Oleh: Syaiful W. Harahap*
TAGAR.id – Jumlah kasus AIDS yang terdeteksi pada periode Juli-September 2022 secara nasional sebanyak 6.519.
Ada 10 provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak yang dilaporkan periode Juli-September 2022, yaitu:
- Jawa Tengah (Jateng) 967
- Papua 690
- Bali 665
- Jawa Timur (Jatim) 420
- Sulawesi Selatan (Sulsel) 371
- Jawa Barat (Jabar) 368
- Banten 336
- Sumatera Selatan (Sumsel) 321
- Sumatera Utara (Sumut) 299
- Nusa Tenggara Barat (NTB) 223
Jika dilihat dari kelompok umur, maka persentase terbanyak pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu 31,9%, selanjutnya kelompok umur 20-29 tahun (30,5%) dan kelompok umur 40-49 tahun (19,4%).
Berdasarkan faktor risiko pada kasus AIDS yang terdeteksi pada periode Juli-September 2022 adalah hubungan seksual berisiko pada heteroseksual (orientasi seksual yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) yaitu 57%, sedangkan homoseksual (orientasi seksual yang secara seksual tertarik dengan sejenis) sebesar 33,2%, tidak diketahui 4,5%, biseksual (orientasi seksual yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis dan sejenis) yakni 1,9%, perinatal 1,5%, dan lain-lain 0,2%.
Nah, kalau masih saja ada yang ngotot sebut faktor risiko terbesar homoseksual dengan data yang valid ini tentulah sesumbar itu pupus.
Baca juga: Laki-laki Heteroseksual Jadi Penyebar HIV/AIDS di Aceh
Ada lagi pernyataan yang termasuk klasifikasi hoax (informasi yang salah) yaitu menyebut kasus HIV/AIDS terbanyak pada kalangan LGBT (lesbian, gay, biseksua dan transgender). Ini keliru karena pada L (lesbian) tidak ada hubungan seksual penetrasi sehingga bukan faktor risiko penularan HIV/AIDS. Lagi pula belum ada kasus HIV/AIDS dengan faktor risiko hubungan seksual pada kalangan lesbian.
Baca juga: Pernyataan Tegas Bobby Nasution Usai Lihat Dua Pria Bermesraan: Kota Medan Anti LGBT
Jumlah kasus AIDS akan terus bertambah seiring dengan pertambahan kasus HIV Positif karena banyak yang tidak mengikuti pengobatan dengan obat antriretroviral (ART).
Pada priode Juli-September 2022 terdeteksi 12.588 kasus HIV Positif, dari jumlah ini hanya 10.423 yang menjalani ART. Itu artinya ada 2.165 yang berisiko sampai ke masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun setelah tertular HIV).
Berita dan artikel di media massa dan media online serta situs kesehatan yang mengumbar ciri-ciri HIV/AIDS tanpa memberikan keterangan yang komrehensif membuat banyak orang lalai.
Baca juga: Masih Saja Ada Berita dan Artikel tentang Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan
Satu hal yang perlu dipahami oleh masyarakat adalah biarpun tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS, tapi pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS sebaiknya segera konsultasi ke Puskesmas.
Adapun perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
(a). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang berganti-ganti di dalam atau di luar nikah,
(b). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan laki-laki yang berganti-ganti di dalam atau di luar nikah,
(c). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan yang sering ganti-ganti pasangan, yaitu pekerja seks komersial (PSK) dan cewek prostitusi online,
(d). Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan Waria, dan
(e). Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan gigolo.
Sebaliknya, biarpun seseorang mengalami tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko di atas, maka hal itu sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Soalnya, belakangan ini sering ada berita dan artikel di berbagai media yang selalu mengumbar tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS tapi tidak menyebutkan prakondisi yang bisa menyebabkan tertular HIV/AIDS.
Hal itu membuat masyarakat panik dan berita serta artikel itu misleading (menyesatkan) (bahan-bahan dari sihakemkes.go.id dan sumber-sumber lain). []
* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id