampai 2019, sudah selama 12 tahun. 

"Ini sudah yang ke-76 kali. Yang kami lihat di lapangan bahwa air ini yang datangnya dari wilayah perkebunan. Kemudian tanggul yang jebol di wilayah perkebunan itu semua airnya mengarah ke Nagori Totap Majawa," ujarnya 

Dikatakannya, semua kejadian selama 12 tahun itu sudah tercatat dan dilaporkan pada dinas terkait. Hanya saja, dia mengaku, belum menerima bantuan maksimal dalam penanggulangan pencegahan banjir.

"Ada sekitar 450 KK di sini terkena banjir dari total tiga huta atau dusun. Kami dari pihak nagori sudah melakukan upaya berpuluh-puluh kali laporan," sebutnya.

Genangan Air di Totap MajawaAir tergenang di pemukiman warga pasca banjir, Senin 11 November 2019. (Foto: Tagar/Jonatan)

Penanggulangan banjir melalui BPBD Kabupaten Simalungun, katanya, sudah pernah dilakukan dengan membangun tembok penahan air.

"Sudah pernah, yang dibangun BPBD itu pertama kali hanya bertahan selama 11 bulan dan jebol. Kemudian terjadi lagi banjir besar," terangnya.

Kalau kejadian deras kayak ini, ambruk kerjaan kami. Kami mau makan apa?

Kemudian dari pihak perkebunan PTPN IV juga melakukan sodetan-sodetan. Hanya saja menurut dia, itu masih jauh dari yang diharapkan. 

"Belum maksimallah. Karena air ternyata masih mengarah ke kami," sambungnya.

Saat itu, Herliza bilang, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, BPBD, manajemen perkebunan, dan warga sudah berembuk dalam pembagian tugas masing-masing untuk penanggulangan.

Pemkab Simalungun membenahi tanggul yang jebol, pihak perkebunan sendiri melakukan penyebaran air di luar arah Totap Majawa. Mengalihkan air ke Sungai Bah Kasindir, Sungai Bah Birong dan Sungai Andarasi.

"Namun semua itu belum maksimal, ke Bah Kasindir belum diarahkan ke sana. Sehingga ketika hujan sekitar tiga jam di wilayah hulu itu jelas menumpuk dan berakhir arahnya ke hilir yaitu wilayah kami," lanjutnya.

Disebutkan, pemkab pernah membantu warga memberi sembako, begitu juga dengan pihak perkebunan. Padahal sebetulnya warga butuh solusi di antaranya pengalihan air ke Sungai Kasindir dan Bah Birong.

"Jangan datang air itu ke seluruh ke wilayah kami. Air yang itu yang penting, memang kita tidak bisa menolak kedatangan air," katanya.

Kepala BPBD Simalungun, Frits Ueki Damanik mengatakan banjir itu akan terus-menerus terjadi karena saluran air milik PTPN IV belum diperbaiki.

PanguluPangulu Nagori Totap Majawa, Herliza boru Sinaga. (Foto: Tagar/Jonatan)

"Itu sudah kami koordinasikan dengan Dinas Sosial Simalungun, itu lebih kepada dinsosnya. Intinya kami tengok ke lokasi kalau kondisinya belum ditangani masalah bendungan itu, ya apapun ceritanya kejadian tetap terus berulang kalau hujan deras. Karena memang saluran airnya belum beres dibikin oleh pihak perkebunan," terangnya.

Warga setempat, Eko, 42 tahun, mengaku takut beristirahat malam saat hujan deras turun belakangan ini.

"Ya siapa tak takut, tinggi air mencapai sepinggang orang dewasa. Saat tidur pulas terbawa pulak kita sama derasnya air," katanya.

Ia dan warga lain yang ditemui di perempat jalan berharap, agar penanggulangan banjir sesegera mungkin dilakukan.

"Kami warga di sinikan mayoritas petani, ada juga punya kolam. Kalau kejadian deras kayak ini, ambruk kerjaan kami. Kami mau makan apa?" katanya.

Di tempat terpisah, Tagar pun mencoba meminta tanggapan dari pihak PTPN IV. Namun, seorang sekuriti, Victor Hutabarat mengatakan manajer perkebunan sedang tak berada di kantor dan bertugas di lapangan. []

Berita terkait
Banjir Simalungun, IRT Tewas Tersengat Arus Listrik
Seorang ibu rumah tangga tewas diduga tersengat arus listrik saat rumahnya digenangi banjir di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Ratusan Rumah Tergenang Banjir di Binjai
Ratusan rumah di Kota Binjai, Sumatera Utara tergenang banjir, akibat luapan dua sungai yang membelah Binjai.
Jembatan Putus, Pelajar Simalungun Terjang Banjir
Warga terpaksa harus menerjang banjir untuk melintas dengan bantuan tali saat hujan turun.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.