1000 Nestapa di 1000 Tenda Meat

Minimnya fasilitas toilet, penataan tenda dan konten hiburan yang dinilai tak selaras untuk pelestarian Danau Toba.
Desa Meat, tempat pelaksanaan 1000 Tenda. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Event pariwisata 1000 Tenda yang telah selesai dilaksanakan di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Tobasa, 28 – 29 Juni 2019 meninggalkan kesan mendalam bagi pengunjung yang merasakan nestapa selama event.

Mulai dari minimnya fasilitas toilet, penataan tenda dan konten hiburan yang dinilai tak selaras untuk pelestarian Danau Toba.

Salah seorang pengunjung, Farida Lisa Purba, mengungkapkan rasa kecewanya setelah mengunjungi event tersebut.

Awalnya, Farida begitu tertarik mengunjungi acara setelah melihat postingan orang-orang di media sosial mengenai keindahan Danau Toba dari Meat. Lalu, ia pun datang bersama teman-temannya. Perhatian Farida langsung tertuju pada toilet saat mendaftar masuk.

"Sambil menunggu di registrasi kulihat di sampingnya ada toilet dengan kapasitas empat ruang toilet yang sangat di luar standar kemanusiaan karena tanpa air dan dengan antrean panjang. Aku mulai khawatir dengan pembuangan nanti setelah pengisian bahan makanan ke dalam perut apalagi kudengar ada 4.000 manusia yang akan buang air besar dan kecil," tulis Farida yang menyampaikan keluh kesahnya di media sosial dan dikonfirmasi Tagar, Senin 1 Juli 2019 siang.

Setelah registrasi dengan membayar Rp 20.000, Farida bersama teman-temannya masuk ke areal kamping dan mencari lokasi untuk memasang tenda. Namun, mereka kesulitan memasang tenda karena barisan tenda yang semrawut. Akhirnya, mereka pun memasang tenda dengan kondisi sempit-sempitan dengan terpacak seadanya.

Berusaha menikmati, namun Farida merasa acara yang disuguhkan jauh dari harapan. "Acara hiburan yang biasa saja cuma diisi ala kadarnya dibantu music house yang diputar sepanjang malam sampai pagi. Peserta muda yang cuma hura-hura tanpa memperoleh edukasi tentang lingkungan," cerita seniman rupa itu.

Ketika bangun pagi, Farida merasa kesulitan buang air. "Taik ditemukan ketika bangun pagi," ceritanya soal kondisi toilet yang memprihatinkan. Kondisi itu juga Tagar temukan saat meliput event tersebut.

Kesan kurangnya penataan acara dialami Farida. Soalnya, kata dia, setelah registrasi peserta dilepas bebas seperti kambing. "Makan eek sesukanya," lanjutnya.

Farida merasa sulit untuk mengambil hikmah dari acara 1000 Tenda kali ini, berbeda dengan 1000 Tenda dua tahun lalu di Paropo, Kabupaten Dairi

Adanya kesan 1000 Tenda tidak ditata dengan persiapan yang matang, dialami Jonson Pasaribu.

"Sengaja kuajak anak gadisku untuk ikut ke acara 1000 Tenda dengan harapan ‘seperti iklan acara 1000 Tenda yang kulihat, bisa menemukan teman baru'. Nyatanya dengan kondisi tenda kami yang ketemu bagian tengah tenda orang lain (susunan yang semrawut) mengakibatkan kami semua tak bisa saling berkenalan," cerita seniman rupa yang berkesenian di Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang itu.

Malam harinya, Jonson dikejutkan dengan sepasang anak muda yang baru selesai memasang tenda, tiba-tiba membuka kembali tendanya sambil menangis. Malamnya mereka berkeliling dan melihat panggung pertunjukan seperti acara keyboard-an ala nikahan di kampungnya.

Kegelisahan bertambah saat anak perempuannya berkali-kali bertanya kemana harus buang air besar nanti. "Jangan-jangan pulang dari sini jadi sakit gara-gara nahan buang air besar, Pa," kata Jonson, menirukan kerisauan anak gadisnya.

1000 Tenda pun bagi kami menjadi seribu nestapa pada saat acara berjalan. Begitu juga setelah selesai, karena memunculkan masalah sosial lain

Ia merasa miris dengan usaha mempromosikan danau indah dengan cara-cara merusak secara masif. Sampah berserakan dimana-mana. Ketika pulang Jonson menemukan anak-anak muda yang kehabisan uang dari Meat. 

"Apa yang mereka kejar sampai harus terjadi hal ini. Karena mobil kami tak muat menampung belasan orang. Kami pun hanya bisa berbagi makanan yang kami punya, yang baru saja kami beli. 1000 Tenda pun bagi kami menjadi seribu nestapa pada saat acara berjalan. Begitu juga setelah selesai, karena memunculkan masalah sosial lain," katanya.

Jonson berharap agar jangan sampai upaya mempromosikan Danau Toba menjadi merusak, tetapi lebih mempertimbangkan aspek kemanusiaan agar menjadi lebih baik.

Sebelumnya Wakil Bupati Tobasa Hulman Sitorus, dalam sambutannya mengatakan terkejut dengan ramainya pengunjung ke Meat saat digelarnya 1000 Tenda.

"Tidak disangka seramai ini," katanya, Sabtu 29 Juni 2019. Menurutnya event seperti ini harus mendapat perhatian dan dukungan pemerintah dan berbagai pihak.

Sayangnya, ucapan sang wakil bupati tak sepadan dengan sikap Pemerintah Kabupaten Tobasa. Beberapa pihak menyesalkan minimnya perhatian pemerintah setempat untuk kegiatan promosi wisata seperti ini, misalnya penyediaan toilet. []

Baca juga:

Berita terkait