114 Dokter Meninggal Akibat Covid-19 Pada Bulan Juli 2021

Tim mitigasi IDI catat sebanyak 545 dokter per Sabtu, 17 Juli 2021 meninggal akibat Covid-19 sejak pandemi Maret 2021 tahun lalu
Petugas kesehatan bersiap membantu pasien Covid-19 di tenda sementara di luar ruang gawat darurat rumah sakit pemerintah di Bekasi, 25 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta – Ketua Pelaksana Harian Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Mahesa Paranadipa Maikel, mengatakan 114 dokter meninggal akibat Covid-19 hingga Sabtu, 17 Juli 2021. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi yang berlangsung sejak awal Maret tahun lalu. Sasmito Madrim melaporkannya untuk voaindonesia.com.

Total tercatat 545 dokter yang meninggal sejak pandemi Covid-19 yang diakui pemerintah pada Maret 2021 tahun lalu, dengan angka kematian tertinggi di Jawa Timur dengan 110 kematian, disusul Jakarta 83 kematian, dan Jawa Tengah 81 kematian. Sebagian besar dokter yang meninggal tersebut berjenis kelamin laki-laki.

ketua migigasi idi Mahesa Paranadipa MaikelKetua Pelaksana Harian Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Mahesa Paranadipa Maikel, dalam tangkapan layar (Foto: voaindonesia.com - VOA/Sasmito)

"Ini data-data yang dilaporkan, belum termasuk data yang mungkin belum dilaporkan ke kami. Tapi data yang masuk ke kami angkanya sudah melebih 100% dari jumlah kematian bulan lalu," jelas Mahesa dalam konferensi pers daring, 18 Juli 2021.

Mahesa menambahkan spesialisasi dokter yang banyak meninggal merupakan dokter umum, diikuti dokter kandungan, kebidanan, penyakit dalam dan bedah. Sebagian besar mereka berjenis kelamin laki-laki.

Tim mitigasi IDI juga mencatat ratusan tenaga kesehatan meninggal sepanjang pandemi, rinciannya perawat 445, apoteker 42, bidan 223, dan tenaga laboratorium 25.

pasien Covid di tenda di bekasiSeorang pasien Covid-19 beristirahat di tanah di luar tenda darurat yang didirikan di luar rumah sakit di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Bekasi, 25 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com - Willy Kurniawan/Reuters)

1. Fasilitas Kesehatan Berpotensi Ambruk

Sementara Ketua Tim Mitigasi IDI, Adib Khumaidi, menyebut fasilitas kesehatan berpotensi kolaps (functional collapse). Ini dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu kapasitas yang berlebihan, keterbatasan obat dan alat kesehatan, serta keterbatasan sumber daya manusia.

Menurut Adib, ada beberapa hal yang menyebabkan kondisi yang terjadi pada akhir-akhir ini. Di antaranya yaitu pelonggaran pembatasan yang terlalu cepat, protokol kesehatan pribadi yang kendor, varian baru yang lebih menular, dan angka vaksinasi yang rendah.

Grafik jumlah dokter meninggalGrafik jumlah dokter meninggal sepanjang pandemi Covid-19 (Foto: voaindonesia.com/Tim Mitigasi IDI)

"Functional collapse-nya sudah terjadi tapi kita tidak bisa katakan secara umum (baca: semua wilayah). Kalau kita mau bicara secara umum, maka kita harus punya pemetaan. Jadi pemerintah daerah harus melakukan pemetaan tentang kemampuan fasilitas kesehatannya," kata Adib.

2. Rekomendasikan Pemerintah Perpanjang PPKM

Dengan kondisi seperti ini, Tim Mitigasi IDI merekomendasikan pemerintah untuk memperpanjang pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Jawa dan Bali.

Tim Satgas Covid-19 mencatat kasus harian sebanyak 44.721 kasus dan 1.093 meninggal pada Minggu, 18 Juli 2021. Jumlah kematian ini belum menunjukkan penurunan dalam dua hari terakhir. Kendati demikian, pemerintah masih belum memutuskan perpanjangan PPKM darurat di Pulau Jawa dan Bali yang akan berakhir pada 20 Juli 2021 (sm/em)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Dokter Kenya Penentang Vaksin Meninggal Akibat Covid-19
Dokter penentang vaksin virus corona (Covid-19) meninggal ketika sedang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19
Sampai Kini 68 Dokter Meninggal Akibat Covid-19
Laporan terbaru Ikatan Dokter Indonesia (IDI): 68 dokter gugur karena corona. Siapa dan di mana saja mereka bertugas.
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja